Ditulis oleh : Hartaprima
Matanya kosong seperti jalan raya disubuh hari. Sesekali ia berkedip menyapu air mata yang tidak ingin ia teteskan. Guguran daun menjadi seperti bunga sakura yang membuat suasana menjadi haru.
Ada hal yang sangat menyakitkan. Ketika seorang pemuda menahan tangis dalam jiwanya. Memang hatinya terlalu lembut. Mudah terharu dengan ketidak adilan. Dilihatnya anak kecil yang cantik diseret-seret dipersimpangan lampu merah oleh perempuan paru baya sambil menggendong bayi dengan muka yang tertekuk.
Pemuda itu menarik nafas panjang. Dihembusnya perlahan untuk sedikit menenangkan hatinya yang kebingungan entah sedang bersedih atau marah.
Semua orang hanya melihat dari kejauhan. Ia bertanya dalam hatinya, apakah orang-orang merasakan seperti apa yang ia rasakan. Ada hal yang membuatnya merinding. Bisa-bisanya manusia menjadi seperti tak berharga.
Terbang melayang pikirannya. Saat kecil ia berbahagia dengan orang tuanya. Berjalan-jalan melihat hamparan hijau yang indah diterpa angin atau melihat pantulan matahari dipermukaan air ketika senja beranjak malam.
Tidak seperti anak kecil itu diseret-seret, seperti dipaksa tangannya ditarik. Oh Tuhan sungguh pemandangan yang menyayat-nyayat hatinya. Dari jauh dipandanginya wajah anak kecil itu. Cantik, rambutnya panjang meski sedikit berantakan. Wajahnya penuh dengan asap knalpot. Sesekali anak kecil itu mengusap keringat yang ada didahinya.
Oh Tuhan, ingin rasanya ia mengadopsi anak kecil yang cantik itu, senyumnya menguatkan seolah berkata. Aku baik-baik saja dengan hidup begini. Lalu tuan yang hidup dengan kebahagiaan kenapa masih bersedih. Tertampar mukanya melihat pemandangan itu.
Perempuan paru baya lalu melepaskan genggamannya pada anak kecil itu. Lalu satu persatu. Ia menghampiri pengguna jalan dengan membawa bungkus permen yang sudah dibalik.
Oh Tuhan, pemandangan apa ini, apakah ini hukuman bagi pemuda yang sering tidak bersyukur dengan hidupnya. Nafasnya naik turun melihat pemandangan itu.
Sampailah anak kecil yang cantik itu dihadapan si pemuda. Diulurnya tangan mungilnya oleh anak kecil tersebut tanpa berkata sepatah katapun kepada pemuda itu. Air mata yang dari awal ditahannya menetes seketika.
.
Beberapa kali dielusnya rambut anak kecil yang cantik itu. Lalu dirogoh saku celananya. Diambilnya sedikit rezeki. Lalu dimasukan kedalam bungkus permen yang sudah dibalik itu. Berkata pemuda itu, “Adik cantik namanya siapa?”, “Icha!”, serunya tersenyum lalu berpaling.
.
Oh Tuhan, tak sunggup rasanya ia meninggalkan anak kecil yang cantik itu. Namun waktunya hanya sebentar disana. Pelan-pelan ia berdoa didalam hatinya. Bila nanti menjadi seorang yang berhasil tak akan ada lagi anak kecil yang bermain-main ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Sesederhana itu saja. Aamiin.
.
Palembang, 12 Jan 2021
Nama Pena : Harta Prima
Instagram : @rezki.hp
Kota Asal : Palembang
Hobi : Membaca dan Lari
Pendidikan : UIN Raden Fatah Palembang