RUMAH murah untuk pengantin baru, kini bukan lagi sekadar janji manis kayak undangan pernikahan cetak glossy. Pemerintah lewat Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Fahri Hamzah, resmi meluncurkan strategi yang bisa bikin pengantin baru dan tukang somay sekalipun manggut-manggut haru program Rumah untuk Semua yang bukan cuma judul seminar, tapi juga potensi solusi dari krisis “kontrakan nasional” yang sudah mewabah sampai ke grup WhatsApp RT.
Bayangkan ini, dua sejoli baru nikah, masih anget kayak gorengan pasar subuh, mereka baru saja melepas masa lajang dengan mahar seperangkat alat salat dan seikat utang resepsi. Hari berikutnya? Mereka dihadapkan pada dilema abadi rakyat kecil “Ngontrak di gang sempit atau numpang di rumah mertua yang dindingnya setipis kerupuk?”
Nah, di sinilah Wamen Fahri Hamzah datang bagai superhero pakai rompi proyek. Dalam diskusi publik “Rumah untuk Semua: Strategi Pemerintah Mempercepat Akses Hunian Layak”, beliau menabuh genderang revolusi tiga jurus pamungkas sektor perumahan bakal digeber tahun depan!
Tiga Jurus Rumah Anti-Ngamen
Jurus Satu, Renovasi Dua Juta Rumah
Cocok buat yang rumahnya sudah ada, tapi bocor tiap hujan, lantainya masih tanah, dan gentengnya mirip puzzle. Pemerintah alokasikan Rp43 triliun! Ini bukan renovasi ala tukang palsu yang cuma ganti keramik jadi kramik, tapi renovasi serius agar rumah benar-benar layak huni, bahkan kalau bisa layak posting di Instagram.
Jurus Dua: Bangun Satu Juta Rumah Baru
Nah, ini surganya pengantin baru dan pedagang kecil! Pemerintah gandeng swasta buat bangun rumah-rumah baru yang terjangkau dan gak di tengah hutan. Fokusnya bukan cuma kuantitas, tapi juga kualitas biar gak kejadian rumahnya jadi sarang nyamuk demam berdarah dan kenangan mantan.
Jurus Tiga: Rumah Vertikal di Pesisir
Buat masyarakat pesisir dan urban warrior yang hidupnya setengah darat, setengah laut, program rumah vertikal hadir biar mereka gak selamanya hidup di bangunan semi permanen yang goyang kalau angin laut kenceng.
Di sinilah perumpamaan yang paling ngena “Kalau mau goreng tempe, pegang dulu wajan. Kredit itu cuma minyaknya”
Subsidi selama ini terlalu banyak diarahkan ke bunga kredit, kata Pak Wamen, dunia sudah berubah, negara harus kuasai tanahnya, atur zonasinya, baru bangun rumahnya. Biar rumah rakyat gak jadi mainan developer yang orientasinya lebih mirip juragan tahu bulat untung cepat, kualitas lewat.
Pemerintah rancang skema sewa jangka panjang ala cicilan jajan anak SD. Jadi, misalnya tukang gorengan penghasilan Rp70 ribu per hari bisa tetap nyicil rumah, asal nggak boros beli skin Mobile Legends.
“Kalau rumah bisa digratiskan setelah cicilan lunas, kenapa harus ngontrak seumur hidup?” kata Wamen.
Bukan salah pengantin baru kalau harus ngontrak, salahnya kalau negara gak sigap kasih jalan keluar. Dulu ada pepatah “lebih baik hujan batu di rumah sendiri daripada hujan emas di rumah kontrakan orang”. Tapi sekarang? Kita butuh rumah yang gak sekadar tempat berteduh, tapi juga tempat masa depan bisa disusun rapi kayak rak piring.
Saran Kocak tapi Serius pemerintah daerah jangan cuma plang proyek, tapi sediakan lokasi!. Jangan sampai ada rumah subsidi, tapi lokasinya di belakang pabrik tahu busuk.
Swasta Ayo Ikut Nyemplung!, jangan cuma bangun apartemen buat sultan, bangun juga buat rakyat yang makannya masih pakai sambal dan kerupuk.
Buat Portal Khusus untuk Pendaftaran Rumah Pertama, biar rakyat gak kebingungan kayak nyari jodoh di usia 40.
Rumah bukan sekadar bangunan dari bata dan semen, rumah adalah mimpi yang dikonversi jadi kenyataan pakai surat-surat lengkap dan atap yang gak bocor.
Kalau negara berhasil bikin program ini berjalan, maka pengantin baru tak perlu lagi bermusuhan dengan kontrakan, dan tukang somay bisa pulang bukan ke gerobak, tapi ke rumah sendiri.
Karena sejatinya, lebih baik capek nyicil rumah sendiri daripada nyaman di kontrakan orang yang tiap tahun naik harga dan pas mau pindah harus cuci tirai dulu.”Gaji pas-pasan, tapi bisa punya rumah sendiri? Program ini jawabannya! Pengantin baru dan tukang somay merapat, solusi kontrakan ada di depan mata!”.[***]