Pojok Fisip UIN Raden Fatah

Urgensi Komunitas dalam Fastabiqul Khoirot   

Ist

BERLOMBA lomba dalam kebaikan begitulah slogan yang sering kita dengar ketika kita berada dalam suatu komunitas. Apalagi komunitas Islam tentu sudah tak asing lagi mendengar istilah Fastabiqul Khoirot. Sebagai makhluk sosial tentu kita tak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan orang lain dan sudah sebaiknya juga kita berteman dengan siapa saja tidak membedakan suku, ras, bahkan agama.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki akal sehat untuk berpikir sebelum melakukan sesuatu. Segala perbuatan manusia akan dicatat oleh Malaikat dan menjadi hal yang dipertanggungjawabkan dihari akhir nanti. Oleh sebab itu, umat Muslim dianjurkan untuk selalu berbuat kebaikan. Terdapat banyak jenis perbuatan baik yang dapat kita lakukan, salah satunya disebut dengan fastabiqul khoirot, kegiatan ini menjadi hal yang dapat membawa kita umat Muslim kepada ridho Allah SWT.

Komunitas berkaitan dengan banyak fenomena, pola penafsiran dan juga asosiasi. Pengertian yang lazim digunakan sosiolog, komunitas diartikan sebagai suatu bentuk kolektivitas, biasanya merujuk pada suatu kelompok yang para anggotanya menghuni ruang fisik atau wilayah geografis yang sama di lingkungan tetangga, desa atau kota. Komunitas bisa diartikan sebagai suatu kelompok yang anggota-anggotanya memiliki ciri serupa, yang biasanya dihimpun oleh suatu rasa memiliki, atau bisa pula oleh ikatan dan interaksi sosial tertentu yang menjadikan kelompok itu sebagai suatu entitas sosial tersendiri. Dalam hal komunitas misalnya Muslim Tionghoa ialah mereka yang sama-sama berasal dari etnis Tionghoa yang memeluk agama Islam. Komunitas Pelajar NU adalah komunitas yang tergabung dibawah organisasi Islam Nahdhatul Ulama, begitu juga komunitas pelajar Muhammadiyah adalah komunitas yang tergabung dibawah organisasi Islam Muhammadiyah.

Seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Di dalam Islam kita dianjurkan untuk hati-hati memilih teman karena bisa saja kita terpengaruh dengan teman kita. Tak heran sudah beribu abad yang lalu Rasulullah SAW mengingatkan melalui  wasilah hadistnya yang berbunyi : “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang buruk, bagaikan berteman dengan pemiliki minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu, engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak sedap.” (HR. Imam Bukhari).

Hadist diatas bukan bermakna menyinggung suatu komunitas atau profesi. Akan tetapi Hadist ini hanyalah perumpamaan bahwa lingkungan pergaulan seseorang bisa mempengaruhi kehidupannya. Misalnya, Ketika seseorang bergaul dengan orang saleh yang ahli ibadah, bisa saja ia akan ikut ibadah pula. Sebaliknya, Ketika seseorang bergaul dengan orang ahli maksiat, jika tidak kuat imannya maka bisa jadi ia terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik.

Secara instruktif Allah menghendaki kita agar senantiasa berpegang teguh pada kebenaran yaitu Al-Quran yang merupakan sumber hukum dan juga sumber kebenaran yang telah diturunkan-Nya kepada kita melalui Nabi Muhammad SAW yang didalamnya menjelaskan mana yang benar (haq) dan mana yang salah (bathil), mana yang dikatakan kebaikan yang wajib kita lakukan dan mana pula yang termasuk kemaksiatan yang wajib kita jauhi dan tinggalkan. Setelah mengetahui keduanya kita juga dituntut untuk senantiasa melakukan kebaikan.  Rasulullah SAW pun mendorong umatnya untuk selalu berlomba dalam kebaikan seperti yang dituliskan HR. Muslim. “Bersegeralah melakukan amal-amal saleh (kebaikan). (sebab) sebuah fitnah akan datang bagai sepotong malam yang gelap. Seseorang yang paginya mukmin, sorenya menjadi kafir. Dan seseorang yang sorenya bisa jadi mukmin, paginya menjadi kafir. Ia menjual agamnya dengan harga dunia.”

Fastabiqul khairot secara Bahasa dapat diartikan sebagai bersegera mentaati, menerima, dan mengikuti perintah atau syariat Allah SWT. Kalimat ini memberikan sebuah pemahaman tentang prinsip keimanan dalam diri seorang Muslim seperti bersegera, berlomba, serta berusaha menjadi yang terdepan dalam melaksanakan ketaatan dan meraih ridho Allah SWT.

Dalam melakukan kebaikan, instruksi yang cukup jelas yang sudah sangat familiar di telinga kita yaitu “Fastabiqul khoirot” kalimat ini diambil dari firman Allah yang terdapat di dua ayat di dalam Al-Quran, yaitu Surat Al-Baqarah ayat 148 dan Surah Al-Maidah ayat 48. Jika kita mengkaji dan menilik lebih dalam makna dari kalimat “Fastabiqul khoirot” ini dari beberapa tafsir para ulama. Maka kita akan dapat mengambil beberapa pelajaran yang menjelaskan tentang urgensi dari kalimat tersebut, yaitu:

Pertama, kita diperintahkan Allah untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, ketaatan mencari ridho Allah SWT, baik sebagai individu (keshalehan pribadi) maupun sebagai anggota masyarakat (keshalehan sosial), artinya kita dianjurkan berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan baik itu yang wajib kita lakukan maupun yang sunnah.

Kedua, selain dituntut melakukan kebaikan melalui kalimat fastabiqul khoirot ini Allah juga menghendaki kita untuk berlomba-lomba sesering mungkin (intensitas), sebanyak mungkin (kuantitas) dan juga sebaik mungkin (kualitas), artinya kita dianjurkan untuk terus melakukan, meningkatkan dan juga konsistensi dalam melakukan kebaikan dari hari ke hari, dan dari waktu ke waktu.

Ketiga, kata “khoirot” ini adalah kata jama’ atau menunjukkan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini bukan hanya satu jenis kebaikan saja (khayr) tetapi juga kebaikan-kebaikan, artinya semakin banyak kita melakukan kebaikan dan semakin banyak jenis kebaikan yang kita lakukan akan semakin baik. Dengan adanya komunitas, tentulah kegiatan melakukan berbagai hal kebaikan akan lebih menjadi semangat. Ketika kita Lelah untuk beribadah ada komunitas yang sama-sama saling menguatkan. Itulah urgenti komunitas dalam berlomba-lomba dalam kebaikan.

Selain berbuat kebaikan menjadi bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Tentu saja perbuatan yang dicintai oleh Allah SWT. Hal baik yang manusia perbuat akan Kembali untuk kebaikan diri masing-masing. Seperti terungkap dalam Firmanya:“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri”. (Q,S. Al-Isra:7)

Ketika kita sudah menerapkan fastabiqul khoirot, tentunya banyak manfaat yang kita dapat, diantaranya waktu tidak terbuat sia-sia. Bukankah Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk terus bergerak mengerjakan sesuatu agar waktu dapat digunakan sebaik-baiknya untuk hidup di dunia ini. Kemudian, kita bisa menyalurkan energi pada kegiatan positif. Ketika umat Muslim terbiasa melakukan perbuatan baik, mereka senantiasa memiliki energi yang dapat tersalurkan kepada kegiatan positif. Dan terakhir terhindar dari godaan Setan. Karena setan memiliki banyak cara untuk menggoda manusia agar berpaling dari Allah SWT. Oleh kerena itu, Ketika umat Muslim memilih untuk berlomba dalam kebaikan, fokus mereka teralihkan kepada hal-hal baik dan tidak akan tergoda oleh bujuk rayu setan. Apalagi kegiatan positif dilakukan dengan berjama’ah dalam hal ini komunitas tentulah lebih kuat lagi semangat (ghirah) perjuangan yang dilakukan oleh masing-masing individu. [***]

Wallahu’alam bis showab ..

Putri Citra Hati, M.Sos

(Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UIN Raden Fatah Palembang)

 

 

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com