Pendidikan

Beasiswa dari Yordania, Jalan Ninja Baru Mahasiswa Indonesia Tembus Padang Pasir Ilmu

kemenag

INDONESIA memang kaya, kaya budaya, kaya bahasa, dan kaya anak muda yang cita-citanya besar tapi dompetnya pas-pasan.

Untungnya, kali ini datang kabar cerah dari arah Yordania, bukan cuma matahari yang bersinar di sana, tapi juga peluang beasiswa dan pelatihan untuk anak bangsa yang haus ilmu.

Ya, itulah impian besar yang bisa jadi kenyataan setelah Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, berjabat tangan penuh semangat dengan Duta Besar Kerajaan Yordania, Sudqi Atallah Abdel Qader Al Omoush.

Mereka bukan sedang jual beli kurma, kawan, tapi membahas hal mulia pendidikan, beasiswa, dan kursus singkat lintas negara.

Kalau dulu kita tahunya belajar di luar negeri itu cuma ke London, Tokyo, atau kota-kota yang sering jadi background drama Korea, sekarang Yordania muncul sebagai pilihan.

Bukan sembarang pilihan, karena negara ini menawarkan perlakuan setara bagi mahasiswa lokal maupun internasional. Tidak ada sistem kasta ala sinetron, semua disambut bak saudara jauh yang datang bawa rendang.

“Tidak ada perbedaan fasilitas antara mahasiswa Yordania dan mahasiswa asing,” kata Pak Dubes.

Coba kalau diwarnai musik, pasti pas banget sama nada-nada ala sinetron religi “duuuuh, adem bener ni negara!”

Menag Umar tak cuma melirik soal beasiswa, ia juga mengusulkan peluang magang dan kursus singkat bagi mahasiswa, guru, dan imam.

Bayangkan Pak Guru dari Sragen ikut short course di Yordania tentang budaya Arab. Pulang-pulang bukan cuma bisa salam pakai bahasa Arab, tapi juga bisa bikin teh ala Badui dan ngomong, “Bapak kini lebih terbuka dalam toleransi antar umat, dan sedikit jago nari dabke”

Pendidikan memang bukan soal ijazah doang, kata Ki Hadjar Dewantara, “Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak”.

Artinya, bukan cuma soal hafalan dan ulangan harian, tapi bagaimana anak-anak tumbuh jadi manusia utuh, ngerti arah kiblat dan juga arah masa depan, atau kalau kita kutip Ban Ki-moon, mantan Sekjen PBB yang juga anak desa

“Education promotes equality and lifts people out of poverty. It teaches children how to become good citizens.”

Singkatnya sekolah bisa bikin anak sopan, pinter, dan gak asal nyelonong di zebra cross.

Beasiswa itu bukan cuma sekadar biaya gratisan. Ia adalah bentuk kepercayaan. Bahwa si penerima beasiswa dianggap punya potensi besar, cukup besar untuk diinvestasikan negara lain.

Buat kamu yang masih mikir, “Ah, aku kan bukan anak orang kaya, mana mungkin kuliah di luar negeri?”
Dengar baik-baik ya, beasiswa itu tidak melihat saldo ATM-mu, tapi potensi dan semangatmu.

Bahkan sebagian program mengutamakan anak daerah, anak pesantren, anak muda yang sudah terbiasa melawan keterbatasan dengan semangat belajar yang membara macam kompor gas.

Seperti kata Najwa Shihab “Sekolah adalah tempat menempa semangat, bukan tempat menaklukkan nilai-nilai ujian”

Kadang kita terlalu terpaku pada gelar dan durasi. Padahal short course atau kursus singkat itu seperti mie instan isi dua bumbu: cepat, padat, dan menggugah selera intelektual. Kursus bahasa, budaya, atau keagamaan bisa jadi jembatan besar menuju pemahaman lintas bangsa.

Misalnya ada seorang imam muda dari Jambi, ikut kursus pemahaman lintas mazhab di Yordania. Pulang-pulang ia bukan cuma paham fiqih lintas madzhab, tapi juga bisa menjelaskan perbedaan dengan damai, tanpa emosi kayak netizen Twitter.

Kerja sama Yordania- Indonesia ini bukan cuma hubungan diplomatik biasa. Ini adalah undangan terbuka untuk anak-anak muda Indonesia agar berani bermimpi besar dan menjemput ilmu ke mana pun. Tak peduli jalanan berpasir atau berliku, selama ada tekad, ilmu bisa kita bawa pulang dan jadi bekal pembangunan negeri.

Kata Ridwan Kamil (yang arsitek sekaligus motivator sosial media) “Jangan takut bermimpi tinggi, karena Tuhan tak pernah pelit memberi rezeki kepada yang niat belajar”.

Mulai cari tahu tentang beasiswa ke Yordania. Siapa tahu, dari desa kecilmu, kamu bisa jadi sarjana besar di tanah gurun sana. Kalau perlu, latih dulu bahasa Arabmu dari sekarang “Ana min Indonesia. Ana uhibbu ta’allum fi Yordania”. (Aku dari Indonesia. Aku ingin belajar di Yordania).

Dan kalau nanti lolos, jangan lupa kirim oleh-oleh cerita, jangan cuma magnet kulkas!.[***]

Terpopuler

To Top