Pemerintahan

BPK Datang Bawa Cermin, Muba Siap Audit Diri

ist

Pemkab Muba dan BPK RI Sinergi Tingkatkan Transparansi

DI dunia birokrasi, kata “audit” sering bikin jantung deg-degan. Bagi sebagian pejabat, kedatangan tim BPK bisa terasa seperti tamu yang datang tanpa kabar di saat rumah belum sempat dibereskan. Tapi beda cerita di Bumi Serasan Sekate. Alih-alih panik, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin justru menyambut kedatangan Tim BPK RI dengan tangan terbuka, lengkap dengan senyum lebar dan semangat ngaca bareng.

“Pemeriksaan itu bukan musuh. Dia itu cermin,” ujar Wakil Bupati Muba, Kyai Abdur Rohman Husen, dalam entry meeting Pemeriksaan Pendahuluan atas Belanja Daerah Tahun Anggaran 2025 dan Pemeriksaan Kinerja Perumda Air Minum Tirta Randik, Kamis (30/10/2025) di Ruang Rapat Serasan Sekate.

“Lewat audit, kita bisa tahu di mana baju kita sudah rapi dan di mana masih miring kancingnya. Pemeriksaan itu bukan cari salah, tapi supaya kita semua bisa berbenah,” tambahnya tenang.

Pepatah lama bilang, “tak ada gading yang tak retak”. begitu pula dalam pengelolaan keuangan daerah. Selalu ada ruang untuk memperbaiki diri, dan di situlah letak nilai sejati dari pemeriksaan.

Kyai Rohman tidak ingin audit dipandang sebagai cambuk yang menakutkan, tapi sebagai cermin besar yang menampilkan bayangan sejati tata kelola pemerintahan. “Biar kita bisa lihat dengan jujur, mana yang sudah kinclong dan mana yang perlu digosok lagi,” ujarnya, disambut anggukan para kepala OPD.

Pemeriksaan kali ini bukan perkara kecil. BPK akan menelisik dua hal penting belanja daerah Tahun Anggaran 2025 dan efektivitas pengelolaan Perumda Air Minum Tirta Randik.

Artinya, bukan cuma pipa air yang dicek, tapi juga “pipa anggaran” agar keduanya sama-sama lancar, tidak bocor, dan manfaatnya bisa sampai ke masyarakat tanpa hambatan.

“Air bersih itu harus mengalir jernih, begitu juga dengan uang rakyat,” kata Wabup.

“Kalau airnya bening tapi anggarannya keruh, sama aja bohong”

Dari pihak BPK RI, Cendy Avrian selaku Wakil Penanggung Jawab Pemeriksaan menjelaskan bahwa audit dilakukan sesuai mandat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 dan Nomor 15 Tahun 2006.

Pemeriksaan pendahuluan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan terinci hingga akhir tahun.

Menurutnya, audit ini bukan sekadar prosedur tahunan, tapi bagian dari upaya membangun tata kelola keuangan daerah yang kuat dan transparan.

“Kami tidak datang untuk mencari-cari kesalahan, tapi memastikan uang rakyat benar-benar bekerja untuk rakyat,” tegas Cendy.

Ia bahkan menyebut bahwa dukungan dan keterbukaan Pemkab Muba akan jadi contoh baik bagi daerah lain. Pemeriksaan, katanya, bisa jadi ajang silaturahmi akuntabilitas. Sebab, hanya lewat keterbukaanlah kepercayaan publik bisa tumbuh.

Perumda Air Minum Tirta Randik menjadi salah satu sorotan dalam audit ini. Fokusnya pada pengelolaan produksi, distribusi air bersih, pelayanan pelanggan, hingga aspek administrasi dan keuangan.

Audit ini bukan hanya soal angka, tapi juga soal rasa keadilan. Karena di ujung pipa air itu ada rakyat yang menggantungkan hidupnya  dari mandi pagi sampai masak nasi.

Dan di ujung APBD itu ada harapan masyarakat agar setiap rupiah benar-benar kembali ke mereka dalam bentuk pelayanan yang nyata.

Kalau airnya jernih tapi sistemnya keruh, kepercayaan publik pun bisa mengering. Karena itu, Muba ingin memastikan keduanya sama-sama bersih, airnya dan anggarannya.

Dalam arahannya, Wabup Kyai Rohman berpesan kepada seluruh OPD dan jajaran Perumda Tirta Randik agar bersikap kooperatif dan terbuka. “Jangan pelit data. Kalau kita mau kelihatan bersih, ya harus berani ngaca. Jangan malah tutup muka,” ujarnya dengan senyum khasnya.

Pemerintah daerah, katanya, harus berani menjadikan audit sebagai momentum pembelajaran. Sebab, pemerintahan yang baik bukan yang tanpa kesalahan, tapi yang mau belajar dari kesalahan.

Audit yang sehat itu seperti medical check-up. Kadang hasilnya bikin kaget, tapi kalau dijalani dengan niat memperbaiki, hasil akhirnya adalah tubuh pemerintahan yang lebih kuat dan sehat.

Ada satu nilai yang selalu dipegang Muba dalam menghadapi audit kejujuran. Sebab, seperti kata pepatah, “yang jujur tak akan lari jauh dari terang”.

Di tengah sorotan publik terhadap akuntabilitas dan efisiensi APBD, langkah terbuka Pemkab Muba ini patut diapresiasi. Alih-alih menutup diri, mereka memilih jalan dialog dan introspeksi. Audit bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk memperbaiki diri bersama.

Muba ingin menunjukkan bahwa pemerintahan yang transparan bukan hanya tentang laporan keuangan, tapi tentang kejujuran dalam pelayanan dan keberanian untuk berubah.

Pada akhirnya, audit hanyalah alat seperti cermin di dinding. Ia tidak mempercantik wajah siapa pun, tapi membantu kita memperbaiki tampilan sebelum keluar rumah.

Begitu juga dengan BPK dan Pemkab Muba. Pemeriksaan bukan akhir dari perjalanan, tapi awal dari perbaikan berkelanjutan. Karena membangun kepercayaan publik itu bukan soal angka, tapi soal sikap.

Dan seperti kata Kyai Rohman menutup rapat siang itu, “Kalau kita mau maju, jangan takut ngaca. Sebab dari cermin itulah kita tahu siapa diri kita sebenarnya”.

Audit bukan momok, tapi cermin. Dan Muba memilih untuk melihatnya bukan dengan takut, tapi dengan tekad.[***]

Terpopuler

To Top