Sumselterkini.co.id,- Diangkat itu enak. Tapi kalau sudah diangkat, jangan lupa turun juga turun ke masyarakat, maksudnya, bukan turun jabatan, karena sejatinya, yang diangkat hari ini adalah pundak, bukan dagu.
Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru, baru saja meresmikan 3.077 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahap pertama, dan seremoni ini digelar megah di The Sultan Convention Center, Palembang baru-baru ini.
Sebuah momentum bersejarah, karena selain jadi hari baik tanggal 9 Dzulhijjah alias Hari Arafah, juga jadi hari di mana banyak status berubah: dari honorer yang penuh harap, jadi ASN yang penuh tanggung jawab (dan mudah-mudahan tak penuh gaya). Namun seperti kata pepatah orang tua kita di kampung “Kalau sudah jadi mata air, jangan cuma ngucur ke diri sendiri”.
Dalam pidatonya, Pak Gubernur menekankan pentingnya empat hal bersyukur, mengerti hirarki, tanggung jawab, dan inovatif. Empat nilai ini, kalau dijadikan singkatan mungkin jadi BHTI, yang kalau dibaca cepat bisa terdengar seperti merek sabun mandi. Tapi memang begitulah ASN, harus bersih dari niat malas, wangi dalam pelayanan, dan licin dari gosip tak sedap.
Kita tahu, jadi PPPK bukanlah akhir dari perjuangan, justru baru awal dari babak baru: babak di mana rakyat bisa sewaktu-waktu datang ke kantor dengan keluhan kabel tiang listrik yang miring atau jalan rusak depan warung kopi. Layanan tak boleh macet hanya karena pegawainya sibuk update status. “Akhirnyaaaa…resmi juga jadi ASN”. Kalau cuma duduk di balik meja sambil main game cacing, ya sama aja bohong. Cacingnya naik level, rakyatnya tetap nunggu tanda tangan.
Pak Deru juga menyinggung tentang pentingnya paham hirarki. Memang, dalam birokrasi, kita harus tahu siapa atasan, siapa bawahan. Tapi jangan sampai semua cuma tunduk ke atas, lalu lupa nengok ke bawah.
Di Jepang, pegawai negeri bukan cuma datang ke kantor, duduk, pulang. Di sana, mereka bisa sampai nyapu jalanan demi jaga citra publik. Di Finlandia, birokratnya terbiasa naik sepeda ke kantor bukan karena miskin, tapi karena tahu diri. Sementara di Sumsel, mari kita akui, masih ada yang baru dilantik, langsung minta ganti kursi empuk pakai sofa santai, he..he ..[maaf -guyon…]. Padahal meja kerja masih pinjaman.
Tuntutan inovasi dari Pak Gubernur untuk sementara ini patut kita tepuk tangan. [takutnya hanya basa-basi!]. Tapi ingat, jangan sampai semua yang disebut inovasi cuma jadi bentuk PDF buat lomba.
Inovasi bukan tentang memperbanyak slide PowerPoint, tapi memperbanyak solusi. Kalau rakyat bisa urus KTP tanpa harus bawa berkas seperti pindahan rumah, itu baru inovasi. Kalau bisa urus SKCK tanpa pakai sandal jepit tiga kali bolak-balik, itu baru layanan.
Setiap ASN harus punya produk inovasi, kata Gubernur. Tapi jangan sampe nanti ada yang bikin produk bernama Aplikasi Layanan Berbasis Kecepatan, isinya tetap lemot kayak sinyal di pinggir rawa.
Pak Gubernur juga mengingatkan soal ribuan pendaftar PPPK yang belum diangkat. Nah, ini catatan penting karena keberhasilan sejati bukan saat kita dapat SK, tapi saat kita tetap rendah hati melihat teman kita belum dapat apa-apa. Jangan baru dapat kartu pegawai langsung ghosting grup alumni. Ingat, yang tertawa hari ini, dulunya juga sama-sama gelisah menanti hasil.
Jadi, kalau hari ini kamu resmi PPPK, jangan hanya merayakan dengan potong tumpeng, tapi juga potong niat buruk niat malas, niat aji mumpung, dan niat pamer yang tak perlu. Jadi setelah dilantik, jangan hanya jadi “pegawai dalam papan nama”, tapi jadi pelayan yang sigap, murah senyum, dan punya niat baik tiap pagi.
Biar kelak, saat kita pensiun (dan semoga benar dapat pensiun beneran dari Taspen), kita bisa menepuk dada sambil berkat. “Aku pernah jadi pelayan rakyat, bukan sekadar pemilik meja kerja”
Selamat bekerja, para PPPK, jangan lupa meja kerja itu tempat melayani, bukan tempat bersantai sambil ngopi tiga jam, ngetik setengah jam, pulang cepat karena rapat internal keluarga.[***]