Palembang Terkini

Sampah Tak Lagi Galak, Bank Sampah Sapa Warga di Setiap Kelurahan

ist

Sumselterkini.co.id, – Di  halaman Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palembang tampak lebih semangat dari biasanya. Bukan karena ada bazar minyak goreng atau konser dangdut sore hari, tapi karena Wali Kota Palembang, Pak Ratu Dewa, turun tangan langsung meresmikan dua hal penting Program Satu Kelurahan Satu Bank Sampah dan Taman Edukasi Pengelolaan Sampah 4R.

“Kita mulai dari yang bau-baunya dulu deh,” ujar Pak Dewa sembari tersenyum dan melirik tong sampah di pojokan, yang entah kenapa, tetap eksis walau tak populer di Instagram.

“Pak, beneran ya… tiap kelurahan bakal ada bank sampah?” tanya Bu Ujang, seorang petugas kebersihan yang ikut hadir.
“Iya Bu. Insya Allah, bukan cuma bank yang isinya uang, sekarang kita punya bank yang isinya plastik bekas dan harapan,” jawab Pak Wali sembari menepuk bahu sopir truk sampah yang wajahnya seperti baru menang undian umrah.

“Eh, jadi nanti bisa nabung sampah ya, Pak?”
“Bisa Bu. Nabung sampah, panennya bisa duit. Coba tuh, lebih mulia mana: buang sampah sembarangan atau buang mantan dengan baik?”

Semua tertawa. Termasuk tong sampah di pojok, kalau dia bisa ketawa.

Pak Dewa kemudian jalan ke Taman Edukasi Sampah 4R. Tempat ini didesain buat anak-anak belajar tentang Reuse, Reduce, Recycle, dan Rekatkan Ikatan Sosial lewat Gotong Royong.

“Sampah itu seperti kebohongan,” ucap Pak Dewa serius. “Kalau dibuang sembarangan, dia bakal numpuk dan bikin bencana. Tapi kalau dikelola baik-baik, bisa berubah jadi berkah. Nih, contohnya botol bekas jadi pot bunga, mantan jadi teman.”

Program Anti Mager (alias males gerak) juga jadi tameng kebijakan. Camat-camat diminta untuk tidak hanya duduk manis di kantor, tapi juga keliling mencari titik rawan sampah, jalan rusak, hingga genangan yang lebih dalam dari kenangan masa lalu.

“Masalah lingkungan itu kayak baju sobek,” ujar Pak Dewa di podium.

“Kalau nggak dijahit segera, bisa robek semua. Nah, bank sampah ini semacam benang dan jarumnya.”

Bahkan sebagai bentuk apresiasi, 16 petugas kebersihan diberikan hadiah dari kulkas sampai sepeda. Petugas yang mengabdi lebih dari 30 tahun? Dapat hadiah tambahan.

“Itulah pejuang kita yang sesungguhnya,” ujar Pak Dewa. “Yang tiap pagi nyapu jalanan walau yang buang sampah kadang pakai dasi dan mobil mewah.”

Orang Jepang punya budaya Mottainai, artinya jangan mubazir. Di Tokyo, anak SD pun sudah tahu cara pilah sampah dengan lebih presisi dari akuntan BUMN. Di San Francisco, Amerika, ada program “Zero Waste by 2030” dan petugas kebersihan diundang ke sekolah-sekolah sebagai pahlawan.

Kita? Baru mulai, tapi langkahnya udah benar. Palembang punya gaya karena, seperti kata pepatah yang belum terkenal
“Lebih baik nyapu jalan tiap pagi, daripada nyapu muka tiap ditagih janji.”

Sampah itu bukan hanya urusan bau dan kotor. Ia adalah cermin dari cara kita hidup, berpikir, dan menghargai sesama. Ketika tiap kelurahan punya bank sampah, artinya kita sedang membangun peradaban kecil yang peduli lingkungan dari bawah.

Pak Wali Kota bukan sekadar potong pita. Ia mengajak warga belajar mengelola kotoran menjadi berkah karena, hidup ini memang seperti tong sampah kita tentukan sendiri, mau dibiarin penuh busuk atau dikelola jadi taman indah.

Dan seperti nasihat nenek moyang “Sebelum mencintai seseorang, cintailah kebersihan. Karena cinta sejati tidak datang dari bunga, tapi dari jalan yang bersih dan bebas genangan.”.[***]

Terpopuler

To Top