Begitu sampai di lokasi, Dewi langsung menyapa Rayhana dengan senyuman lebar. “Gimana, Bu, masih ada yang bisa dibawa pulang dari puing-puing ini?” tanya Dewi sambil melihat sekeliling, seakan api itu hanyalah bumbu tambahan dalam drama kehidupan yang tak terduga.
Lalu, dengan sigap dan penuh simpati, Dewi memberikan paket sembako lengkap berisi beras, minyak goreng, gandum, hingga mie instan. “Ini ada bahan pokok, semoga bisa sedikit meringankan, ya,” ujar Dewi sambil menyerahkan bantuan, tentu dengan senyum yang tulus.
Tak hanya sembako, Dewi juga menyerahkan uang santunan, yang meskipun nggak bisa menggantikan dapur dan kamar yang hilang, setidaknya bisa sedikit membantu mengurangi beban keluarga yang sedang berduka. “Semoga ini bisa membantu, dan semoga ketabahan dan keikhlasan jadi teman setia dalam menghadapi ujian ini,” ujar Dewi dengan penuh empati.
Satu hal yang nggak ketinggalan, Dewi juga memberikan apresiasi kepada warga sekitar dan petugas pemadam kebakaran yang sudah bertindak cepat. “Makasih banyak buat para pemadam kebakaran yang sudah cepat tanggap, kalian luar biasa!” seru Dewi, dengan penuh rasa terima kasih. Dalam hatinya, mungkin Dewi berpikir, “Kalau api bisa bicara, ia pasti bilang, ‘Udah cukup, deh, dramanya. Sekarang giliran Dewi yang kasih solusi!’”
Kebakaran itu memang meninggalkan kenangan pahit, tapi dengan adanya bantuan dari Dewi dan pihak-pihak yang peduli, semangat keluarga Rayhana untuk bangkit kembali jadi lebih besar. “Semoga yang terbaik datang segera. Jangan khawatir, rumah bisa dibangun lagi, yang penting semangat tak boleh padam!” ujar Dewi dengan penuh optimisme, seperti memberi api semangat yang lebih besar daripada api yang baru saja padam.
Dan begitulah, meskipun musibah datang tanpa permisi, selalu ada orang-orang seperti Dewi yang datang untuk membantu. Karena di balik setiap kepedihan, ada tangan-tangan penuh harapan yang siap menabur kebaikan.
Di tengah musibah yang melanda, ada satu hal yang bisa kita ambil pelajaran. Bahwa dalam hidup, apapun bisa terjadi tanpa kita duga. Seperti api yang datang tiba-tiba, kadang kehidupan juga memberikan ujian yang datang tanpa pemberitahuan. Namun, yang membedakan adalah bagaimana kita menghadapi ujian itu. Kita bisa saja terpuruk, tapi yang pasti, tidak ada yang bisa mengalahkan semangat gotong royong.
Semangat memberi bantuan fisik, tetapi juga memberikan harapan. Karena, jika kita bisa membantu satu orang bangkit, maka kita juga membantu menyalakan api semangat yang tak akan pernah padam.
Jadi, kalau bicara soal kebakaran ini, kita mungkin bisa bilang, “Api sudah padam, tapi semangat baru saja menyala.” Karena terkadang, hal-hal yang membuat kita jatuh adalah cara hidup mengingatkan kita bahwa kita bisa bangkit lebih kuat dari sebelumnya.
Dan saat kita dibantu oleh tangan-tangan yang tulus, seperti yang Dewi lakukan, kita jadi tahu musibah itu memang berat, tapi bersama, kita bisa mengubahnya jadi kekuatan. Karena apapun yang dibakar oleh api, yang penting tetap bisa dibangkitkan kembali, selama kita punya semangat dan orang-orang yang peduli.[***]