Sumselterkini.co.id, – Donor darah di Palembang sekarang mirip pesta kecil rasa keluarga kayak arisan tapi yang dibawa pulang bukan Tupperware, melainkan kantong beras dan rasa bahagia. Setelah Ramadan lewat, warga tak hanya berbagi kue kering tapi juga sel darah merah, seolah berkata “Ini lho, setetes darahku buat hidupmu. Dan siapa sangka, dengan hanya berbaring 10 menit, lo bisa jadi pahlawan dadakan.
Di ranjang donor juga, demi setetes kemanusiaan yang bisa menyelamatkan nyawa. Donor darah pun kini bukan lagi kegiatan sunyi penuh jarum dan bau alkohol, tapi sudah menjelma jadi ajang kumpul-kumpul rasa arisan, dimana tiap tetes darah dihargai setulus cinta… plus sebungkus beras 5 kilo sebagai bumbu manisnya.
Jangan salah, ini bukan donor biasa yang sepi dan penuh bau antiseptik. Kali ini, suasananya lebih mirip hajatan mini. Musik lembut mengalun, tawa para relawan bersahutan, dan pendonor baik lelaki tangguh maupun perempuan berhati lembut antre dengan sabar.
Beberapa bahkan tampil kece maksimal, ada yang pakai dress bunga-bunga, ada juga yang dandanan rapi bak mau ngisi seminar. Karena apa? Karena donor darah sekarang bukan sekadar aksi sosial. Ini udah kayak ajang reuni, tempat berbagi kasih, tempat ngumpul sambil tebar manfaat, kesannya seperti “Donor darah rasa arisan keluarga”.
Hari Minggu, 13 April 2025, dua lokasi jadi saksi semangat kemanusiaan yang membara. Di SMA Kumbang, Yayasan Budha Tzu Chi menggelar aksi donor darah. Tak jauh dari situ, Yayasan Vihara Dharmakirti juga nggak mau kalah, bikin kegiatan serupa di TK Manggala, dalam kompleks Vihara Dharmakirti. Dan bukan Palembang namanya kalau acara sosial nggak dibumbui kehangatan. Tiap pendonor pulang bawa beras 5 kilogram dan bingkisan menarik lainnya. Yang baru pertama kali donor langsung bilang, “Eh ini enak juga ya, habis nolong orang, dapet rezeki juga.”
Ibu Dewi Sastrani, Ketua PMI Kota Palembang, tampak penuh semangat. Dalam balutan batik warna cerah dan senyum khas emak-emak penuh kasih, beliau bilang, “Kami sangat berharap kegiatan sosial seperti ini bisa terus dilakukan secara rutin.” Dan dengan 400 kantong darah yang terkumpul, stok PMI diprediksi aman buat sepuluh hari ke depan. Sebuah prestasi yang layak diberi tepuk tangan dan semangkuk pempek.
Tapi bukan cuma soal jumlah. Ibu Dewi juga menekankan pentingnya kecepatan distribusi darah. “Karena darah ini, sayang, punya masa simpan. Nggak bisa kita simpan lama-lama kayak rendang di freezer,” katanya. Yang menarik, beliau juga menyoroti kebutuhan darah golongan AB yang masih langka. “Tapi dengan kegiatan seperti ini, kita makin optimis,” tambahnya.
Dan mari kita beri panggung sejenak pada kaum perempuan. Karena hari itu, banyak ibu-ibu, mahasiswi, dan pekerja perempuan yang datang dan ikut berbaring di ranjang donor. Ada yang sambil senyum malu-malu, ada yang dengan bangga cerita ini kali keempat dia donor. Ada satu ibu muda yang datang sambil gendong anaknya, titip sebentar ke relawan, lalu bilang, “Biar anakku lihat, ibunya bisa bantu orang lain.” Sebuah momen yang bikin bulu kuduk berdiri, dan bukan karena AC.
Sementara itu, Pak Darwis Hidayat, Penasehat Yayasan Vihara Dharmakirti, dengan gaya kalem tapi berisi, menyampaikan bahwa kegiatan donor ini rutin mereka adakan. “Kami biasanya dua kali setahun, menjelang Waisak dan ulang tahun Vihara. Ini bentuk kepedulian kami,” ujarnya. Dan sebagai bentuk apresiasi, mereka siapkan 200 kantong beras 5 kg plus bingkisan lainnya. Sebuah cara yang manis untuk bilang “terima kasih” kepada para pahlawan tanpa tanda jasa ini.
Yang tak kalah menarik, suasana di lokasi benar-benar akrab. Ada ibu-ibu yang saling tukar resep sambil nunggu giliran. Ada bapak-bapak yang saling cerita pengalaman donor, seperti sedang ngobrol di pos ronda. Bahkan ada relawan muda yang mendadak jadi MC dadakan, menghibur peserta sambil bagi snack. Pokoknya, kegiatan donor ini sukses menyulap suasana formal jadi ruang kehangatan keluarga.
Kiki, salah satu pendonor veteran, sudah 15 kali menyumbangkan darahnya. Dengan gaya santai dan senyum renyah, dia bilang, “Saya rutin donor, badan jadi enteng, hati adem. Ini salah satu bentuk solidaritas yang bisa kita kasih ke sesama manusia.” Dan betul juga. Di zaman sekarang, di mana kata “peduli” sering hanya jadi caption Instagram, aksi konkret seperti donor darah jadi bukti cinta yang sesungguhnya.
Aksi sosial seperti ini adalah bukti bahwa rasa kemanusiaan masih hidup dan berdetak. Bahwa semangat gotong royong tidak punah meski gempuran digital makin menggila. Bahwa perempuan dan laki-laki, muda dan tua, bisa duduk sejajar saling bantu, saling peduli.
Maka kalau ada yang masih ragu untuk donor darah, coba pikirkan ini satu kantong darahmu bisa menyelamatkan tiga nyawa. Dan siapa tahu, nyawa yang kamu selamatkan itu adalah seseorang yang akan berkontribusi besar di masa depan. Atau lebih sederhana lagi, kamu nolong orang, tapi pulang bawa beras. Cuan akhirat, cuan dunia. Kombo bukan?
Kalau bisa pakai hati, kenapa harus pakai alasan? Yuk, donor darah. Karena setetes darahmu bisa jadi lautan harapan buat orang lain. Dan siapa tahu, kamu juga pulang bawa berkah dan bonus satu kantong cinta dari semesta.[***]
