Sumselterkini.co.id,- Jam masih menunjukkan pukul 06.30 pagi. Sementara sebagian warga Palembang masih rebahan sambil ngucek-ngucek mata, di Posko Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PKP) Kota Palembang, kopi sudah tinggal ampas, sepatu bot sudah rapi berjajar, dan suara HT (handy talky) mulai berisik kayak grup WhatsApp keluarga saat musim kirim ucapan Lebaran.
Hari itu, Kamis, 10 Mei 2025, bukan hari biasa. Selain masih suasana halal bihalal, Wali Kota Palembang Ratu Dewa datang langsung ke markas Damkar, bukan buat inspeksi semprot air, tapi untuk bersalaman dan memberikan penghargaan setulus hati. Di tengah aroma nasi goreng kantin dan dengungan AC tua, Pak Wali menyampaikan rasa bangganya kepada para petugas Damkar yang tetap siaga selama Ramadan hingga Idul Fitri. “Saya kasih apresiasi yang setinggi-tingginya. Mereka ini pejuang 24 jam. Dari urusan kebakaran sampai pelepasan cincin anak-anak yang iseng,” ujar Ratu Dewa sambil senyum lebar dan semangat layaknya motivator acara pagi.
Tak sampai sejam setelah Pak Wali pulang, bunyi sirene darurat kecil meraung. Bukan panggilan kebakaran, tapi laporan dari ibu-ibu di kawasan Bukit Kecil anaknya memasukkan cincin ke jari telunjuk, dan sekarang jarinya udah merah kayak tomat keramas.
Petugas yang berangkat, Bang Indra dan Bang Yandi, langsung gas. “Pekerjaan ini udah biasa. Tapi tetap deg-degan tiap kali liat ibu-ibu panik,” kata Bang Indra sambil nyengir.
Di lokasi, mereka gak bawa alat berat. Cukup satu set alat pemotong mini, pelumas, dan rayuan lembut ala Paman Gober. Setelah 15 menit operasi penyelamatan jari, si anak sukses lepas dari nasib jadi Wolverine gagal. Semua tepuk tangan, ibu anak peluk-pelukan, petugas pamit dengan senyum seperti baru nyelamatin dunia.
Belum sempat makan siang, laporan lain masuk “Ada biawak nyasar ke kamar tidur warga.” Lokasinya di kawasan Plaju. Tanpa pikir panjang, dua petugas meluncur. Sesampainya di rumah, si pemilik nyaris manjat lemari karena takut, dan biawaknya malah santai di bawah meja rias, seolah lagi nunggu makeup artist. “Biawak ini udah tua, Pak. Gak agresif. Tapi baunya ya, ampun,” ujar petugas sambil cekikikan.
Dalam waktu 10 menit, biawak berhasil dijinakkan dan dimasukkan ke karung. Bukan ditangkap pakai kekerasan, tapi pakai kesabaran dan teknik khusus yang biasa dipakai buat nangkep mantan tenang, sabar, dan jangan banyak gerak.
Tak lama berselang, giliran laporan kebakaran di salah satu rumah di Talang Betutu. Penyebabnya: colokan listrik ditumpuk-tumpuk sampai kayak nasi tumpeng, dan kipas angin dibiarkan menyala 24 jam non-stop sejak malam takbiran.
Mobil Damkar pun meluncur dengan iring-iringan seperti kirab pengantin. Hanya saja, pengantinnya adalah tim penyelamat yang siap nyemplung ke rumah berasap, bukan bawa mahar dan seserahan.
“Panasnya luar biasa, Pak. Tapi alhamdulillah, gak ada korban,” ujar Bang Riza, komandan regu, sambil ngelap keringat dengan tisu basah yang entah kenapa aromanya kayak daun pandan.
Menjelang maghrib, petugas balik ke posko. Sebagian lelah, sebagian mulai bersiap untuk shift malam. Ada yang nyuci selang, ada yang makan mie rebus, ada yang main catur sambil tidur. Hidup mereka gak glamor, gak viral, dan jarang masuk FYP. Tapi hari itu, mereka mendapat satu hal yang jarang mereka rasakan dihargai.
Wali Kota Ratu Dewa bilang, “tugas Damkar itu gak sepele. Mulia, bahkan sering kali mereka datang lebih dulu dari rasa panik kita.”
Dan memang betul. Mereka bukan cuma pemadam api. Tapi pemadam panik, pemadam drama, bahkan pemadam urusan domestik warga. Maka tak heran kalau Kepala Dinas Kemas Haikal sedang perjuangkan penambahan tunjangan dan formasi. Karena kerja sebanyak ini, dengan personel yang kurang, ya ibarat masak gulai pakai rice cooker bisa, tapi nyusahin semua.
Jangan cuma inget Damkar pas dapur kebakar. Mereka ada juga saat kita butuh melepaskan cincin, menangkap biawak, atau sekadar memastikan hidup tetap aman dan nyaman. Mereka adalah pasukan merah yang tak kenal lelah, bahkan ketika toples sagon udah kosong dan amplop THR tinggal isi janji.[***]
