Olahraga & Otomotif

ESPORTS :”Rizky-Rizky Club & Liga Tukang Nyepak Virtual, Saatnya Jempol Lebih Tajam dari Taji Ayam Bangkok”

pssi

ADA masanya sepak bola butuh stamina, kaki yang cepat, dan dengkul yang tahan banting, tapi zaman sekarang, asal jempolmu lincah dan koneksi Wi-Fi tak seperti sinyal di rumah nenek, kamu bisa jadi wakil Indonesia di FIFAe World Cup. Yes, saudara-saudara, jempol kini resmi jadi alat bela negara.

PSSI, organisasi yang biasanya ngurusin bola beneran, kini merambah dunia yang lebih pixelated eFootball. Lewat kerja sama dengan IFeL, mereka meluncurkan Indonesia Football Esports Championship (IFEC) turnamen resmi esports sepak bola digital.

Tujuannya? Bukan cuma hiburan, tapi juga jalan ninja buat nyaring anak-anak jempol dari seluruh Nusantara demi membela Merah Putih di ajang FIFAe World Cup 2025 di Arab Saudi.

Inilah era ketika suara kipas laptop lebih sering terdengar daripada yel-yel di stadion.

Bayangkan ini seorang anak muda, duduk di lantai dengan posisi kuda-kuda sila, satu tangan megang HP, tangan satunya nyari colokan. Dia bukan sembarang pemain, dia pejuang. Mimpinya bukan lagi jadi Ronaldo, tapi jadi Rizky Faidan berikutnya pahlawan console yang sukses bikin Brasil gigit jempol di FIFAe World Cup 2024.

Kalau dulu bibit pemain sepak bola dicari lewat SSB dan turnamen tarkam, sekarang lewat turnamen daring, jalur wildcard, sampai event offline yang vibes-nya mirip lomba gaple di 17-an, tapi berhadiah panggilan negara. Semua platform diangkut mobile dan console, yang main di pojokan kos-kosan sampai yang punya setup RGB full seharga motor matic.

IFEC punya empat jalur seleksi development division, jalur buat semi-pro, yang masih nyambi joki akun tapi skill-nya tak main-main. Online Qualifier, buat umum dan  bebas, asal koneksi stabil, kamu bisa nyusul cita-cita serta Special Event (Offline), rasakan euforia main sambil ngopi di event offline. Seringkali musuh terberat bukan lawanmu, tapi colokan listrik dan charger yang lupa dibawa.

Wildcard, undangan eksklusif, mirip kayak dapet golden ticket dari Willy Wonka, tapi ini buat pemain yang CV-nya udah kayak portofolio dosen senior.

Di jalur Mobile, ada nama-nama yang terdengar seperti boyband indie Yogattuso, Pandhu’ Mambo, Putra Forseken. Sementara di jalur Console Coop, format duo maut hadir dengan kombo nama yang tak kalah ikonik Rizky Adhe & Jeha, Tarzan & Indar, Fauzan & Luthfi, mereka bukan sekadar pasangan main, tapi duet maut yang siap menyepak-nyepak digital demi nama bangsa.

Kalau kamu pikir ‘syuting’ itu cuma kerjaan kameramen, tunggu sampai lihat mereka bikin ‘syuting’ dari tengah lapangan dan gol masuk lewat bug yang bikin kamu pengen pensiun dini.

Dalam budaya kita yang kerap sinis sama gamer,“main HP mulu, kerja kek!”, kehadiran IFEC ini seperti nasi goreng di pagi hari menyejukkan, mengenyangkan, dan menampar kenyinyiran.

Sudah waktunya kita paham  olahraga tak lagi melulu soal keringat di lapangan, tapi juga soal fokus, strategi, dan skill jempol yang kadang lebih cepat dari proses pencairan bansos.

Pepatah baru pun lahir “Jangan remehkan anak warnet, bisa jadi dia yang angkat trofi dunia”

Buat kamu yang masih ngira main game itu buang-buang waktu, mungkin saatnya upgrade cara pandang. Dunia berubah. Sepak bola bukan lagi hanya tentang siapa yang bisa tendang bola terjauh, tapi juga siapa yang bisa nyepak digital dengan timing presisi, dan strategi sehalus umpan lambung Xavi.

Kalau dulu orang tua bilang, “Main terus, nanti kamu gak punya masa depan.” Sekarang, jawabannya bisa “Main terus, nanti aku ke Arab Saudi, Mak.”

Indonesia sedang mencetak sejarah baru di ranah esports sepak bola, dengan sistem seleksi seperti saringan tahu bulat panas, dadakan, tapi penuh potensi IFEC adalah panggung buat anak-anak jempol jadi jagoan nasional.

Kita doakan bersama, semoga dari gelaran ini lahir lagi Rizky-Rizky baru, yang bisa bikin tim-tim luar negeri mengeluh, “Indonesia lagi, Indonesia lagi…”

Ingat! saudara-saudara dalam dunia esports, kadang kemenangan bukan ditentukan oleh kaki, tapi oleh jempol yang sudah ditempa oleh turnamen, latihan, dan cinta negeri.

Kalau kamu punya jempol, waktu, dan koneksi yang lebih kuat dari hubungan LDR, mungkin saatnya ikut IFEC. Karena di zaman sekarang, kadang jalan ke Piala Dunia dimulai dari kamar kos.[***]

Terpopuler

To Top