Olahraga & Otomotif

“Jangan Biarkan Messi Lahir di Kebun Tebu, PSSI & FIFA Sedang Nyemai Bakat di Tanah Garuda”

pssi

“Setiap anak yang menendang bola di lapangan berdebu suatu hari bisa jadi pahlawan di panggung dunia, asalkan ada jalan yang membawanya ke sana.” -Nova Arianto, pelatih Timnas U-17 Indonesia (dalam sesi TDS 2025)

DARI sebuah lapangan rumput hijau di Yogyakarta, bukan cuma bola yang bergulir, tapi juga harapan. Harapan bahwa bocah-bocah dengan dengkul belepotan lumpur, yang dulu cuma main bola pakai sandal jepit bolong dan tiang gawang dari sandal, kini bisa bermimpi besar, bahkan dengan mata terbuka. PSSI, bareng FIFA, kayak lagi bikin dapur masa depan sepak bola lewat program FIFA Talent Development Scheme (TDS), yang nggak cuma keren dari namanya, tapi juga dari tujuannya.

Bayangkan ini 20 pelatih muda, plus 24 pemain U-16 terbaik dari pelosok negeri, dikumpulkan di satu tempat. Pelatihnya belajar bareng langsung dari pakar FIFA, pemainnya diasah, diamati, disemai. Ibarat ladang, ini bukan cuma nanem padi sembarangan, tapi tanam benih unggul pakai pupuk motivasi dan irigasi strategi internasional.

Kalau dulu pembinaan pemain muda seperti coba nanam durian di pot plastik  tumbuh sih, tapi mampet  sekarang PSSI ngajak kita beralih ke cara tanam yang serius. Terstruktur. Terintegrasi. Dari akar sampai daun, dari desa sampai stadion, semuanya dibikin nyambung.

Seperti kata Indra Sjafri, Plt Direktur Teknik PSSI, “Kita tidak boleh punya celah dalam sistem identifikasi bakat”. Itu artinya, jangan sampai ada Lionel Messi dari Lebak atau Luka Modric dari Mojokerto yang kelewat radar, cuma gara-gara kampungnya susah sinyal atau pelatihnya masih sibuk dagang pulsa.

Pendidikan sepak bola bukan cuma tentang bikin anak-anak bisa nutmeg temennya sambil salto. Ini tentang bagaimana kasih mereka akses. Kasih mereka pelatih yang ngerti cara ngelatih, bukan cuma yang jago teriak “tekan terus!” sambil ngopi di pinggir lapangan.

Itulah kenapa Talent Identification Workshop for Coaches digelar bersamaan dengan Talent Development Player Camp. Pelatih belajar cara melihat berlian mentah, bukan batu biasa. Karena sejatinya, setiap anak itu punya potensi. Tapi seperti pepatah dari kampung sebelah, “Emas tetap emas, tapi kalau dikubur di kebun singkong ya nggak akan jadi kalung”.

Dua orang dari FIFA ikut mengawasi langsung Richard Allen dan Aris Caslib. Mereka bukan sekadar datang selfie trus pulang, tapi beneran nyemplung, nyimak, dan kasih materi. Bahkan Nova Arianto, pelatih Timnas U-17, juga turun tangan ngajarin teknik dan mindset ke pelatih-pelatih lokal. Ini semacam bootcamp sepak bola, tapi versinya premium. Premium bukan karena pakai AC, tapi karena isinya visi dan mimpi yang matang.

Dan tak lupa, Wakil Ketua Umum PSSI Ratu Tisha datang sendiri. Bukan buat seremonial makan snack, tapi buat duduk bareng peserta, ngobrol, dengerin, kasih semangat. Karena memang perubahan besar dimulai dari perhatian kecil.

Jangan salah, bro. Yang bikin Kroasia bisa dua kali masuk final dan semifinal Piala Dunia, padahal penduduknya cuma sekitar 4 juta, bukan karena mereka rajin minum susu kambing. Tapi karena mereka sudah menanam bibit sepak bola sejak usia dini, dengan sistem pembinaan yang terdesentralisasi tapi terpantau rapi. Klub kecil punya akademi, federasi punya jalur, semua pemain muda dipantau dan dilatih secara serius.

Bahkan Jerman, sejak trauma Piala Eropa 2000 yang jeblok total, langsung berbenah. Mereka bikin kebijakan wajib punya akademi di setiap klub Bundesliga. Dana digelontorkan, pelatih dilatih, dan akhirnya panen dari Thomas Müller sampai Joshua Kimmich, semua lahir dari dapur pembinaan usia muda.

Di Asia Tenggara, Vietnam juga udah lebih dulu nyetel gas. Mereka gandeng akademi luar seperti Hoang Anh Gia Lai – Arsenal JMG Academy, dan pelatih timnas junior mereka sering dikirim pelatihan ke Jepang dan Korea. Hasilnya? Timnas U-23 Vietnam bisa ngerangkak masuk ke final SEA Games dan mengalahkan tim-tim yang dulu dianggap raksasa.

Serius & konsisten

Nah, sekarang PSSI mulai nyusul jalur itu. Jangan mau kalah terus sama negara yang penduduknya lebih sedikit dari jumlah warga Bekasi. Kalau kita serius dan konsisten, potensi kita jauh lebih besar. Ibarat petani  tanahnya subur, benihnya bagus, tinggal rajin nyiram dan jangan ditinggal kawin lari.

Batch pertama ini memang digelar di Yogyakarta. Tapi tenang, program ini akan lanjut ke Bogor (8–11 Juli) dan Jakarta (13–16 Juli). Artinya, ini bukan proyek setengah hati. Ini bukan “proyek foto-foto buat press release”, tapi ikhtiar panjang menuju sepak bola yang berakar kuat dan berbuah manis.

Bayangkan nanti ada pelatih dari Nganjuk yang jadi asisten Timnas. Atau anak dari Bima yang jadi kapten U-19. Atau wasit dari Belitung yang bisa pimpin pertandingan AFC. Semua itu mungkin, asal jalan ke sana dibuka. Dan PSSI lagi buka jalan itu, dengan cara yang (akhirnya) serius dan nasionalis.

Kalau sepak bola Indonesia mau maju, harus dimulai dari pembinaan usia muda. Itu klise, tapi tetap benar. Dan sekarang, klise itu mulai dijalankan. TDS bukan cuma tentang mencari yang jago nendang bola, tapi yang punya karakter. Yang kuat bukan cuma di kaki, tapi juga di kepala dan hati.

Ibarat bikin rendang, butuh waktu dan bumbu yang pas. Tak bisa instan. Tapi kalau dikelola dengan benar, hasilnya bisa bikin dunia kenyang rasa Indonesia.

Dan untuk kalian yang masih ragu, percayalah, Messi tak akan lahir dari rumput sintetis tanpa cinta. Tapi dari tanah yang dirawat dengan sepenuh hati, seperti yang sedang coba dilakukan PSSI dan FIFA hari ini.

“You have to fight to reach your dream. You have to sacrifice and work hard for it”Lionel Messi, artinya “Kamu harus berjuang untuk meraih mimpimu. Kamu harus berkorban dan bekerja keras untuk itu”.

Mari dukung anak-anak muda kita untuk terus menendang mimpi mereka, bukan hanya di gang sempit, tapi sampai ke stadion besar. Karena, siapa tahu, kapten timnas di Piala Dunia nanti sedang belajar menggocek di kamp pemain muda hari ini. Dan semoga kita tak lagi cuma jadi penonton di layar kaca, tapi ikut jadi bagian dari cerita kejayaan Garuda.[***]

Terpopuler

To Top