Obyek Wisata

Kolaborasi 5 Pihak Sulap Desa Wisata Jadi Magnet Baru

ist

PERNAH dengar pepatah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”?, Nah, pepatah itu sepertinya cocok banget buat menggambarkan bagaimana sebuah desa wisata bisa menjelma jadi magnet baru pariwisata di ajang Wonderful Indonesia Awards (WIA) 2025). Bukan karena jurus sulap ala pesulap topi tinggi, tapi karena adanya kolaborasi 5 pihak alias pentahelix, pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat. Kalau salah satunya absen, rasanya kayak nonton dangdut tanpa kendang, sepi, hambar, dan bikin ngantuk.

Bayangkan sebuah desa yang dulu cuma dikenal, karena suara jangkrik dan aroma sawah. Wisatawan lewat saja, paling beli es teh di warung. Lalu pemerintah datang, memperbaiki jalan dan memberi program desa wisata. Swasta ikut nimbrung, membangun homestay ramah lingkungan dan kafe kekinian.

Akademisi masuk, memberikan pelatihan manajemen wisata, bahkan bikin riset agar branding desa sesuai target pasar. Media lokal rajin memberitakan, konten kreator datang bikin video viral. Dan masyarakat?, mereka jadi tuan rumah yang ramah, menyajikan kuliner khas sambil menyapa, “Mau nambah sambel nggak, Mas?”, hasilnya, desa itu pun bertransformasi, dari sunyi jadi ramai, dari lewat jadi tujuan.

Kocaknya, perubahan ini kadang bikin warga desa bengong, dulu, parkiran motor di balai desa cuma diisi tiga motor, sekarang, bisa kayak pameran otomotif. Anak-anak muda yang dulunya main catur di pos ronda kini sibuk jadi pemandu wisata, bahkan belajar bahasa Inggris dadakan. Ada yang dulu cuma bisa bilang “hello mister”, sekarang sudah lancar menawarkan paket wisata. Transformasi ini menunjukkan bahwa kolaborasi pentahelix bukan teori doang, tapi nyata di lapangan.

Kalau dianalisis, kunci keberhasilan kolaborasi ini ada tiga. Pertama, pemerintah sebagai fasilitator, tanpa regulasi dan dukungan infrastruktur, desa wisata cuma jadi wacana. Kedua, swasta sebagai investor dan inovator. Mereka hadir membawa modal, ide, dan teknologi. Ketiga, akademisi yang memberi dasar ilmiah, agar pengembangan wisata nggak asal-asalan. Keempat, media sebagai pengeras suara, bikin orang tahu kalau desa itu keren. Dan terakhir, masyarakat sebagai jantung destinasi. Wisata tanpa warga yang terlibat? Ya sama saja kayak makan sayur tanpa garam, ada, tapi hambar.

Pepatah bilang, “Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui”. Kolaborasi pentahelix justru lebih dahsyat, sekali kerja bareng, banyak manfaat diraih. Ekonomi lokal tumbuh, budaya terjaga, alam lebih terawat, dan tentu saja wisatawan senang. Bahkan, desa wisata yang sukses bisa jadi contoh dan inspirasi bagi daerah lain.

Suatu kali, wisatawan asing datang ke desa wisata dan diajak makan nasi liwet, karena belum terbiasa, dia pakai sendok garpu, sementara warga desa lahap pakai tangan. Bukannya malu, warga malah menjelaskan dengan penuh canda “Di sini, kalau makan pakai tangan, rasanya bisa naik level, kayak main game”. Wisatawan pun tertawa, lalu mencoba dan benar, dia bilang makanannya terasa lebih enak, dari hal sederhana itu, terbangunlah interaksi hangat yang tak bisa dibeli dengan uang.

Pariwisata bukan cuma soal destinasi indah, tapi juga soal kolaborasi, kreativitas, dan kebersamaan. Desa wisata bisa maju bukan karena satu pihak, tapi karena semua unsur mau bergandeng tangan. Jika salah satu egois, kolaborasi bubar jalan. Tapi kalau semua ikhlas, hasilnya bukan hanya desa yang berkembang, tapi juga masyarakat yang berdaya.

WIA 2025 bukan hanya panggung penghargaan, tapi juga cermin nyata bagaimana kolaborasi pentahelix bisa menyulap desa wisata biasa jadi magnet luar biasa. Kepala daerah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat harus terus bersinergi, bukan sekadar demi piala, tapi demi masa depan pariwisata berkelanjutan.

Jadi, kalau ada desa yang masih sepi, jangan khawatir. Ingatlah bahwa sulap terbaik bukan datang dari tongkat ajaib, tapi dari kerja sama lima pihak yang solid. Dengan begitu, desa wisata bukan hanya jadi tempat singgah, tapi jadi kisah indah yang dibawa pulang wisatawan ke seluruh dunia.[***]

Terpopuler

To Top