Nasional

Misi Rahasia Hiu Paus, Berenang, Difoto hingga Dikasih Alat Mata-Mata, Ada Apa!

kkp

Sumselterkini.co.id, -Di perairan Desa Botubarani, Gorontalo, dua ekor hiu paus baru saja dikasih Wi-Fi dari langit. Bukan buat update status atau cari jodoh via aplikasi, tapi untuk dilacak ke mana mereka berenang.

Ya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kerja bareng Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) masangin satellite tagging alias penanda satelit di punggung dua makhluk gede yang lembut hati itu.

Kenapa penting? Karena hiu paus ini seperti tamu misterius datang tiba-tiba, pergi tanpa pamit, dan kadang nyasar sampai ke laut negara tetangga. Makanya, perlu dilacak biar kita tahu, mereka mampir ke mana aja? Ngapain? Bawa bekal berapa kilo plankton?

Kalau manusia butuh Google Maps biar nggak nyasar, hiu paus butuh satelit biar manusia tahu ke mana mereka nyebur. Lucunya, hewan laut ini bisa lebih gampang dilacak dibanding mantan yang tiba-tiba hilang setelah ngutang!

Botubarani ini ibarat rumah makan Padang di luar negeri nggak besar, tapi selalu rame. Tiap tahun, hiu paus nongol dengan gaya selebriti laut berenang perlahan, senyum-senyum, lalu difoto turis.

Bahkan dunia internasional sudah melirik, kata Abdi Hasan dari YKCI, sudah lima ekor hiu paus di-tagging, dan sebentar lagi bakal genap sepuluh. Kalo dikumpulin, bisa bikin grup WhatsApp Hiu Paus Botubarani Lovers.

Tapi jangan salah, ini bukan cuma buat lucu-lucuan. Teknologi tagging ini penting. Kita jadi tahu rute migrasi si bintang laut ini mungkin dari Gorontalo ke Filipina, mampir ke Bali, terus lanjut honeymoon ke Samudra Hindia.

Kalau manusia punya rencana hidup lima tahun ke depan, hiu paus pun punya rencana migrasi musim depan. Pepatah laut berkata. “Jangan hanya menonton ikan menari, pahami juga arus yang menggerakkannya.”

Direktur Jenderal Koswara bilang, kehadiran hiu paus bisa jadi daya tarik wisata. Ini ibarat punya boyband tapi bentuknya ikan raksasa. Dan, tentu saja, konsernya cuma di laut.

Bayangin, negara lain juga berlomba-lomba menjadikan hiu paus sebagai maskot pariwisata, Di Meksiko, turis rela bayar mahal buat berenang bareng mereka. Di Filipina, Donsol sudah panen duit dari wisata ramah hiu paus. Indonesia? Ya harusnya bisa lebih jago. Kita punya laut luas, hiu-nya ganteng-ganteng, dan warga lokal yang jago masak ikan (eh, bukan yang ini maksudnya…).

Yang penting, wisata hiu paus harus tetap pakai SOP ramah lingkungan. Jangan sampai demi dapet selfie, turis malah bikin si hiu stres, lalu migrasi ke tempat lain kayak mantan yang kabur gara-gara kamu terlalu posesif.

Tagging ini sukses bukan karena satu lembaga kerja sendiri, tapi karena bareng-bareng. Ada KKP, YKCI, Dinas Kelautan dan Perikanan Gorontalo, sampai komunitas lokal yang nggak kalah semangat. Ada KOMPAK Orca, Pokdarwis, dan Pokmaswas yang kalau dijadiin boyband, bisa bikin album “Laut Kita, Tanggung Jawab Bersama”.

Dan jangan lupakan masyarakat. Wisata bahari berbasis komunitas itu penting. Jangan sampai lautnya keren, tapi warga lokal cuma jadi penonton. Harus ada pelibatan nyata, bukan cuma narasi indah di proposal seminar.

Proyek tagging hiu paus ini seperti kita belajar memahami pasangan harus sabar, telaten, dan pakai teknologi kalau perlu. Jika hiu paus bisa diteliti pergerakannya demi ekosistem, masa kamu masih belum ngerti kenapa dia marah tiap malam minggu?

Konservasi bukan cuma soal menyelamatkan makhluk laut, tapi juga menyelamatkan masa depan kita sendiri. Karena kalau laut rusak, bukan cuma ikan yang hilang. Kita juga kehilangan sumber pangan, wisata, dan cerita, seperti kata orang bijak dari pesisir.“Jangan tunggu laut marah dulu baru kau belajar mencintainya,”.

Kalau kamu ke Botubarani nanti, jangan cuma cari hiu paus buat konten. Dengarkan laut. Karena laut pun bisa bicara kalau kita mau menyimak, bukan hanya selfie.

Tapi ingat, jangan ganggu hiu pausnya. Hormati rumahnya. Jangan cuma datang buat konten, tapi datanglah dengan kesadaran bahwa setiap titik GPS di punggung hiu paus adalah sinyal bahwa laut sedang berbicara kepada kita.

Kata nenek moyang bahari, “. Jika engkau mencintai laut, cintailah pula isi dan misterinya. Karena laut bukan hanya air, tapi rumah bagi kehidupan yang belum kita pahami,”.[***]

Terpopuler

To Top