Sumselterkini.co.id, – Kalau biasanya yang diuji itu anak sekolah atau peserta audisi dangdut, kali ini giliran para pejabat eselon II di Kabupaten Musi Banyuasin yang kena giliran disidang ilmu, dicek nalar, dan dites niatnya. Bertempat di Hotel Santika Premiere Bandara Palembang, acara bertajuk Job Fit dan Evaluasi Kinerja Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama ini dibuka langsung Wakil Bupati Musi Banyuasin, Kyai Rohman yang tampil santai tapi serius, seperti dosen pembimbing skripsi yang bisa senyum tapi tetap bikin dagdigdug.
Kyai Rohman menyampaikan dengan gaya khasnya, “Uji kesesuaian ini bukan sekadar rutinitas birokrasi. Ini adalah panggung untuk menguji kesiapan dan kapabilitas pejabat kita dalam menghadapi tantangan tata kelola dan pelayanan publik yang semakin kompleks,”.
Terjemahan bebasnya, kalau tak sanggup berlari, jangan jadi pelari estafet pembangunan. Karena kursi empuk tak seharusnya diduduki oleh pantat malas. Sebanyak 26 pejabat eselon II masuk daftar peserta job fit ini.
Mereka tidak hanya diminta menyusun makalah dan presentasi capaian kerja, tapi juga diharapkan mampu menampilkan “akrobat intelektual” yang membuktikan mereka bukan sekadar numpang nama di papan struktur. Ada yang datang dengan map tebal, ada yang datang dengan dada tebal, dan ada juga yang datang dengan wajah tebal berharap masih bisa lanjut jabatan meski capaian pas-pasan.
Kepala BKPSDM Muba, Aidil Fitri, menjelaskan kegiatan ini digelar bukan untuk seremonial semata, melainkan sebagai saringan alami bagi mereka yang benar-benar punya daya dorong dan daya pikir. “Kita ingin pejabat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi dan masyarakat. Jangan sampai kita salah tempel stiker jabatan,” ujarnya. Perumpamaannya sederhana seperti sopir angkot, jangan yang tak tahu arah tapi sok pegang setir.
Seleksi ini digarap oleh panitia yang diisi tokoh masyarakat, akademisi, dan pejabat struktural. Ketua Panitia Seleksi, Prof. Ir. H. Ahya Rusdi, MTS., MBA., MM., Ph.D., menyebut bahwa penilaian kali ini tidak hanya melihat tumpukan dokumen administratif. “Kita nilai juga dari keberanian inovasi, ketajaman strategi, dan capaian konkret. Bukan sekadar pintar ngomong tapi tak tahu cara nyalain mesin pembangunan,” katanya.
Para peserta juga dinilai apakah mereka punya visi jangka panjang atau hanya sekadar ingin memperpanjang SK. Karena membangun Muba itu seperti menanam sawit butuh waktu, butuh lahan bersih dari hama kepentingan, dan tentu butuh tukang tanam yang jujur, bukan yang cuma mau panen.
Apa yang dilakukan Pemkab Muba ini patut kita acungi jempol syukur-syukur jempolnya dua. Di tengah maraknya birokrasi yang stagnan dan penuh formalitas, Muba justru menggulirkan evaluasi seperti ini yang tak hanya mengetes kompetensi, tapi juga semangat perubahan. Dalam pepatah tua. “Bagus tidaknya perahu, terlihat saat melawan ombak”. Begitu juga pejabat, kualitasnya tampak saat dia diuji, bukan saat duduk-duduk.
Acara job fit ini bukan sekadar acara nginap di hotel sambil presentasi makalah ini adalah gladi resik kepemimpinan karena jabatan adalah amanah, bukan hadiah. Dan Musi Banyuasin butuh lebih dari sekadar pelaksana tugas, ia butuh penggerak. Jadi, kepada para pejabat yang sedang dites, mari jadikan tiga hari ini sebagai kesempatan untuk membuktikan bahwa Anda bukan hanya cocok di atas kertas, tapi juga cocok memajukan daerah. Kalau tidak? Ya, bisa minggir perlahan seperti aktor figuran di sinetron tampil sebentar, lalu hilang tak berbekas.[***]