Sumselterkini.co.id – Mentari belum juga sempat sarapan cahaya. Di Dusun IV Desa Epil, ayam baru nyicil teriak, kompor baru sempat dilirik, eh tiba-tiba api sudah ngoceh duluan. Bukan api semangat, tapi si jago merah yang lagi kumat hobi main bakar-bakaran.
“Mak! Mak! Rumah Pak Paidol kebakar!”
Teriak Rendi, bocah 10 tahun yang biasanya cuma teriak kalau bola nyasar ke got.
Sontak warga berhamburan keluar rumah, dengan ekspresi campur aduk antara ngantuk dan panik. Ada yang masih pakai daster motif semangka, ada pula yang nyeker sambil bawa gayung.
Di sinilah aksi para pendekar pagi dimulai. Tim Damkar Pos Lais meluncur kencang kayak ojek online yang dapet bintang lima. Plh. Kabid Damkar Junaidi memantau lewat HT sambil ngatur taktik.
“Tim satu nyemprot depan, tim dua sisir belakang. Ingat, kita bukan cuma nyiram, kita nyelamatin mimpi orang!” katanya dengan semangat membara, tapi bukan membakar.
Setibanya di lokasi pukul 06.05 WIB, pasukan air langsung kerja.
“Mana selangnya? Ayo cepet, sebelum si jago merah ngajak temen-temennya!”
teriak Pak Imam, petugas senior yang sudah 12 tahun menyiram api dan kadang juga nyiram tanaman kantor.
Dua rumah milik Pak Paidol Azmi dan Dandi terbakar cukup hebat. Dapur jadi abu, plafon jadi arang, tapi warga bersyukur tak ada korban jiwa.
“Yang penting anak-anak selamat, Mas,” ucap Pak Paidol dengan mata merah, bukan karena marah, tapi kebanyakan debu dan kenangan yang ikut terbakar.
Tim tak cuma nyiram, tapi juga nyisir lokasi. Mereka pastikan tak ada api nyelip di sela-sela dinding, apalagi yang pura-pura mati padahal masih ngepul diam-diam.
Setelah api dikalahkan, warga ramai-ramai ngopi darurat.
“Ini kopi pahitnya kaya hidup, tapi aromanya kayak Damkar menenangkan,” canda Pak RT sambil ngasih plastik kopi ke petugas yang duduk ngos-ngosan.
Bupati Muba, H. M. Toha, juga kasih apresiasi dari kejauhan.
“Terima kasih, pahlawan tanpa tanda jasa dan tanpa jeda. Warga juga saya minta catat nomor 112. Gratis. Jangan telpon mantan di situ, ya, itu khusus darurat,” katanya, diiringi tawa warga yang mulai bisa tertawa pelan-pelan meski atap rumah masih hangus.
Api itu kayak mantan yang suka muncul tiba-tiba, tapi kalau ada Tim Damkar Muba, dia pasti kabur ketakutan. Mereka bukan cuma siram air, tapi juga siram harapan warga agar tetap hidup nyaman, aman, dan damai.
Ingat pesan nenek zaman dulu
“Jangan main api kalau tak mau rumahmu jadi sate.”
Dan jangan lupa juga, kalau Damkar sudah turun tangan,
si jago merah cuma bisa bilang “Ampun, Bang… airnya deras banget!”.[***]