MUBA Terkini

Evolusi Guru TK Muba

ist

Sumselterkini.co.id, – Kalau dulu kita masuk TK cuma buat belajar nyanyi pelangi-pelangi dan main plastisin sampai belepotan ke seragam, sekarang zaman sudah beda, Bosku! Guru-guru TK zaman now udah kayak mahasiswa S2 ngomongnya bukan lagi “ayo tepuk semangat”, tapi sudah main ke level “deep learning”. Waduh, kedengaran aja udah dalam banget, apalagi isinya!

Begitulah suasana di Pendopoan Griya Bumi Serasan Sekate, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Rabu (21/5/2025). Ratusan guru PAUD dari berbagai penjuru Muba tumplek blek mengikuti Workshop Deep Learning dalam rangka HUT ke-75 IGTKI-PGRI. Kalau dihitung dari usia, IGTKI ini sudah bisa disuruh jaga cucu, tapi semangatnya masih kayak anak baru lulus PLPG!

Istilah “deep learning” biasanya kita dengar di seminar IT tentang robot pintar yang bisa tebak wajah mantan. Tapi di sini, deep learning dipakai untuk ngajarin anak-anak PAUD biar nggak cuma pintar menghapal huruf, tapi juga bisa mikir “kenapa kucing bisa manjat pohon tapi aku enggak?”

Plt. Staf Ahli Bupati merangkap Kepala Dinas Pendidikan, Dr. Iskandar Syahriyanto, tampil garang tapi santuy. Dalam sambutannya beliau menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini itu fondasi utama.

Ibarat bangun rumah, PAUD itu bukan dekorasi jendela, tapi pondasi betonnya. Kalau TK-nya udah bocor, jangan heran nanti pas kuliah anaknya malah jadi influencer dadakan yang lupa skripsi.

“Workshop ini kami harap bikin guru PAUD makin kreatif dan anak-anak makin bahagia belajar,” kata Pak Iskandar sambil senyum, mungkin sambil ngebayangin anak-anak belajar matematika pakai bola bekel dan lagu dangdut remix.

Acara dimulai dengan pemotongan tumpeng karena ya memang khas acara Indonesia, kalau belum ada tumpeng itu rasanya belum sah. Tapi jangan salah, ini bukan sekadar nasi kuning dan ayam goreng. Tumpeng ini simbol bahwa guru-guru PAUD juga butuh asupan bukan cuma nasi, tapi juga ilmu dan motivasi.

Nah, motivasi ini datang langsung dari Bunda PAUD Muba Hj. Patimah Toha dengan gaya khas emak-emak meyakinkan anaknya buat sarapan sebelum sekolah, beliau menyemangati guru-guru agar terus berinovasi. “Tanpa kalian, wajib belajar 13 tahun itu cuma jadi rencana di atas spanduk,” kata beliau. Waduh, jleb banget, Bu!

Kalau Finlandia jadi rujukan pendidikan dunia karena anak-anaknya bebas stres dan gurunya digaji kayak dosen senior, maka Muba juga nggak mau kalah. Beda cuma di suhu aja. Di sana salju, di sini semangatnya yang dingin-dingin adem.

Di Finlandia, anak-anak belajar sambil main. Di Muba, anak-anak PAUD belajar sambil joget TikTok bareng bu gurunya. Tapi tetap, tujuannya sama: membentuk karakter, bukan cuma otak kiri doang. Kalau bisa, anak-anak diajarin biar besok-besok bukan cuma pintar ulangan, tapi juga pintar bertanya dan nggak gampang percaya hoaks.

Contohlah Bandung. Beberapa PAUD-nya udah pakai smart board dan mainan edukatif berbasis sensor. Tapi Muba jangan minder. Ingat pepatah biar lambat asal kontennya bagus. Muba punya guru-guru PAUD yang penuh semangat, modal HP kentang tapi niat belajar segede gunung Dempo. Itu modal utama.

Ketua IGTKI Muba, Ibu Susi Indriati, sampai terharu bukan karena mic-nya mati pas pidato, tapi karena dukungan luar biasa dari Pemkab dan semua pihak.

“Kami ini kayak semangka, kelihatannya adem di luar, tapi dalamnya semangat membara,” begitu kira-kira kalau boleh pakai perumpamaan buah.

Kadang orang tua suka meremehkan guru TK. Dikira kerjaannya cuma nyanyiin anak-anak dan ngajarin buka kotak bekal. Padahal, mereka ini penjaga gerbang masa depan. Mereka bukan sekadar guru, tapi pemandu wisata ke dunia pengetahuan pertama seorang anak.

Dengan workshop deep learning ini, Muba menunjukkan kalau masa depan bangsa bisa dimulai dari ruang kecil penuh gambar-gambar kucing dan angka warna-warni. Bukan dari gedung megah atau seminar nasional, tapi dari ruang kelas PAUD yang penuh cinta, tawa, dan sesekali… air liur anak-anak yang ngantuk abis main lompat kodok.[***]

Terpopuler

To Top