Kuliner

Sambal Mangga Palembang ala Bicik Mona, Pedas Bikin Nagih

ist

KALAU orang Palembang kataya terkenal dengan pempeknya, jangan salah, ada juga sambal mangga yang bikin lidah goyang-goyang kayak penonton dangdut. Nah, kali ini ceritanya bukan soal chef hotel bintang lima, tapi tentang Bicik Mona, tetangga sebelah rumah yang kalau masak sambal mangga, aromanya sampai bikin kucing komplek pun kumpul.

Bicik Mona selalu bilang, “Sambal itu ibarat jodoh, pedesnya bikin sakit tapi nagih”, dan benar saja, sambal mangga khas Palembang ala beliau bukan sekadar pelengkap makan, tapi obat stress paling ampuh setelah drama listrik padam tengah malam.

Sebelum masuk dapur, tentu harus siap senjata. Jangan sampai sudah kepedesan duluan gara-gara salah takaran. Catet baik-baik:

  • 2 buah mangga muda (kupas, iris tipis-kalau bisa mangga yang kecutnya nyelekit kayak mantan pas ketemu di kondangan).

  • 10 buah cabai rawit merah (atau lebih kalau mau sensasi “meletup bagai mercon Lebaran”).

  • 5 buah cabai merah besar.

  • 3 siung bawang putih.

  • 2 siung bawang merah.

  • 1 sdm gula merah.

  • 1 sdm terasi bakar (karena tanpa terasi, ibarat sayur tanpa garam: hambar dan kurang bergairah).

  • 1 sdt garam.

  • 2 sdm minyak panas untuk menyatukan rasa.

Cara Bikin, drama di dapur

  1. Pertama, ulek cabai rawit, cabai merah besar, bawang putih, dan bawang merah. Kalau belum terbiasa ngulek, jangan salahkan kalau otot tangan langsung berasa nge-gym gratis.

  2. Masukkan terasi bakar, gula merah, dan garam. Ulek lagi sampai halus—ingat pepatah, “Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi sambal mangga”.

  3. Panaskan minyak, siramkan ke ulekan. Hati-hati, jangan sampai cipratan minyak bikin alis jadi model gosong.

  4. Terakhir, masukkan irisan mangga muda, aduk rata, sambil bayangkan wajah mantan, biar makin semangat ngaduknya.

Sambal mangga ala Bicik Mona siap disajikan, rasanya? perpaduan pedas, asam, gurih, dan bikin merem-melek, kalau disandingkan dengan ikan bakar, dijamin piring cepat kosong kayak dompet habis gajian.

Bicik Mona suka bilang, “Sambal itu mengajarkan hidup,  semakin diulek, semakin kuat rasanya, sama kayak manusia, semakin diuji, semakin tangguh jiwa”.

Kalau dipikir-pikir, benar juga, sambal mangga ini seakan simbol hidup, ada pedasnya, ada asamnya, tapi tetap bikin orang datang lagi. Kayak hidup di Palembang, kadang macet bikin emosi, tapi selalu ada pempek dan sambal mangga yang mengobati hati.

Pepatah lama berkata, “Tak ada rotan, akar pun jadi”, kalau tak ada ikan bakar, makan sambal mangga pakai nasi anget pun sudah nikmatnya tiada tara.

Hidup itu jangan takut pedas, karena pedas itu tanda kehidupan masih bergairah, bayangkan kalau dunia hanya manis, pasti cepat bosan. Jadi, biarkan sambal mangga ini jadi pengingat bahwa keseimbangan rasa itu penting.

Ingat juga, jangan pelit berbagi sambal, karena membagi sambal itu ibadah kecil yang pahalanya bikin hati lapang, apalagi kalau yang makan sambal kita sampai keringetan, itu namanya pahala plus-plus.

Sambal mangga Palembang ala Bicik Mona bukan cuma resep dapur, tapi juga resep hidup, dari bahan sederhana, lahirlah rasa yang luar biasa, dari dapur sederhana, lahir cerita yang bikin perut kenyang dan hati senang.

Jadi, kalau kamu lagi buntu, stress, atau galau, jangan buru-buru cari motivator mahal, cukup bikin sambal mangga, karena seperti kata Bicik Mona, “Hidup itu kalau belum pernah kepedesan, belum sah disebut hidup”. Akhir kata, mari nikmati sambal mangga, karena di setiap ulekan, tersimpan tawa, pelajaran, dan tentu saja… keringat bahagia.[***]

Terpopuler

To Top