Kesehatan

Tidur Cukup vs Begadang, Duel Epik Bikin Mata Merah & Perut Keroncongan

ist

ADA cerita, namanya sebut saja Pak Lik, bapak-bapak berperut buncit tapi hati damai, sudah meringkuk di kasur jam 9 malam, dengkurannya seperti orkestra tidur malam, stabil, harmonis, dan… menenangkan seluruh tetangga. Sementara di ujung gang, anak muda sebut saja Si Jago Begadang masih asyik menatap layar HP jam 2 pagi, kopi sachet berserakan di meja, mata merah melek seperti zombie yang baru kelar casting film horor.

Ini bukan sekadar beda gaya hidup, bro. Ini adalah duel klasik “tidur cukup vs begadang”, pertarungan yang setiap malam terjadi di rumah-rumah kita, tanpa need tiket VIP. Pak Lik sudah menang di ronde pertama imun tubuh kuat, mood stabil, dan besok pagi bisa jogging santai sambil nyanyi lagu lawas tanpa ngos-ngosan.

Si Jago Begadang? besoknya wajahnya seperti habis diterkam harimau mata sembab, kepala cenat-cenut, dan mood lebih galau daripada sinetron tengah malam.

Kalau mau jujur, begadang itu ibarat meminjam waktu dari tubuh kita sendiri “utang kesehatan” yang suatu saat bakal diminta tagihannya.

Ilmu kedokteran bilang, kurang tidur kronis bisa bikin risiko diabetes, hipertensi, hingga menurunnya fungsi otak. Tapi di dunia anak muda, begadang sering dipoles jadi prestige alias “gue keren nih bisa lembur sampe pagi ngerjain skripsi, nonton drama Korea, atau ngegame sampe lag level boss.” Padahal, kenyataannya? Kepala cenat-cenut, mood kacau, dan esok paginya cuma jadi zombie yang bisa jalan tapi gak bisa mikir.

Sementara itu, tidur cukup itu, seperti menabung emas di bank kesehatan, jam 7-9 jam per malam bukan cuma buat istirahat fisik, tapi juga recharge mental. Otak kita lagi bersih-bersih, merapikan kenangan, memfilter stres, dan… bikin kita lebih cerdas. Pepatah lama bilang, “Tidur itu separuh dari hidup, setengah lagi tersisa untuk usaha”. Ya, kalau tidur cukup, kita bisa hidup lebih produktif tanpa harus minum kopi 10 sachet kayak Si Jago Begadang.

Gak percaya? Coba lihat Pak Lik besok paginya: senyum lebar, badan segar, bahkan sempat ketemu tetangga sambil komentar, “Eh, tanaman cabai tetangga makin subur ya?” Di sisi lain, Si Jago Begadang cuma bisa manggut-manggut, trus jatuh lagi ke kasur, sambil ngomel sendiri, “Kenapa kopi gak bikin aku secerdas Elon Musk aja sih?”

Sekarang mari kita bawa ini ke dunia profesional dan sosial. Bayangkan seorang karyawan yang begadang tiap malam demi deadline. Awal-awal masih bisa ngeyel “Gue kuat, gue kreatif, gue hebat.” Tapi lama-lama? Konsentrasi menurun, ide mentok, badan gampang sakit. Bandingkan dengan yang tidur cukup, mereka lebih konsisten, pikiran jernih, ide kreatif melimpah. Jadi, tidur cukup bukan cuma soal kesehatan, tapi investasi produktivitas dan kebahagiaan jangka panjang.

Tentu, kita hidup di dunia yang serba ngebut, bro. Deadline mengejar, notifikasi HP tak henti, Netflix nungguin kita scroll tanpa ampun. Tapi percaya deh, tidur cukup itu seperti payung di musim hujan kadang dianggap nggak penting, tapi begitu hujan deras datang, eh, basah kuyup! Tubuh kita juga sama. Begadang terus? Nanti badan protes, penyakit datang, mood amburadul, dan produktivitas turun drastis.

Hidup ini soal keseimbangan. Tidur cukup vs begadang bukan hanya soal “siapa yang lebih kuat melek malam ini”, tapi soal siapa yang bijak mengatur waktu dan tubuhnya. Tidur cukup bikin kita lebih sehat, lebih bahagia, lebih produktif. Begadang terus-terusan? Ya siap-siap aja jadi zombie modern yang cantik di layar HP tapi lelah di dunia nyata.

Jangan remehkan kekuatan tidur, dengkur Pak Lik mungkin sederhana, tapi efeknya luar biasa stamina terjaga, mood stabil, dan badan sehat. Sementara begadang itu kayak ngutang sama tubuh sendiri nikmat di awal, tapi tagihannya pahit di kemudian hari. Jadi, kalau mau hidup sehat, awet muda, dan tetap waras menghadapi drama dunia, ingat pepatah “Tidur cukup itu ibarat investasi, begadang itu spekulasi”, pilih yang mana?.[***]

Terpopuler

To Top