Kesehatan

Sepsis: Si “Hantu Halus” Bisa Mengintai Balita – Jangan Sampai Kecolongan!

kemkes.go.id

PERNAH dengar istilah sepsis? Jangan buru-buru mikir itu nama grup band metal atau merk pupuk cair. Sepsis adalah kondisi medis serius yang bisa bikin badan manusia “mogok kerja” secara mendadak. Kalau tubuh ibarat rumah, sepsis ini mirip maling yang masuk lewat pintu kecil lalu bikin korsleting, kebakaran dapur, sampai atap roboh. Intinya infeksi yang tadinya biasa-biasa aja bisa jadi kerusuhan besar di dalam tubuh.

Kasus terbaru yang bikin publik kaget datang dari Sukabumi, seorang balita, sebut saja R, harus berpulang setelah sembilan hari dirawat di rumah sakit karena sepsis yang diperparah oleh malnutrisi, stunting, dan meningitis TBC. Awalnya sempat ramai gosip bahwa penyebabnya cacing gelang. Padahal, menurut para profesor dan dokter, biang keladinya tetap sepsis, bukan cacing yang doyan jalan-jalan di perut.

Menurut WHO, sepsis adalah “respon tubuh yang ekstrem terhadap infeksi”. Jadi, bukan sekadar sakit biasa, melainkan sistem kekebalan yang terlalu heboh melawan bakteri, virus, atau jamur. Saking semangatnya, sistem imun malah ngerusak organ penting sendiri jantung jadi ngos-ngosan, ginjal rewel, otak ikutan linglung.

Kalau kata orang kampung “Kebakaran kecil jangan dibiarkan, nanti bisa jadi api besar” Nah, sepsis ini persis pepatah itu. Infeksi awal mungkin hanya batuk pilek, demam, atau luka kecil, tapi kalau telat ditangani, bisa merembet ke seluruh tubuh.

Ciri-ciri sepsis kadang bikin orang bingung. Demam tinggi, napas cepat, badan lemas, hingga penurunan kesadaran. Awalnya dikira cuma masuk angin atau kecapekan habis ikut lomba 17-an. Padahal, kalau sudah sampai kejang atau napas tersengal, itu alarm darurat.

Bayangkan mobil yang oli-nya habis tapi dipaksa jalan. Awalnya cuma bunyi krek-krek, lama-lama mesin jebol. Begitu juga tubuh kalau sepsis dibiarkan.

Balita itu ibarat bibit tanaman, kalau pupuknya kurang, tanahnya kering, dan hama banyak, pasti tumbuhnya seret. Malnutrisi dan stunting bikin daya tahan tubuh anak lemah. Ditambah lagi infeksi menahun seperti TBC, peluang kena sepsis makin besar.

Dokter anak, Prof. dr. Anggraini, Sp.A(K), pernah bilang dalam rilis  laman Kemkes, “Balita dengan malnutrisi ibarat tentara tanpa senjata. Begitu ada musuh, langsung kocar-kacir.” Nah, itu lah kenapa balita harus dipastikan gizi cukup, dari nasi, lauk, sayur, buah, sampai protein hewani. Jangan tiap hari cuma kerupuk dan teh manis.

Tentu bisa. Kata pepatah, “Mencegah lebih baik daripada mengobati, apalagi kalau biaya rumah sakit lebih mahal dari cicilan motor.” Nah, berikut tips dari para ahli:

  1. Jaga sanitasi: Cuci tangan pakai sabun sebelum makan, setelah dari WC, dan setelah pegang uang. Ingat, kuman itu lebih gesit dari gosip tetangga.

  2. Imunisasi lengkap: Vaksin bukan sekadar formalitas, tapi benteng pertahanan tubuh.

  3. Cukupi gizi: Protein, vitamin, dan mineral bikin tubuh anak punya “perisai besi” lawan kuman.

  4. Kenali gejala awal: Kalau anak demam tinggi, napas cepat, atau lemas mendadak, jangan tunda ke IGD.

  5. Obati infeksi dasar: TBC, pneumonia, dan infeksi cacing harus ditangani dengan benar, jangan cuma minum ramuan yang “katanya manjur” tapi tidak jelas dosisnya.

Di kampung sering ada orang bilang, “Ah, anak saya cuma panas biasa, kasih bawang merah sama minyak kayu putih aja.” Padahal, kalau demam tinggi berhari-hari plus kesadaran menurun, itu sudah bukan ranah bawang merah lagi, tapi ranah dokter. Jangan sampai “irit ongkos berobat” malah bayar lebih mahal dengan nyawa.

Sepsis itu ibarat maling. Kalau ketahuan dari awal, bisa ditendang keluar. Tapi kalau sudah masuk ruang tamu, kamar tidur, sampai bawa kabur kulkas, ya repot urusannya.

Kasus balita R jadi cermin pahit. Bukan hanya soal medis, tapi juga soal kesadaran kita sebagai masyarakat. Stunting, malnutrisi, dan TBC adalah PR besar bangsa. Kalau kita abai pada gizi anak, sama saja kita membiarkan generasi tumbuh rapuh seperti pagar bambu yang dimakan rayap.

Anak sehat adalah investasi masa depan. Kalau mereka sakit-sakitan, siapa yang bakal jadi dokter, guru, atau presiden 20 tahun lagi? Jangan sampai masa depan bangsa tergadaikan hanya karena kita lalai memberi gizi dan akses kesehatan.

Sepsis adalah ancaman serius, terutama bagi balita dengan kondisi gizi buruk dan penyakit menahun. Pencegahan jauh lebih murah dan mudah daripada pengobatan. Mulai dari cuci tangan, makan bergizi, sampai jangan telat ke rumah sakit.

Seperti kata pepatah Jawa “Sak durunge udan, payung digawa” sebelum badai datang, persiapkan dulu perlindungan. Begitu juga dengan kesehatan anak: jangan tunggu sakit parah baru sibuk cari pengobatan.

Ingat, nyawa anak terlalu berharga untuk dipertaruhkan. Jadi, mari kita jaga mereka dengan gizi yang baik, lingkungan yang sehat, dan kewaspadaan pada gejala sepsis. Jangan biarkan “hantu halus” ini mencuri masa depan mereka.[***]

Terpopuler

To Top