Kebijakan

BSU Rasa Duren, Manis di Dalam, Tapi Jangan Sampai Ketipu Kulitnya!

foto :kemnaker.go.id

JIKA anda lagi jalan-jalan di pasar, lihat durian montok, dan harganya murah banget, baru dibuka, eh isinya busuk dan ada ulatnya. Nah, begitu juga cerita soal tautan palsu Bantuan Subsidi Upah (BSU), kelihatannya resmi, padahal jebakan betmen digital!

Di era serba online ini, link palsu sudah kayak tuyul zaman modern nggak kelihatan, tapi bisa nguras data kita diam-diam. Kemnaker sampe keluar suara lantang, ngingetin warga buat waspada. Ada link ngaku-ngaku BSU seperti https://layanan-bsu2.kem-naker.com/ yang ternyata cuma akal-akalan si penipu buat nyolong data.

“Inget ya, yang asli cuma satu: bsu.kemnaker.go.id. Selain itu, ya ibarat sambel tanpa cabai palsu, pedesnya ngga ada tapi bisa bikin nangis!”, begitu kira-kira gaya nyentrik kalau Sunardi, Kepala Biro Humas Kemnaker, ngomong.

Pepatah lama masih berlaku “Malu Bertanya, Kena Phishing!”. Masyarakat kita memang dikenal ramah dan suka berbagi, tapi kadang saking pengennya cepat cair, link apa pun di-klik. Ini sama kayak nerima undangan kawinan dari nama yang nggak dikenal, eh pas datang ternyata seminar MLM.

Makanya penting banget “Jangan gampang tergoda embel-embel cair cepat”, apalagi kalau tautannya lebih panjang dari daftar utang warteg bulan lalu.

Belajar dari pengalaman, banyak negara dan daerah sudah bikin sistem bantuan digital yang canggih tapi aman. Nih contohnya Estonia, negara mungil ini bisa dibilang ‘negara digital rasa startup’, karena semua urusan bantuan pemerintah via portal resmi yang terenkripsi, kayak nge-lock nasi padang biar nggak diambil tetangga.

Singapura, disana, bantuan ke warga lewat aplikasi bernama “LifeSG” yang terintegrasi langsung ke data kependudukan. Jadi ngga ada tuh link palsu. Sekali salah klik, bisa-bisa disamperin AI-nya.

Kembali dalam negeri di Kota Surabaya,  waktu pandemi, mereka pakai sistem verifikasi berlapis buat bantuan sosial. Semua by name by address, kayak undangan arisan RT, tapi pakai teknologi.

Tahun ini, BSU kembali turun, Rp 300.000 per bulan untuk dua bulan, cair sekaligus Rp 600.000. Lumayan buat beli sembako, bayar Wi-Fi, atau traktir gebetan makan mie ayam level 3. Tapi inget, itu duit rakyat, bukan buat bancakan para penipu digital.

Dan yang keren, tidak ada potongan serupiah pun! Alias full 600 ribu. Kalau ada yang bilang kena potong admin, langsung saja bilang, “Cairan yang halal tidak butuh calo digital, Bung!”.

Hidup di zaman digital memang serba mudah, tapi juga serba jebakan. Kalau tidak hati-hati, klik bisa bikin kita kayak ayam kehilangan paruh bingung, malu, dan tak bisa makan enak.

Motivasinya? gampang, lindungi datamu seperti melindungi sandal di masjid. Jangan sampai pas selesai salat, tinggal kenangan.

Bantuan ini bukan bubur ayam nggak bisa dipisah antara kuah dan ayamnya. Harus utuh, harus selamat sampai ke tangan yang berhak. Jangan gara-gara tergoda link palsu, BSU-nya malah jadi Bikin Sengsara Ujung-ujungnya.

Jadi, buat para pekerja, jaga dompet digital kalian baik-baik. Jangan asal klik, jangan gampang tergoda, dan pastikan buka tautan resmi bsu.kemnaker.go.id, karena seperti kata pepatah Minang, “Kok indak pandai mambantuak padi, jangan sampai pulo mambuangnyo ke rawa”

Hati-hati ya… Karena yang palsu itu biasanya manis di awal, pahit di akhir. Mirip mantan.[***]

Terpopuler

To Top