“Pak Bupati, ini MoU atau akronim dari Mari Ora Ugal-ugalan?” bisik Pak Camat Bayung Lencir dengan senyum miring ke ajudannya. Ajudan mengangguk mantap, sambil menahan tawa yang hampir meledak seperti kompor gas bocor.
SENIN pagi kemarin, Guest House Griya Bumi Serasan Sekate tampak lebih meriah dari biasanya, bukan karena ada hajatan mantu pejabat atau lomba rebana antar-RT, tapi karena ada acara penandatanganan MoU antara Pemkab Musi Banyuasin dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumsel.
Dan yang bikin ramai bukan hanya kehadiran para pejabat. Tapi juga… simulasi anjing pelacak narkoba. Yes, seekor anjing pintar berbulu kinclong lebih paham mana sabu dan mana sagon daripada beberapa manusia yang suka ngeles kalau diciduk.
“Coba kau tengok, to,” bisik seorang ibu staf, “itu anjingnya ndak salah ngejar Kepala Dinas yang bawa nasi bungkus?”
Bupati Muba H. M. Toha berdiri dengan semangat. “Narkoba ini, ibarat kompor meledug dalam rumah tangga! Sekali kena, hanguslah harapan!” serunya.
Pak Ketua DPRD sempat ngelus dada, bukan karena terharu, tapi karena baru sadar kunci mobilnya ketinggalan di meja tamu.
“Ini bukan cuma MoU,” lanjut Pak Bupati, “tapi ini adalah bentuk cinta kami pada generasi muda. Kita jangan sampai punya anak-anak yang bukan hanya gagal move on, tapi juga gagal ujian karena otaknya nyangkut di awang-awang akibat narkoba!”
Acara makin panas waktu simulasi anjing pelacak dimulai, seekor anjing berwarna coklat keemasan, bernama Rocky, beraksi.
Rocky menghampiri tas salah satu hadirin, mengendus, duduk, dan… menggonggong. Semua orang panik.
Ternyata isinya… rendang balado dengan daun ganja plastik buat aroma-aroma palsu.
“Lah, itu bukan ganja, itu daun kemangi, Pak,” kata empunya tas, yang ternyata Kepala Bidang Ketahanan Pangan.
Tawa pun pecah. Bahkan si anjing ikut nyengir, seolah berkata, “Maaf, bos, aroma rendangnya kuat banget”
Pak Toha kembali bersuara “Narkoba itu seperti buaya tidur, tampak diam tapi siap memangsa. Kita tak boleh lengah. Kata nenek saya dulu kalau ingin awet muda, jauhi narkoba dan mantan toxic!”.
Disambut tepuk tangan, ketua BNN Sumsel, Brigjen Pol Dr. Guruh Ahmad Fadiyanto pun menimpali
“Kita ini ibarat satu regu pemadam kebakaran. Api narkoba ini ndak bisa dipadamkan kalau kita sibuk nyari selang masing-masing!”
Negara lain juga pusing!
Coba tengok Belanda, di sana, ganja dijual legal, tapi… banyak yang sekarang menyesal.
Di Jepang, kalau ketahuan pakai narkoba, bisa langsung dicoret dari buku keluarga, grup WhatsApp alumni, bahkan dari daftar tamu kondangan.
Jangan sampai Muba seperti Kolombia zaman Pablo Escobar, to! Orang di sana dulu bangun rumah dari kokain.
Kita di Sekayu masih waras, paling jauh juga cuma minum kopi pahit sambil nyumpahin mantan.
Jangan sampai kita telat sadar, nanti baru tanam sayur setelah terlanjur dihantam azab!.
“Kita di Sekayu ini lebih keren,” kata Pak Sekda, karena melawan narkoba bukan dengan pidato, tapi dengan kolaborasi!, dan anjing pelacak!”.
Oleh sebab itu, anak muda, jangan bangga kalau bisa ngilangin stres pakai obat, karena sejatinya, obat terbaik itu bukan di apotik gelap, tapi di pelukan keluarga, secangkir kopi, dan candaan teman yang tulus walau receh.
Narkoba bikin fly, tapi hidupmu bisa crash.
Narkoba itu bukan solusi, tapi shortcut menuju amplop putih dan surat pemecatan!
Acara hari itu ditutup dengan tawa, simulasi anjing pelacak yang lebih sensitif daripada tes antigen, dan tekad kuat untuk menjadikan Muba sebagai wilayah yang bersih, bukan hanya dari narkoba, tapi juga dari lelucon-lelucon garing yang membahayakan psikologis.
Sebelum pulang, Pak Camat sempat nyeletuk, “Besok kita bikin MoU juga, Pak Bupati, antara kita dan para jomblo, biar mereka nggak galau dan lari ke narkoba”.
Semua tertawa, bahkan si anjing pelacak mengibas-ngibaskan ekornya. Mungkin dia juga mendukung, salam dari Sekayu jangan ngisap yang nggak jelas, nanti otakmu tertukar dengan teh pucuk bekas.[***]
Catatan Redaksi : Tulisan ini merupakan hasil pengolahan kreatif dari rilis resmi kegiatan penandatanganan MoU antara Pemkab Musi Banyuasin dan BNN Provinsi Sumsel. Redaksi mengubah sudut pandang dan menyajikannya dalam gaya esai jenaka dan satir untuk menjangkau segmen pembaca muda serta menyampaikan pesan moral dengan pendekatan yang lebih ringan dan menghibur.
Semua karakter dan dialog dalam tulisan bersifat fiktif dan dramatik demi kepentingan narasi, tanpa mengurangi esensi pesan utama: Perangi Narkoba, Jaga Masa Depan!