Sumselterkini.co.id, – Siapa bilang perempuan zaman sekarang cuma pinter dandan dan update status di Instagram? Ternyata, menjelang Hari Kartini, semangat perempuan muda Indonesia nggak cuma terpantul di kaca cermin, tapi juga sudah melesat ke dunia digital! Seperti yang terjadi pada Rabu (16/4/2025), sembilan organisasi kepemudaan perempuan dari Cipayung Plus kumpul bareng di kantor Kemkomdigi, Jakarta Pusat. Nggak sekadar ngobrol-ngobrol santai sambil ngopi, tapi mereka datang dengan misi besar yang bikin jantung berdegup kencang, bahkan lebih cepat daripada Wi-Fi yang lemot!
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, dengan senyum khasnya menyambut kedatangan para perwakilan OKP (Organisasi Kepemudaan Perempuan) ini. Duh, kalau bisa, pasti dia langsung pasang bendera merah putih di ruangan itu, karena pertemuan ini lebih meriah dari hari kemerdekaan. Kenapa? Karena para perempuan ini bukan hanya duduk manis menunggu perubahan, mereka malah siap mengawal perubahan itu kayak satpam yang bukan cuma jaga gerbang, tapi juga tangkap pelaku kejahatan digital!
Pembicaraan utama pada pertemuan itu adalah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak (PP Tunas). Gimana ceritanya? Jadi, PP Tunas ini hadir sebagai penjaga gawang digital yang siap melindungi anak-anak dari bahaya kekerasan digital, pelecehan online, dan segala macam kekacauan yang bisa mengintai di dunia maya. Kalau dunia digital itu ibarat hutan belantara, PP Tunas ini kayak peta yang siap memandu kita supaya nggak tersesat ke jurang yang dalam.
Meutya Hafid dengan bijaknya bilang, “PP ini nggak boleh cuma jadi teori, harus ada aksi nyata!” Dan para perempuan muda Cipayung Plus siap jadi superhero digital untuk memastikan aturan itu bisa terlaksana di lapangan. Kalau PP Tunas ini peraturan, mereka ini yang jadi prajuritnya. Kasarnya sih, mereka jadi “polisi digital” yang patroli keliling dunia maya, memastikan anak-anak Indonesia nggak masuk perangkap.
Tentu aja, ada banyak tantangan. Wulan Sari AS, Ketua Kopri PB PMII, dengan sangat bijak bilang bahwa dunia digital itu bukan tempat yang selalu ramah, apalagi bagi perempuan dan anak-anak. Kekerasan berbasis gender online (KBGO) itu datangnya bisa kayak hujan badai, tanpa diundang, tapi langsung bikin basah kuyup. Jadi, kalau nggak hati-hati, bisa-bisa anak-anak kita malah kena banjir digital. Nah, inilah saatnya perempuan muda Indonesia nggak cuma jadi korban, tapi jadi pahlawan!
Dan ini bukan cuma janji manis, lho. Hasil pertemuan itu langsung terwujud dalam kesepakatan konkret pelatihan relawan literasi digital, penyuluhan di kampus, hingga aktivasi kanal pelaporan KBGO berbasis komunitas. Kayak film action yang punya rencana matang sebelum melawan musuh, mereka sudah siap membuat pergerakan besar. Semua ini tentu nggak akan sukses tanpa dukungan dari Kemkomdigi yang siap jadi “tim backup” untuk segala inisiatif yang dijalankan.
Satu hal yang pasti, perempuan Indonesia sekarang nggak cuma berjuang di medan perang yang nyata, tapi juga di dunia maya yang tak kalah sengit. Kartini zaman now, yang bukan cuma bawa buku, tapi juga bawa Wi-Fi, hashtag #PerempuanDigital, dan tentu saja, regulasi yang jelas! Jadi, siapa bilang perempuan itu cuma bisa masak dan nyanyi? Sekarang, perempuan bisa jadi ‘digital warrior’ yang siap melindungi anak-anak dari segala bahaya digital!
Selamat Hari Kartini, perempuan-perempuan Indonesia! Semoga semangat Kartini terus membara, di dunia nyata, dan tentunya… di dunia maya![***]