Industri Kreatif & UKM

Milenial Desa di OKI Sulap Tanaman Purun Jadi Barang Bernilai Ratusan Ribu

Diawali keprihatinan terhadap terpuruknya olahan purun oleh gempuran produk berbahan sistesis maupun plastik.

foto : istimewa

BERKAT tangan-tangan kreatif milenial desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI], siapa sangka tanaman purun yang banyak ditemukan di Lahan Gambut bisa disulap menjadi barang berharga, dan menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Bereneka ragam olahan purun ini dapat ditemui di stan OKI Expo 2019 yang di gelar di Halaman Parkir GOR Perahu Kajang, Kayuagung, OKI. Seperti tas cantik, tempat tisu, sandal, hingga rompi, semua olaha purun tersebut menjadi perhatian, serta memikat para pengunjung OKI Expo.

Iqbal salah satu milenial dan pengrajin purun berasal dari Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, OKI menjelaskan, dengan adanya OKI Expo ini sangat membantu mengenalkan industri kreatif dari tanaman purun. Bersama 6 orang temannya, ia mendapat stan ukuran 4×4 milik BUMdes Desa Menang Raya.

Ia pun menceritakan bahwa purun merupakan jenis tumbuhan rawa yang banyak tumbuh di lahan gambut, sekitar Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI. Bertahun-tahun warga setempat mengolah gambut dengan bijak agar semakin lestari. “Hasil karya ini kami buat tampak lebih Eye Cathing, ”tuturnya, kemarin.

Selain dipamerkan di OKI Expo, biasanya kerajinan yang berasal dari purun ini kami ekspor ke Palembang. “Ada langganan yang biasanya datang tiap bulan dan kami jual harganya Rp150 ribu per buah,”akunya.

Ia mengaku, meski mudah mendapat bahan purun, proses pembuatan kerajinan tangan tak semudah yang dipikirkan. Sebab setelah purun dicabut dari lahan gambut, perajin harus menjemurnya selama tiga hari. Kemudian menghaluskan menggunakan mesin, lalu dianyam sesuai jenis pesanan. Tanpa kreativitas purun yang dianyam akan lebih rendah nilainya bila dibandingkan dengan purun yang diwarnai diolah menjadi produk siap pakai.

Untuk itu, Iqbal bersama teman-temannya merasa terpanggil untuk mendampingi pengerajin purun di desanya mulai pembinaan hingga pemasaran melalui media sosial. “Kalau tidak diolah dengan baik hasilnya tidak memuaskan. Jadi kami lakukan pendampingan dan bantu pemasaran melalui medsos,” serunya.

Iqbal mengungkapkan upaya milenial di Desa ini diawali keprihatinan terhadap terpuruknya olahan purun oleh gempuran produk berbahan sistesis maupun plastik. “Kita ingin kearifan lokal terjaga, meski tidak mungkin menolak produk-produk luar yang sudah bagus itu,” katanya.

Dalam pendanaan menurut dia, kelompok-kelompok pengerajin tersebut dibina melalui dana desa serta bimbingan dari program Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumsel.“Kami disuport oleh Pak Kades, BUMdes ini wadahnya juga dibimbing oleh TRG Sumsel,” imbuhnya.

 

 

 Pengolahan Lahan Gambut Lebih Bijaksana

Kepala Desa Menang Raya, Suparedi mengaku bersyukur dengan keterlibatan milenial di desanya dalam membina pengerajin tikar untuk menyelamatkan gambut.

Dia juga berterimakasih dengan program Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumsel di desanya, sehingga pengelolaan lahan gambut lebih bijaksana dan mencegah terjadinya kebakaran hutan rawa gambut. “Kalau lahan nggak terbakar, kita bisa gunakan bahan bakunya (purun) untuk buat kerajinan tangan,” tuturnya.

Dukungan masyarakat dalam mewujudkan restorasi gambut menurutnya penting. Namun masyarakat juga butuh jaminan sosial, ekonomi, dan budaya guna mendukung upaya tersebut.

“Terimakasih kepada TRG Sumsel yang menjalankan program pengembangan ekonomi kreatif bagi masyarakat kami agar masyarakat semakin arif terhadap lingkungan, khususnya lahan gambut” Kata Suparedi. Selama puluhan tahun, masyarakat di Pedamaran menurut dia telah mengembangkan usaha kerajinan purun.

Hanya saja, sumber ekonomi yang arif dengan lingkungan tersebut mulai ditinggalkan masyarakat karena hasilnya tidak memuaskan. “Masyarakat banyak beralih mata pencaharian karena purun tidak lagi menjanjikan dengan pembinaan ini warga antusias kembali” ujarnya.

Dalam mengembangkan tersebut, TRG Sumatera Selatan menurut dia bukan hanya memberikan bantuan modal, tetapi juga pelatihan terkait manejemen dan peningkatan kualitas produksi juga melibatkan kaum melenial. “Mereka (TRG) membimbing para pengerajin juga libatkan anak-anak muda agar terlibat melestarikan kearifan lokal” tutupnya.

Selain mengolah purun, warganya juga akan mengolah eceng gondok. Dalam waktu dekat tambahnya anak-anak muda di desa akan dikirim ke Jogjakarta untuk dilatih. Program ini tambahnya juga didukung BRG “Kita kirim anak-anak Karang Taruna ke Jogja biar dilatih mengolah eceng gondok” ujar Suparedi. Selain pelatihan desanya juga mendapat bantuan mesin pemintal eceng gondok.[**]

 

Penulis : Indra

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com