Industri Kreatif & UKM

CPA Australia Sebut Sebagian Besar Usaha Kecil di Indonesia Diperkirakan akan Berkembang Tahun Ini

Media OutReach/foto :ist

 

 

Survei terbaru menunjukkan 84 persen usaha kecil Indonesia diperkirakan akan berkembang pada tahun 2023, yang merupakan hasil tertinggi kedua untuk wilayah Asia-Pasifik.

Survei Usaha Kecil Asia-Pasifik dari CPA Australia mengungkapkan bahwa usaha kecil Indonesia tetap termasuk usaha yang paling positif di seluruh Asia-Pasifik pada tahun 2022. Survei tersebut meliputi tanggapan dari 4280 pemilik atau manajer usaha kecil di sebelas pasar Asia-Pasifik, istilah uk 306 dari Indonesia. Tujuh puluh tujuh persen dilaporkan berkembang pada tahun 2022 dan 32 persen penjual lebih banyak karyawan. Tahun ini diperkirakan akan menjadi lebih kuat dengan lebih dari empat dalam sepuluh usaha berencana untuk mempekerjakan lebih banyak karyawan.

 

Adi Budiarso FCPA (Aust.), Ketua Komite Penasihat Indonesia dari CPA Australia mengatakan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih bertahan di tengah layak global. dr. Budiarso adalah Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan di Kementerian Keuangan Indonesia. Meskipun 48 persen usaha kecil Indonesia mengatakan bahwa COVID-19 adalah tantangan besar, angka ini turun dari 72 persen pada tahun 2021.

 

“Indonesia adalah satu juta rumah bagi lebih dari 64 UMKM, yang menciptakan banyak lapangan kerja dan berkontribusi terhadap perekonomian. Meskipun pandemi masih membayangi Indonesia, dampaknya sudah semakin berkurang. Meningkatkan industri pariwisata dan konsumsi rumah tangga.”

 

Enam puluh tujuh persen usaha mengatakan bahwa investasi teknologi yang dilakukan pada tahun lalu telah meningkatkan profitabilitas mereka. Penggunaan alat online juga lazim dilakukan. Media sosial digunakan oleh tujuh dari sepuluh usaha untuk mempromosikan usaha mereka dan 61 persen menggunakannya untuk berkomunikasi dengan pelanggan.

 

“Program Pemulihan Ekonomi Nasional dan Gerakan Bangga Buatan Indonesia dari pemerintah telah berkontribusi terhadap pemanfaatan teknologi di seluruh UMKM Indonesia. Pandemi telah mendorong pelaku usaha untuk menggunakan teknologi dan menyesuaikan diri dengan pelanggan, menjadi semakin canggih dalam menggunakan media sosial agar tetap terhubung.”

 

Enam puluh lima persen usaha telah menerima lebih dari 10 persen penjualan melalui pembayaran digital. Ini lebih rendah daripada rata-rata survei sebesar 74 persen.

 

“Mengingat opsi pembayaran digital terhubung erat dengan perkembangan usaha yang tinggi, kami berharap ada lebih banyak usaha kecil di Indonesia yang akan menawarkan opsi pembayaran seperti itu.”

 

Walaupun sebagian besar usaha kecil di Indonesia mengalami perkembangan, banyak yang masih mengalami kesulitan untuk mengakses keuangan eksternal. Di antara 73 persen yang mencari dana pada tahun lalu, ada 39 persen yang merasa kesulitan. Ini lebih tinggi dari rata-rata survei sebesar 33 persen. Meskipun demikian, niat untuk mengakses keuangan tetap kuat, dengan 89 persen yang berencana mencari dana eksternal tahun ini.

 

“Pengaksesan pembiayaan masih menjadi tantangan bagi banyak usaha di negara berkembang, termasuk Indonesia. Pandemi mungkin telah menimbulkan kesulitan karena masalah arus kas.

 

UMKM juga harus berusaha untuk meningkatkan solvabilitasnya karena hal ini dapat memengaruhi skor kredit mereka di masa yang akan datang. Mereka harus mengawasi arus kas dan biaya secara ketat.”

 

Temuan survei mengungkapkan bahwa banyak usaha kecil di Indonesia telah menggunakan waktu dan tenaga untuk praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST). Dua puluh empat persen mempertemukan penggunaan energi dan udara mereka dan 23 persen memanfaatkan peluang keuangan ramah lingkungan dan berkelanjutan.

 

“UMKM adalah kontributor penting untuk mencapai tujuan iklim dan energi bersih Indonesia.[***]

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com