Sumselterkini.co.id, – Mantan Wawako Palembang yang juga dikenal sebagai Ketua PMI Kota Palembang, periode 2019–2024, Fitrianti Agustinda alias Bu Finda dan suaminya Dedi Siprianto yang juga, anggota DPRD, yang dulunya sekaligus Kepala Bagian Administrasi UTD, ibaratnya duo pop, mereka cocok di panggung, tapi ternyata sumbang di laporan keuangan.
Ibarat juga, pasangan suami istri Fitrianti Agustinda dan Dedi Siprianto tampil bukan sebagai pemeran utama yang disayang penonton, tapi malah jadi karakter antagonis yang akhirnya kena ” hukum”.
Mereka berdua sekarang bukan lagi pasangan serasi di balik meja kerja. Mereka kini resmi jadi pasutri tersangka, dengan tuduhan korupsi dana pengganti pengolahan darah.
Coba bayangin, bro. Dana buat ngolah darah yang harusnya buat bantu orang hidup—malah diduga dibikin jadi ladang penghasilan pribadi. Bener-bener mindblowing. Biasanya kan orang nahan diri biar tensi darah gak naik, eh ini malah ada yang bikin tekanan publik meledak!
Keduanya dipanggil Kejaksaan buat diperiksa sebagai saksi, tapi setelah sesi “tanya-jawab intens” level wawancara beasiswa LPDP, tiba-tiba keduanya naik pangkat jadi tersangka. Pemeriksaan dari pagi sampai malam, kayak shift jaga rumah sakit. Tapi bedanya, pasiennya bukan manusia yang diperiksa adalah hati nurani dan laporan keuangan.
Dan boom! Akhirnya keluar rompi merah. Bukan rompi PMI, tapi rompi spesial dari Kejaksaan. Lebih sangar dari seragam pramuka. Lebih menyayat dari hasil tes hemoglobin. Finda langsung dikirim ke Lapas Perempuan Kelas 2 Palembang, sementara suaminya ke Rutan Kelas I A Palembang. Couple goals? Lebih kayak couple gone wild.
Dulu mungkin mereka satu mobil pas apel PMI. Sekarang? Satu kota, tapi beda blok penjara. Cinta sejati diuji bukan cuma waktu susah senang, tapi juga waktu jadi tahanan barengan.
Kepala Kejari Palembang, Pak Hutamrin SH, bilang bukti sudah tebal, kayak map raport anak SMA. Dan kita sebagai warga, ya cuma bisa geleng-geleng. Dulu disuruh donor darah, sekarang malah donor kepercayaan. Hilang bro!
Kejadian ini jadi pelajaran, bahwa dalam dunia modern, gak semua yang merah itu berani. Kadang merah juga bisa berarti bahaya apalagi kalau warnanya rompi tahanan. PMI jadi sorotan bukan karena aksi kemanusiaannya, tapi karena drama internalnya. Yang biasanya ngatur kantong darah, sekarang malah disangka ngatur kantong negara.[***]