Hukum

Kasus Perusakan Pos Polisi & Gedung DPRD, 9 Tersangka Ditahan, 2 Positif Narkoba

ist

MINGGU dini hari lalu, di Palembang biasanya tenang, orang-orang sudah pulas, sebagian mungkin sedang mimpi indah ditemani kipas angin. Tapi tanggal 31 Agustus 2025 berbeda. Sejumlah pemuda yang awalnya hanya “sekadar” balap liar malah berubah jadi geng Avengers gagal, lengkap dengan adegan perusakan pos polisi, gedung DPRD, sampai kendaraan di Mako Ditlantas Polda Sumsel.

Cerita ini diungkap langsung oleh Dirreskrimum Polda Sumsel Kombes Pol Johannes Bangun bersama Kabid Humas Kombes Pol Nandang Mu’min Wijaya dalam press rilis (3/9/2025). Dan percayalah, kisahnya lebih mirip drama sinetron ketimbang aksi kriminal biasa.

Awalnya, geng ini cuma iseng balap liar. Ya, lumrah lah, cari adrenalin, walau bikin emak-emak yang lewat dini hari bisa salah doa. Setelah puas kebut-kebutan, mereka malah konvoi ramai-ramai. Sayangnya, bukan pawai kemerdekaan, tapi konvoi menuju jalur “rusuh bersama”.

Johannes bilang, dari hasil interogasi, aksi perusakan itu spontan setelah balap liar. Jadi, kalau biasanya habis balapan orang pulang cari indomie rebus, mereka justru cari “target properti”.

63 Ditangkap, 9 Jadi Tersangka

Polisi sempat mengamankan 63 orang pemuda, bayangkan, itu sudah cukup buat bikin tim sepak bola plus official, cadangan, dan cheerleader. Tapi setelah dicek lewat rekaman CCTV, ternyata hanya 9 orang yang benar-benar ikut rusuh. Sisanya cuma ikut konvoi doang, alias “penonton gratisan” yang salah tongkrongan.

Akhirnya, 52 orang dilepas dan dikembalikan ke orang tua masing-masing. Polisi bahkan minta orang tua mereka buat kasih nasihat. Bisa jadi kalimat klasik pun keluar “Nak, kalau mau konvoi, konvoi ke pengajian aja, jangan ke pos polisi”

Cerita makin seru ketika ditemukan dua orang peserta konvoi, inisial ADH dan SA, positif narkoba. Yang satu sabu-sabu, yang satu ganja. Mereka tidak ikut merusak, tapi ikut merusak citra konvoi. Kata Dirresnarkoba Kombes Pol Yulian Perdana, dua orang ini langsung diarahkan ke rehabilitasi bareng BNN Sumsel.

Jadi bisa dibilang, geng ini punya “paket lengkap” balap liar, perusakan, dan narkoba.

Kisah ini sebenarnya bisa dijadikan tontonan stand-up comedy kalau tidak berakhir dengan kerugian fasilitas publik,  cuma karena euforia habis balapan, fasilitas umum jadi korban, kalau kursi DPRD bisa ngomong, mungkin dia teriak “Hei, salah gue apa coba?!”

Tapi ya inilah realita. Aksi iseng kalau kebablasan bisa berubah jadi masalah besar, dari yang awalnya sekadar gengsi “knalpot paling kencang” bisa berujung jadi “tersangka paling cepat ditahan”

Dari kasus balap liar Palembang ini, ada beberapa pelajaran penting adrenalin itu perlu, tapi salurkan di tempat tepat. Balap liar bukan cuma bahaya buat diri sendiri, tapi juga buat orang lain, kalau mau balapan, ikutlah ajang resmi. Konvoi itu sah-sah saja, tapi jangan konvoi ke arah kerusakan. Lebih keren konvoi komunitas sosial, touring alam, atau bagi-bagi sembako. Narkoba bukan solusi, alih-alih terlihat gagah, malah bikin diri hancur dan orangtua tetap punya peran penting, jangan anggap remeh nasihat orang tua. Kadang kata-kata sederhana mereka bisa jadi rem paling kuat.

Kisah pemuda konvoi yang berakhir ricuh di Palembang ini adalah contoh nyata bagaimana sebuah keputusan kecil bisa berujung fatal. Dari balap liar ke perusakan, dari euforia ke penyesalan. Untungnya, polisi cepat bertindak sehingga kerusakan tidak semakin meluas.

Pada akhirnya, kita semua sepakat lebih baik gas pol cita-cita daripada gas pol balap liar. Karena ujungnya, kalau bukan kecelakaan, ya bisa berakhir dengan baju oranye.[***]

Terpopuler

To Top