HALO, perkenalkan, aku adalah rice cooker, iya, penanak nasi yang selalu setia di pojokan dapur, walau tubuhku cuma kotak bulat berisi kabel, tugasku mulia, menanak nasi agar keluarga bisa makan dengan tenang.
Pepatah bilang, “tak ada rotan, akar pun jadi”, kalau tak ada aku, ya panci dan kompor dipaksa kerja keras, tapi jujur, nasi matang di panci kadang kerasnya kayak hati mantan yang belum move on, sedangkan aku? cukup colok listrik, tekan tombol, jreng, nasi pulen siap santap.
Jadi, kalau ada yang bilang aku cuma benda mati, tolong pikir lagi, aku ini saksi bisu dari drama dapur sampai romansa meja makan.
Setiap kali lampu indikatorku nyala merah, artinya aku lagi berjuang, nasi di dalamku berputar-putar dengan uap panas, sampai akhirnya jadi wangi menggoda.
Pernah ada kejadian lucu, si pemilik rumah lupa mencuci beras, langsung masukin ke perutku. Hasilnya? nasi keras kayak batu kali. Aku cuma bisa diam, padahal kalau bisa ngomong aku mau bilang “Nak, hidup itu butuh proses, jangan buru-buru, jangan males cuci beras”
Sama kayak cinta, kalau nggak diproses dengan sabar, hasilnya bisa bikin sakit gigi hati.
Aku punya musuh bebuyutan panci di atas kompor, dia sering nyindir, katanya aku “anak manja colokan”, katanya, tanpa listrik aku cuma kaleng kosong.
Ya memang benar, tapi kalau dipikir-pikir, hidup ini memang soal support system. Manusia pun butuh listrik hati, doa, cinta, dan perhatian. Jadi jangan remehkan aku hanya karena aku butuh colokan. Kalau kata pepatah, “sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”. Sedikit watt listrik, lama-lama jadi nasi sepanci.
Dan jangan salah, meski kecil, aku bisa kasih energi buat seisi rumah, itu prestasi, bukan?
Dari sekian tahun aku bekerja, aku sadar manusia dan nasi punya kemiripan, nasi yang keras bisa jadi lembut setelah direndam dan dimasak. Manusia pun begitu, hati yang keras bisa luluh oleh kasih sayang.
Jangan suka buru-buru, seperti aku menanak nasi, butuh waktu 20–30 menit, hidup pun sama, kesabaran adalah kuncinya. Kalau buru-buru, bisa gosong.
Pepatah Jawa bilang “alon-alon waton kelakon”, perlahan-lahan asal tercapai, aku rasa pepatah itu cocok sekali, karena nasi yang sabar dimasak pasti lebih enak disantap.
Dari semua curhatku, ada satu pesan penting adalah belajarlah dari rice cooker, aku bekerja tanpa pamrih, diam tapi bermanfaat, sederhana tapi mengenyangkan.
Kalau hidupmu terasa berat, ingatlah aku, walau cuma di pojok dapur, aku tetap memberi arti, jangan menyepelekan hal kecil, karena kadang hal kecil justru jadi kunci bahagia.
Sebagai penutup, ingatlah pepatah “sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya makan nasi juga” , jadi, yuk kita hargai setiap butir nasi dan setiap momen kehidupan.[***]