Features

PINGGIR JALAN : Cuaca Mendung, Penjual Dogan Manyun

ist

DI Jalan RE Marthadinata Palembang, ada satu pemandangan klasik yang selalu bikin warga tersenyum sambil mengerutkan dahi, seorang tukang dogan berdiri di bawah payung lusuhnya, dengan dagangan dogan menumpuk bak menara Pisa yang mau rubuh. Sudah bertahun-tahun ia setia berdagang di sini, dan cuaca mendung seperti hari ini bikin suasana tambah “manyun”.

Tukang dogan ini bukan penjual biasa. Ia punya jurus khusus, menumpuk dogan setinggi mungkin, berharap yang lewat pasti kepo. Benar juga, hari ini dagangannya menumpuk sampai nyaris menyentuh kepala penjual sebelah. Yang beli paling ntuk obat ada yang untuk batuk, ada yang “obat kangen mantan”. Tapi begitulah dagang, kadang untung, kadang cuma jadi tontonan warga.

Setiap langit mendung, tukang dogan ini seperti berubah menjadi filsuf pinggir jalan. “Dogan numpuk, orang sepi, tapi hati jangan sepi!” katanya sambil menata dagangan dengan rapi. Perumpamaannya kadang bikin ngakak. “Dagangan itu kayak cinta, kalau banyak tapi dibuang-buang ya mubazir. Kalau sedikit tapi dijaga, bisa bikin kenyang!”

Pedagang sekitar kadang manyun, tapi banyak juga yang tersenyum. “Dagangannya kayak gunung, tapi semangatnya lebih tinggi dari Bukit Siguntang,” kata seorang pembeli sambil membeli satu bungkus dogan. Meski sepi, semangat tukang dogan ini tetap membara. Ada pepatah baru yang cocok untuknya: “Cuaca mendung jangan bikin murung, dagangan numpuk jangan bikin lunglung.”

Trik dagang lain yang bikin penasaran setiap orang beli, ia selalu kasih bonus senyum kocak dan cerita mini ala “stand-up komedi pinggir jalan”. Kadang cerita soal kucing tetangga yang kebanyakan makan ikan asin, atau tetangga yang minum kopi sambil manyun lihat langit. Humor ala tukang dogan ini bikin orang yang awalnya malas beli, akhirnya balik lagi demi mendengar dagelan lucunya.

Jelas jualan itu bukan cuma soal untung rugi, tapi soal ketekunan, kreatifitas, dan kemampuan bikin orang tersenyum. Meski cuaca mendung dan penjualan sepi, semangat harus tetap dijaga. Dagangan menumpuk boleh, tapi jangan sampai hati menumpuk amarah.

Tukang dogan ini bukan hanya menjual makanan kecil, ia menjual hiburan, filosofi hidup, dan secuil kebahagiaan untuk warga Jalan RE Marthadinata.

Dari tumpukan dagannya yang tampak “manyun”, kita belajar satu hal hidup itu, seperti dogan kadang manis, kadang lengket, tapi kalau dijalani dengan senyum dan dagelan, pasti terasa lebih ringan.

Jadi, kalau kamu jalan di Palembang dan melihat payung lusuh penuh dogan menumpuk, jangan langsung manyun. Itu tukang dogan setia, yang tetap menebar dagelan, humor, dan pelajaran hidup di tengah hujan mendung yang kadang bikin perut sepi tapi hati kenyang.[***]

Terpopuler

To Top