UMKM identik dengan warung pojok depan rumah yang jualan mie instan dan permen mint dua biji seratus, sekarang jangan salah UMKM sudah jadi bintang catwalk, tembus Shopee, bahkan ekspor sampai ke negeri yang kita nggak hafal ibukotanya!
Di gelaran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025 yang digelar di Jakarta International Convention Center (JICC), Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, membuka acara dengan pidato yang bikin merinding pelaku UMKM dan bikin iri para mantan mertua yang dulu meremehkan bisnis online.
“UMKM adalah motor penggerak ekonomi. Mereka punya daya tahan, daya juang, dan… daya tarik!” ujar Gubernur Perry sambil disambut tepuk tangan meriah dari hadirin yang mungkin setengahnya lagi pelaku UMKM, setengahnya lagi sedang melirik wastra dan kopi lokal.
Dengan tema kece, “Inovasi dan Sinergi: Kunci Penguatan Peran UMKM sebagai Motor Penggerak Ekonomi Berkelanjutan”, acara ini kayak seminar ekonomi, fashion show, business matching, dan kuliah TikTok sekaligus. Lengkap! Kayak angkot jurusan Tanah Abang-Pasar Rebo yang nggak pernah kosong fitur.
Sebanyak 2.537 UMKM binaan Bank Indonesia di Triwulan I 2025 saja, udah ngasih bukti nyata. Dari pertanian sampai perikanan, dari gorengan sampai kriya, mereka cetak omzet naik 13,3% (yoy). Yang ekspor? Meningkat 59,7%!. Itu bukan presentasi pulsa ya, itu angka yang bikin senyum menteri keuangan.
Yang makin cetar, UMKM digital yang sudah go online juga naik daun 29,9% omzet meningkat, bukti jari-jari emak-emak bukan cuma jago ngirim sticker WA, tapi juga jago ngejual sambel roa via marketplace.
Kalau dulu slogan UMKM itu “asal laku”, sekarang udah naik level “asal lestari”. Di zona Green Island, tampil ecofashion, ecofurniture, dan bahkan produk dari belatung BSF (Black Soldier Fly), serangga yang lebih sukses dari mantan pacar kita, karena sekarang bisa jadi bahan ekspor.
Dan kalau kamu mikir kalkulator cuma buat nyari diskon 20% dari harga sepatu, di sini ada kalkulator jejak karbon! Karena UMKM sekarang bukan cuma mikir cuan, tapi juga mikir bumi. Pepatah ekonomi baru ‘Cuan boleh, tapi bumi jangan lupa dibele’
KKI juga ngangkat inklusivitas ke level yang bikin netizen auto-tetesin air mata. Di pagelaran busana Langgam Dua Hati, penyandang disabilitas tampil bareng desainer muda. Bukan buat kasihan-kasihan, tapi bukti bahwa semua bisa berkarya, dari mana pun, bagaimana pun.
Buat kamu yang tadi mikir “Kalala tuh nama selebgram NTT ya?” santai, bukan kamu doang. “Kalala” itu bukan nama minuman kekinian, tapi berasal dari bahasa lokal Nusa Tenggara Timur.
Kalala artinya kreasi, dan Mareda artinya kebersamaan, jadi kalau digabung, ya pas banget buat tema KKI 2025: kreatif bareng-bareng, bukan ngonten sendiri terus ngambek pas nggak viral, kata MC acara, sambil menjelaskan filosofi dari NTT tema utama tahun ini.
Kolaborasi dengan Shopee dan PaDi UMKM, ditambah dengan adopsi teknologi Point-of-Sale (POS) dan AI (yang bukan “Aing Insecure” ya!), membuat UMKM kita punya dashboard penjualan, bukan lagi catatan di buku bon bertuliskan “Bayar besok ya, Bang.”
UMKM bukan lagi anak bawang di pesta ekonomi, mereka sudah jadi pengisi acara utama, bahkan host yang bawa perubahan. Inovasi, digitalisasi, sinergi, dan semangat gotong royong jadi bahan bakar utama. Kalau ekonomi kita diibaratkan nasi goreng, maka UMKM adalah kecapnya tanpa mereka, hambar!
“Jangan remehkan usaha kecil, karena dari warung kopi lah sering lahir ide revolusi.”
“UMKM hari ini, adalah Unilever besok pagi—asal konsisten dan terus disayang negara.”
Dengan sinergi yang nyata, QRIS yang makin luas, dan pameran seperti KKI yang mengguncang JICC, mari kita dukung terus UMKM, karena siapa tahu, tetangga yang dulu jualan keripik pedas, minggu depan bisa ekspor ke Dubai dan beli rumah di sebelah kita.
Kalau kamu masih belum percaya UMKM bisa jadi pahlawan ekonomi, mungkin kamu perlu ikut seminar KKI 2026. Siapa tahu, kamu jadi pelaku UMKM juga yang bukan cuma jualan, tapi juga jaga lingkungan dan bawa harum nama Indonesia di catwalk dunia!.[***]