Digital Ekonomi

2 Pengaruh Medsos yang Patut Diperhatikan, Apa Saja ?

Foto : Faldy

SUMSELTERKINI.CO.ID, PALEMBANG – Sosial media yang diperkirakan dimulai pada 1995, ditandai dengan lahirnya situs GeoCities, yakni berupa situs yang mampu memberikan layanan penyewaan penyimpanan data dalam website agar halaman website tersebut bisa di akses dari mana saja, punya pengaruh besar dalam prilaku yang ada dalam masyarakat.

Dalam perspektif Psikologi, yang mana Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sebagai, manifestasi dari jiwa manusia. Media sosial sangat berdampak pada perilaku remaja yang meliputi tayangan televisi, handphone yang di dalamnya terdapat aplikasi Facebook, WhatsApp, BBM, Instagram, Youtube dan lainnya.

“Dalam Ilmu Psikologi  ada seorang tokoh, yaitu Albert Bandura, menemukan teori belajar sosial bahwa perilaku itu terbentuk karena adanya imitasi (meniru) melalui proses kognitif manusia,  baik dalam hal positif maupun negatif dari apa yang dilihatnya di media sosial,” demikian ungkap Dosen di Fakultas Psikologi Univeristas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Kiki Cahaya Setiawan, S.Psi, M,Si, saat dibincangi di kediamannya dikawasan Kebun Bunga Palembang, Jumat (9/11/18).

Berdasarkan teori tersebut, Albert melakukan ekperimen yang sangat terkenal, yaitu ekperimen Bobo Doll, di dalam ekperimen itu, terang KiKi, ada 2 kelas dalam ekperimen dilakukan Albert, seperti kelas A dan B, dengan pola tontonan A video kekerasan dan kelas B video tanpa kekerasan dan dari beberapa jam setelah menonton, anak yang menjadi experimen itu melakukan perilaku meniru dari apa yang ditontonnya tadi.

“Seperti contoh kasus beberapa tahun yang lalu, lagi maraknya  acara televisi seperti WWF smack down, WCW  langsung di stop dari siaran tv, dikarenakan ditemukan kasus anak sempat dilarikan kerumah sakit karena meniru apa yang ditontonnya tadi,” ujarnya.

Selain imitasi, dampak lain dari media sosial pada remaja juga dapat berupa phubbing, lanjut Kiki, atau sibuk dengan diri sendiri (gadget yang dimiliki).

“Kadang kita ngomong apa, dijawab apa, dan juga , waktu kita berkumpul dengan teman, tapi sibuk dengan HP,”terangnya.

Jadi ada dua dampak yang didapat dari media sosial, yakni imitasi dan phubbing.

Untuk mengatasinya, Kiki menyarankan agar remaja bergaul ke lingkungan yang baik – baik dan pola asuh orang tua berperan penting, selain itu ambil hal positif saja dari apa yang ditonton dan dilihat dari sosial media, yang bisa menunjang ilmu, kreatifitas dan kepemimpinan yang baik di dalam organisasi maupun kehidupan sehari-hari.

Sedangkan untuk mengurangi dampak agar tidak terlalu mesra dengan HP, Jelas Kiki agak sedikit sulit mengatasinya, karena pada 2018 ini sudah masuk dalam revolusi industri 4.0 atau zaman milenial, apa – apa sudah menggunakan teknologi,  kalau tidak maka remaja akan kuper, gaptek dan ketinggalan zaman.

“Sekarang ini, apa – apa handpone, bagaikan seperti sayur tanpa garam apabila tidak bersama hp dan tentunya harus memiliki kuota internet, hee,  jadi sulit untuk melepas budaya itu, karena memang sudah zamannya,” terangnya.

Kiki mengatakan, tinggal kembali ke individu masing – masing. Menurut teori lapangan Kurt Lewin, perilaku terbentuk karena fungsi orang dikali lingkungan, orang yang tidak merokok bergabung dengan lingkungan yang perokok kecendrungan akan meniru perilaku merokok, tapi ada salah satu teori yang mengkritik teori kurt lewin mengatakan bahwa Individu itu sendiri yang sangat berperan vital dalam pembentukan perilaku.

“Saya sendiri pernah membuktikan teori tersebut, waktu kuliah S2 di Bandung, beberapa orang yang memprediksi saya tak selesai kuliah disana, tapi saya buktikan 1,9 tahun saya tamat dan menjadi pionir di Magister Sains Universitas Padjadjaran tahun 2014,” tutupnya.[**]

 

Penulis : Faldy

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com