BUMN

Puluhan Tahun Kilang Polypropylene Plaju Temani Industri Plastik Indonesia

Foto : istimewa

LIMA belas tahun silam, tepatnya pada 2005, saya pernah menulis berita terkait produksi Polypropylene (PP)/Polytam (Biji Plastik) yang dihasilkan dari Kilang Pertamina Refinery [RU] III, Plaju, Palembang, Sumatera Selatan. Kebetulan memang, saat itu, saya masih tercatat sebagai kontributor disalah satu media cetak Ekonomi Nasional.

Di Hupmas RU III [dulunya, Unit Pengelohan/UP III], saya sempat diterima oleh salah satu pejabat Hupmas, Iwan Ridwan Faizal, (sekarang, Sekretaris Perusahaan Pertamina Lubricants).

Kedatangan saya ke Hupmas RU III, Plaju hanya berniat wawancara terkait produksi  kilang minyak, Plaju secara umum. Namun disela-sela wawancara tersebut, Iwan mengenalkan salah satu produk RU III Plaju, yang mungkin jarang tersentuh pemberitaan.

Saya pun tertarik, ketika ia mengenalkan produk PP melalui brosur, yang memang telah ada menumpuk di ruang tunggu tamu Hupmas RU III, Plaju. Saya akhirnya memilih menulis berita terkait hasil produk PP tersebut untuk dikirim ke news room, keesokan harinya memang berita itu muncul.

Siang hari, Ia langsung menghubungi saya, memberitahu bahwa berita terkait produk PP sudah naik, dan ia sempat mengucapkan terima-kasih telah menulis produk Kilang PP, Plaju.

Jujur, saya juga termasuk orang awam, baru tahu setelah saya menulis berita terkait PP, tanpa Iwan, mungkin saya tidak mengenal PP, karena yang saya ketahui selama itu, Pertamina Kilang Plaju hanya mengolah minyak mentah (Crude Oil) dan Intermediate Product (Alkylfeed, HSDC, slop oil, LOMC, Long residue, Raw PP) menjadi produk jadi, diantaranya BBM (Premium, Kerosene, Solar &Fuel Oil), NBBM (LPG, Musicool, HAP, LAWS, SBPX, LSWR), BBK (Avtur, Pertalite, Pertamax, Pertamax Racing).

Sementara ada juga Produk Petrokimia, seperti  Polypropylene (Polytam). Padahal saya juga yang notabene merupakan anak mantan karyawan Pertamina [anak minyak], Kilang RU III, Plaju. Ayah saya bekerja hampir 25 tahun di emiten Pertambangan Energi dan Gas plat merah tersebut.

Setelah berita terbit, saya juga masih penasaran, dan sempat bertanya-tanya lagi kepada Ayah saya terkait sejak kapan dibangunnya Kilang Polypropylene itu, Ayah pun menjawab kilang tersebut dibangun, saat ia baru satu tahun bekerja di Pertamina, tepatnya tahun 1972.

Sebagai salah satu karyawan pabrik di kilang, yang telah mengabdi selama 25 tahun, Ayah juga menjelaskan seingat dia,  Unit Purifikasi Propylene di desain oleh L.H.Manderstam & Partnes (London) dan dikontruksi Pertamina di Kilang Sei-Gerong.

“Kilang Polypropylene lama didesain dengan kapasitas 20.000 ton per tahun  homopolymer polypropylene. Namun dikembangkan lagi  sekitar tahun 1993-1994 di Kilang Plaju,” ingatnya lagi.

Kilang  PP berada satu lokasi di kilang produk lainnya milik Pertamina. Kilang tersebut keberadaanya juga berada di tepian Sungai Musi. Berdiri puluhan tahun lalu, Kilang Plaju selalu menamani Sungai Musi dari pagi hingga malam hari. Gemerlap lampu kilang terlihat di malam hari. Sementara corong asap putih dari kilang pun menemani suasana di siang hari, sungai terpanjang [750 Km] di Sumatera, yang membelah dua Kota Palembang, yakni Seberang Ulu dan Ilir.

                                                                                                                                                                                                                                          foto : Istimewa

Realisasi Produksi Agustus

Polypropylene yang dihasilkan Kilang Pertamina RU III untuk menyuplai industri plastik di Indonesia, seperti kemasan industri food packaging, warehousingm dalam tingkat yang lebih tinggi. Kilang ini juga satu-satu yang ada di Indonesia.

Region Manager Comrel & CSR Pertamina Sumbagsel, Dewi Sri Utami menjelaskan, tahun  2020 target produksi PP ( Polytam) sebesar 45.000 ton. Realisasi hingga Agustus  sebesar 62.4% dari target. Biji plastik ini, lanjut dia ditargetkan menjadi market leader di Indonesia, karena demand-nya dalam negeri masih tinggi, sehingga dinilai prospek ke depannya masih sangat menjanjikan.

“Dengan tetap memfokuskan pasar domestik, setidaknya dapat  membantu mengurangi cost industri plastik di Indonesia, dan menambah devisa negara,”sebutnya, kemarin.

Oleh sebab itu, diakhir 2018 lalu, Pertamina, lanjutnya melakukan inovasi dengan sistem proses bisnis yang berteknologi kini. Salah satunya meresmikan training simulator [OTS] Polypropylene. Melalui OTS ini, tambah dia, operator diharapkan semakin menguasai konfigurasi serta fungsi dan cara kerja peralatan utama, seperti pompa, compressor, kolom distilasi, reaktor, sehingga memahami dampaknya terhadap spesifikasi dan optimasi feed & product dalam operasi kilang termasuk trouble shooting.

Terkait aspek Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) tentunya operator juga diharapkan lebih peduli dengan safeguarding system unit process, juga pengendalian control unit process. OTS juga dapat tetap mempertahankan, bahkan semakin meningkatkan keunggulan dalam kualitas-kualitas produk yang dihasilkan Kilang Polypropylene. Diharapkan dengan program pelatihan dan sertifikasi OTS ini, proses transfer knowledge akan lebih cepat dan efektif,”tutupnya.[***]

 

Irwan Wahyudi,

Wartawan Sumselterkini.co.i

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com