Agribisnis

Lobster Bahagia, Kerang Tertawa….

kkp

Sumselterkini.co.id,- Kalau laut bisa bicara, mungkin ia akan bilang, “Akhirnya aku juga punya kisah cinta yang happy ending.” Sebab di Batam, bukan hanya manusia yang mencari jodoh, tapi juga lobster yang menemukan belahan jiwanya kerang kupang dan kerang hijau, yang selama ini hanya dianggap ‘teman tapi pakan’.

Program modeling budidaya lobster yang dikembangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini layaknya sinetron Ramadan yang tamatnya manis penuh air mata kebahagiaan dan suara riuh para pembudidaya. Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam menjadi panggung utama kisah ini, tempat lobster-lobster muda menjalani masa pacaran di Keramba Jaring Apung (KJA) yang disulap seperti hotel bintang lima untuk crustacea.

Tapi tunggu, cerita ini bukan cuma soal lobster yang hidup nyaman. Di balik kisah sukses lobster Batam, ada kerang-kerang yang selama ini jadi anak bawang kerang kupang dan kerang coklat yang kini naik pangkat jadi pahlawan pakan. Seperti kata pepatah baru dari nelayan Tanjung Uma “Dulu dibuang sekarang dipungut, dulu dikira remeh sekarang jadi rebutan lobster.”

Ya, kerang yang dulunya dipandang sebelah insang ini, kini jadi rebutan karena kaya nutrien, murah meriah, dan ternyata cocok dijadikan camilan favorit lobster-lobster lokal. Ibarat cinta lama yang bersemi kembali, kerang dan lobster kini bersatu dalam simbiosis cinta berbalut protein.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu yang biasa disapa Tebe menyebut bahwa pemilihan Batam bukan karena lempar dadu atau hasil undian berhadiah. Batam punya potensi luar biasa, mulai dari laut yang kaya nutrien sampai posisi strategis sebagai tetangga sebelahnya Singapura dan Malaysia. Pokoknya lengkap, kayak pacar idaman yang bisa masak, sabar, dan paham spreadsheet.

Nah, KKP tidak cuma datang bawa rencana dan selfie di dermaga. Mereka kasih bantuan KJA yang bisa dibilang kayak apartemen eksklusif bagi para kerang. Dikelola oleh tiga kelompok pembudidaya kerang, hasilnya? Produksi kerang hijau naik 5-6 kali lipat! Kerang pun kini tak cuma menempel di tali, tapi juga menempel di dompet pembudidaya bikin isi dompet makin gendut, bukan cuma karena kertas pembungkus gorengan.

Rusli, salah satu pembudidaya dari Tanjung Uma, sampai mengakui “Hasil panen kami meningkat enam kali lipat dibanding dulu.” Enam kali lipat, bos! Kalau ini kurs rupiah, kita udah bisa beli rumah di galaksi lain.

Tak ketinggalan, Pak Ipong Adi Guna, Plt Kepala BPBL Batam, juga menyampaikan bahwa ketersediaan kerang untuk pakan selama tujuh bulan pemeliharaan selalu aman terkendali. Tak pernah ada drama rebutan pakan seperti antre minyak goreng zaman dahulu.

Melalui strategi ini, KKP ingin menciptakan ekosistem yang efisien dan berkelanjutan. Tidak cuma dari sisi lobster yang bisa ekspor, tapi juga pembudidaya kerang yang ikut tersenyum lebar. Singkatnya: kalau lobster sukses, kerang ikut bahagia, pembudidaya pun berjaya.

Program modeling lobster ala KKP di Batam ini bukan sekadar urusan pakan dan panen. Ini soal bagaimana laut bisa jadi ladang harapan, dan kerang yang dulu dianggap remeh bisa jadi jembatan emas bagi ekonomi lokal. Seperti kata pepatah baru yang patut kita simpan “Di laut yang jernih, jangan hanya cari mutiara kadang kerang pun bisa jadi sumber bahagia.”

Jadi, kalau nanti ada yang nanya bagaimana cara bikin lobster senyum di air laut jawabannya sederhana: kasih kerang, kasih cinta, dan kasih kesempatan untuk tumbuh bareng.[***]

Terpopuler

To Top