MUBA Terkini

Longsor Datang Tak Ketuk Pintu, Lurah Ngulak Datang Tak Pakai Undangan

ist

Sumselterkini.co.id, – Mentari belum sempat melempar senyum, warga RT 06 RW 02 dan RT 09 RW 03 di Kelurahan Ngulak, Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musibanyuasin [Muba]  masih menyesap sisa kantuk. Namun alam punya agenda sendiri. Pada Rabu (11/6/2025) pukul 05.00 WIB, bumi di tepian Sungai Musi mendadak bergeser, tanah longsor menguap diam-diam seperti mantan yang ghosting tanpa pamit.

Sembilan rumah warga mendadak berada di ujung tanduk, beberapa bahkan sudah separuh menyundul udara, nyaris masuk sungai. Untungnya, longsor ini tak membawa korban jiwa. Tapi jantung para penghuni rumah, boleh jadi sempat lari duluan ke leher. Seperti hujan yang bikin genangan dan gosip yang bikin pertemanan renggang, longsor ini datang tanpa aba-aba. Tapi untung bukan tanpa tanggapan.

Datanglah Lurah Ngulak, Pak Zulham, dengan langkah cepat seperti mie instan dua menit, langsung menyambangi lokasi. Tak sendiri, ia bersama Camat Sanga Desa, Pak Hendrik (yang biasa disapa Leok), ikut meninjau dua titik terdampak. Warga pun menyambut mereka, bukan dengan karpet merah, tapi dengan wajah penuh harap dan sedikit deg-degan. “Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa. Tapi kondisi sembilan rumah ini memang memprihatinkan. Tanahnya seperti sudah tidak tahan menahan beban, bisa menyeret bangunan ke sungai sewaktu-waktu,” ujar Camat Hendrik, sambil menunjuk bekas longsoran yang kini seperti bekas gigitan monster tanah.

Momen itu seperti babak baru dari sinetron panjang berjudul ‘Hidup di Pinggir Sungai’. Kadang tenang, kadang mendadak deg-degan. Tapi seperti kata pepatah lama, “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, tapi longsor jangan sama-sama ditonton saja”. Maka dari itu, Pak Camat dan Pak Lurah tak hanya datang selfie atau bagi-bagi janji, tapi langsung berkoordinasi dengan dinas teknis. Intinya, semua sedang bahu-membahu, bukan bahu-membisu.

Di tengah segala kekalutan, muncul pula dukungan moril dari pucuk pimpinan daerah, Bupati Musi Banyuasin, H M Toha, memberikan apresiasi atas gerak cepat sang lurah dan camat. Beliau bahkan memberi pesan yang sejuk di tengah teriknya tantangan.

“Saya menyampaikan terima kasih kepada Camat dan Lurah bersama Forkopimcam yang telah tanggap. Kepada warga terdampak, tetap semangat dan tingkatkan kewaspadaan. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT”.

Jika bumi sudah mengirim kode, jangan dibalas dengan acuh. Longsor bukan ujian dadakan, tapi kadang ia hasil dari proses panjang abrasi, penggundulan, atau bangunan yang berdiri tanpa izin di tempat tak semestinya.

Sudah saatnya kita bukan hanya punya rencana tanggap darurat, tapi juga rencana jangka panjang. Memindahkan pemukiman dari bibir sungai bukan berarti mencabut akar warga, tapi justru menanam harapan baru di tanah yang lebih aman.

Sebagai penutup, mari kita ingat pepatah sederhana tapi bijak “Rumah boleh menghadap sungai, tapi keselamatan jangan menghadap bahaya”. Jika alam sudah bersuara, jangan pura-pura tuli. Jangan sampai, kita baru sibuk mencari solusi setelah separuh rumah sudah jadi dermaga dadakan.

Dan tentu, kita patut mengacungkan jempol pada gerak cepat para pejabat, karena di zaman sekarang, pejabat yang datang sebelum viral di TikTok adalah spesies langka yang patut dibudidayakan. Bencana memang tak pernah pilih-pilih lokasi, tak pernah janjian lewat WhatsApp, dan tak pernah minta izin dulu ke RT. Tapi cara kita merespons bencana itulah yang membedakan: apakah kita hanya terkejut, atau juga bergerak.

Langkah cepat Lurah Ngulak dan Camat Sanga Desa membuktikan bahwa pemerintahan bisa lincah tanpa harus tunggu disposisi. Ketika tanah bergeser, mereka tidak ikut-ikutan bergeser dari tanggung jawab.

Ngulak mungkin hanya satu titik kecil di peta besar Sumatera Selatan. Tapi dari titik kecil ini, kita bisa melihat pelajaran besar. Bahwa menjaga keselamatan warga bukan hanya soal hadir di lokasi, tapi juga soal hadir dalam perencanaan, anggaran, dan kesungguhan. Dan semoga, ke depan, langkah kita dalam pembangunan tidak hanya membangun rumah, tapi juga membangun peringatan dini, tanggul kuat, dan kebijakan yang berpihak.

Karena tanah boleh longsor, tapi jangan sampai harapan warga ikut runtuh, dan pemimpin boleh datang tiba-tiba, asal jangan cuma datang pas kamera menyala.[***]

Terpopuler

To Top