Palembang Terkini

Seragam Gratis, Makan Bergizi & Impian Sekolah Tak Lagi Nangkring di Ujung Galau!

ist

Sumselterkini.co.id, – Dalam dunia pendidikan, anak-anak sejatinya bukan hanya butuh guru yang galak-galak sayang, tapi juga butuh seragam yang tak bolong di ketiak, dan makan siang yang bukan sekadar angin surga dari brosur dinas. Maka ketika Sekda Palembang Aprizal Hasyim menggulung lengan kemeja dan menyapa 249 kepala sekolah dalam pengarahan soal Program Palembang Cerdas, kita tahu ini bukan rapat biasa. Ini seperti gladi bersih menuju pendidikan yang (semoga) benar-benar bersih dari kelaparan dan minder karena seragam belel.

Wajah pendidikan di Palembang sedang dicat ulang dengan kuas harapan. Salah satu cat yang paling mencolok warnanya adalah seragam gratis. Iya, gratis. Bukan diskon 70% dengan syarat dan ketentuan berlaku seperti di pusat perbelanjaan. Untuk tahun ajaran baru, murid kelas 1 SD dan kelas 7 SMP negeri akan menerima seragam sekolah gratis.

Jumlahnya? Jangan dikira recehan. Ada 22.868 murid SD dan 19.978 siswa SMP yang akan tampil kinclong di hari pertama sekolah nanti. Semoga ini bukan hanya gaya-gayaan untuk sesi foto di depan pagar sekolah, tapi menjadi langkah awal mengikis ketimpangan.

Kepala Disdik Palembang, Adrianus Amri, menjelaskan bahwa untuk saat ini bantuan seragam fokus ke sekolah negeri dulu. Sekolah swasta? Sabar dulu, ya. Kata beliau, kalau keuangan daerah nanti sudah tak ngos-ngosan seperti sepeda tua, maka bantuan akan merembet ke sekolah swasta juga. Ini ibarat pepatah kalau belum bisa makan rendang rame-rame, setidaknya rebus mi instan dulu, jangan rebutan lauk di dalam mimpi.

Tapi tunggu dulu, program ini tidak cuma soal kain baju. Ada juga soal dapur. Bukan dapur gosip, tapi dapur umum. Tahun ajaran baru ini, akan ditambah lima dapur umum demi menyokong program Makan Bergizi Gratis (MBG). Targetnya 15 sekolah tambahan akan ikut menikmati sajian gizi yang tidak cuma gizi Google.

Totalnya saat ini sudah 127 sekolah yang menerima manfaat MBG. Dari PAUD, TK, SD, sampai SMP, baik negeri maupun swasta. Semuanya digarap seperti nasi tumpeng acara syukuran: ditata dengan niat baik, dibagi rata, tidak asal kenyang tapi juga menyehatkan.

Ini langkah yang layak disambut bukan hanya dengan tepuk tangan, tapi juga dengan pengawasan ketat. Jangan sampai program makan bergizi ini malah jadi makan bergizi oleh oknum proyek. Kita tak butuh nasi basi dibungkus stiker program Pemkot.

Contoh di Kota Surabaya, program makan bergizi untuk siswa sudah berlangsung lama lewat Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan yang berkolaborasi seperti duet Didi Kempot dan Ambyar Fans Club. Hasilnya, angka stunting turun, dan anak-anak lebih fokus saat belajar tak lagi lemas seperti iklan vitamin sebelum sarapan.

Di Jepang, di kota seperti Tokyo dan Kyoto, makan siang sekolah sudah dikelola serius sejak dekade 1950-an. Menu sehat, porsi cukup, dan siswa ikut bersih-bersih sendiri setelah makan. Sekolah bukan cuma tempat belajar, tapi juga pembentuk karakter. Kalau di kita, bersih-bersih masih sering diserahkan ke petugas kebersihan, sementara siswa sibuk jadi content creator TikTok kantin.

Ki Hadjar Dewantara pernah bilang “setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya”. Nah, lingkungan itu bukan cuma bangunan sekolah, tapi juga isi perut dan isi lemari baju. Kalau anak berangkat sekolah dengan perut kosong dan seragam sobek, bagaimana bisa mereka merasa percaya diri?

Michelle Obama, waktu menggagas Let’s Move! dan program makan sehat untuk sekolah-sekolah di AS, pernah bilang “You cannot expect children to learn if they’re hungry and unhealthy” [“Kita tidak bisa berharap anak-anak bisa belajar jika mereka lapar dan tidak sehat]. “Nah, betul. Anak lapar itu susah diajak mikir, apalagi disuruh menghafal Pancasila atau rumus luas trapesium.

Program Palembang Cerdas ini seperti gulai tempoyak aromanya sedap, tapi perlu dimasak pelan-pelan agar tak asem semriwing, seragam gratis dan makan bergizi adalah dua langkah awal yang bagus. Tapi jangan berhenti di situ. Pastikan pengawasan ketat, distribusi adil, dan program berkelanjutan, jangan sampai tahun depan tinggal kenangan, seperti kalender tahun lalu yang masih nempel di ruang guru.

Sekolah harus jadi tempat di mana anak-anak merasa setara. Di mana mereka tak malu karena seragamnya kusam atau makan siangnya cuma angin berbalut doa. Pendidikan yang baik dimulai dari perut kenyang dan rasa percaya diri. Barulah setelah itu bicara soal prestasi.

Jadi, untuk Pemerintah Kota Palembang, mari teruskan langkah ini. Jangan seperti slogan di baliho yang cuman kuat tiga bulan. Dan untuk warga, mari kawal bersama. Kalau semua kompak, sekolah tak akan lagi jadi tempat nangkringnya galau, tapi ladang tumbuhnya harapan baru. Kalau kata pepatah Palembang yang dimodifikasi sedikit “Dari pada ngunyah harapan kosong, mending suap nasi bergizi sambil pakai seragam yang baru disetrika”.[***]

Terpopuler

To Top