Features

Anak Sungai Lalan Ngambek

ist

Sumselterkini.co.id, – Bayung Lencir sedang galau, mendung menggantung seperti utang lama yang belum lunas. Tepat pukul 06.30 WIB, anak Sungai Lalan yang biasanya tenang seperti bapak-bapak ngopi di warung Pojok Jambu, tiba-tiba ngamuk. Airnya meluap tanpa permisi, seperti emak-emak ngamuk di pasar karena harga cabai naik.

Dan beginilah kisahnya sebanyak 99 kepala keluarga (KK) dari tiga RT (RT 19, 15, dan 20) mendadak jadi anggota klub ‘Sepatu Boot Lovers’. Bukan karena gaya, tapi karena rumah mereka kedatangan tamu tak diundang air setinggi pinggang orang dewasa yang suka minum jamu kuat.

“Biasanya air sungai manis, tapi sekarang pahit nian nian,” ujar Pak Rusli, warga RT 20, sambil mengangkat galon air mineral yang sudah dia titipkan di atas lemari es. Lemarinya sendiri sudah mengapung dengan anggun seperti rakit hibah dari Titanic.

Ibu Suminah, 63 tahun, juga ikut cerita sambil menggulung celana batiknya. “Ado-ado bae… kemarin anak saya ulang tahun, sekarang rumahnyo malah ‘dibanjiri’ kejutan lain,” katanya sambil tertawa getir, antara ingin menangis dan ingin viral di TikTok.

Begitu air mulai menyapa lantai-lantai rumah, Camat Bayung Lencir, Pak M. Imron, langsung tancap gas. Beliau dan tim gabungan dari Kelurahan, Babinsa, Babinkamtibmas, Tagana, dan TKSK bergerak lebih cepat dari tukang cilok kalau dengar bel sekolah.

Barang-barang warga diangkut, kucing-kucing diselamatkan, bahkan ayam tetangga yang sempat terseret arus sempat dikembalikan dengan kepala sedikit miring tapi tetap semangat berkokok. Dalam semalam, halaman depan jadi dermaga, dan lorong rumah jadi anak sungai dadakan.“Kalau tak bisa jadi jembatan, jadilah pelampung bagi sesama” kata Bu Yani dari Dinas Sosial, sambil menyuapkan bubur hangat ke seorang lansia yang baru dievakuasi.

Bantuan sembako datang tak lama kemudian. Ada mie instan, beras, minyak goreng, dan senyum-senyum tulus dari relawan. Puskesmas juga siaga, menyediakan layanan kesehatan gratis  dari cek tensi sampai pijat ringan buat warga yang kaget karena kasurnya hanyut.

Bupati Muba, H. M. Toha, pun menyampaikan pesan yang mengingatkan pada pidato Pak RT menjelang arisan. “Tetap waspada, jangan dekat sungai, dan jangan lupa kalau perlu, silakan mengungsi ke posko atau rumah saudara. Kita ini keluarga besar, dan keluarga itu saling jaga apalagi di musim banjir”.

Kalau kata orang tua dulu, “Jangan kencing di hulu kalau takut kebanjiran di hilir,”. Tapi sekarang, meskipun kita tak kencing di mana-mana, banjir tetap datang karena curah hujan memang tak kenal kompromi.

Namun, dari banjir ini kita belajar satu hal penting air memang bisa merendam rumah, tapi tidak bisa merendam semangat warga Bayung Lencir. Mereka tetap kuat, tetap tertawa, tetap gotong royong seperti sedang menyiapkan hajatan besar. Bedanya, kali ini bukan nikahan, tapi ‘kenduri air bah’.

Luapan anak Sungai Lalan memang mengubah hari-hari menjadi penuh tantangan. Tapi di balik genangan, tersimpan banyak kisah tentang kekuatan, kebersamaan, dan ketahanan warga Bayung Lencir. Pemerintah hadir, masyarakat saling bahu-membahu, dan relawan datang seperti malaikat tanpa sayap plus sandal jepit.

Semoga air cepat surut, semangat tetap meluap, dan dari kisah ini kita sadar bahwa yang paling penting bukan seberapa tinggi airnya, tapi seberapa besar hati kita saat menolong sesama. Karena seperti kata pepatah Minang yang sudah dimodifikasi sedikit “Banjir boleh datang berkali-kali, tapi solidaritas harus tetap setinggi galah yang dipakai ambil kelapa,”. Mari tertawa, mari tangguh, mari terus bergandengan tangan meskipun kakinya terendam sampai lutut.[***]

Terpopuler

To Top