Sumselterkini.co.id,- Di Sekayu, tempat di mana ikan seluang lebih dikenal daripada saham Nasdaq, ada gerakan ekonomi yang tak bisa dianggap remeh. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) sedang menggeliatkan UMKM dengan jurus pelatihan kewirausahaan. Jangan bayangkan pelatihannya seperti kuliah ekonomi mikro yang bikin ngantuk, lho. Ini pelatihan yang tujuannya bikin pelaku UMKM melek pasar, bukan cuma melek modal sosial di grup WhatsApp RT.
Wakil Bupati Muba, Pak Rohman, seperti motivator berdasi, membuka acara dengan semangat membara. Ia bilang, “Manfaatkan pengetahuan dan ilmu yang didapatkan, jangan disia-siakan.” Sebuah pesan bijak yang setara dengan pepatah lama “Nasi sudah jadi bubur, tinggal kasih suwiran ayam dan kerupuk biar sedap dimakan.” Artinya, ilmu sudah dikasih, tinggal dimanfaatkan. Jangan malah dianggurin kayak blender hadiah nikahan.
Pelatihan yang diikuti 30 pelaku UMKM dari 9 kecamatan ini bukan sekadar kumpul-kumpul sambil ngopi dan selfie bareng banner. Mereka digembleng agar bisa naik kelas, dari pengusaha rumahan jadi pengusaha tahan banting. Siapa tahu, yang tadinya jual kerupuk kemplang bisa ekspor ke Qatar buat konsumsi supporter Piala Dunia 2030!
Dan yang bikin kagum, sejak awal 2025 sudah ada 14.542 Nomor Induk Berusaha (NIB) yang diterbitkan. Itu artinya pelaku usaha kita tidak lagi berjualan secara gerilya mode, tapi sudah mulai legal dan formal. NIB-nya dimasukkan pula ke Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), agar bisa mengakses kredit usaha rakyat. Singkatnya, dulunya ngutang di koperasi, sekarang bisa ngutang di bank resmi. Maju, bukan?
Kalau masih ragu-ragu, coba tengok Banyuwangi. Mereka bisa jadi kota kreatif UNESCO berkat pelatihan pelatihan UMKM berbasis budaya. Atau ke Solo, di mana batik bukan cuma jadi warisan, tapi jadi ladang cuan berkat digitalisasi usaha.
Di luar negeri, Vietnam bikin pelatihan digital untuk petani kopi, dan sekarang ekspor kopinya sampai ke Amerika. Kita? Jangan kalah! Harus bisa bikin “Kemplang Valley” di Muba, pusat UMKM yang go digital dan go internasional.
Tapi semua kembali ke pelaku UMKM-nya. Ilmu yang diberikan dalam pelatihan ini, kalau cuma disimpan di dalam kepala dan tidak dipraktikkan, ya sama saja seperti punya rice cooker tapi tetap masak nasi pakai dandang. Repot!
MKM dari Babat Toman yang produknya nampang di Tokyo Gift Fair. Kan asyik.[***]