Pemprov Sumsel

Masjid Bukan Sekadar Tempat Ngaji, Tapi Juga Bengkel Jiwa & Warung Persatuan!

ist

Sumselterkini.co.id, – Di zaman yang serba cepat ini, di mana orang lebih sering sibuk scroll TikTok, daripada buka kitab kuning, masih ada satu tempat yang tetap adem ayem, penuh hikmah, dan selalu siap menampung umat  masjid.

Tapi tunggu dulu, jangan buru-buru menyangka masjid cuma tempat shalat lima waktu. Kata Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru, masjid itu ibarat powerbank spiritual sekaligus bengkel karakter umat.

Bayangkan saja, kalau manusia itu motor bebek, maka masjid adalah bengkel langganan tempat servis rutin biar tidak mogok iman. Dan Gubernur kita ini rupanya paham betul makna dalam ini. Tiap Jumat, beliau bukan cuma datang buat sholat tapi juga safari! Iya, safari Jumat. Bukan ke savana Afrika naik jip, tapi keliling masjid-masjid seantero Sumsel untuk silaturahmi, menyambung kabel ukhuwah Islamiyah yang kadang putus nyambung kayak WiFi gratisan.

Masjid Mujahidin di Jl. Taman Kenten jadi salah satu persinggahan spiritual beliau. Tapi bukan cuma mampir, Gubernur Deru juga menyampaikan pesan “Masjid itu bukan hanya rumah ibadah, tapi rumah kebersamaan, rumah ide, dan rumah penyambung tali kasih.”

Wah, kalau dipikir-pikir, ini mirip konsep co-working space ala Silicon Valley, bedanya di sini bukan bahas startup, tapi startup hati dan iman. Pepatah lama bilang, “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, dan tampaknya Herman Deru sedang memijak bumi Sumsel sambil menjunjung langit ukhuwah dan pembangunan karakter.

Setelah sholat Jumat, bukan pulang langsung buka kulkas cari es teh. Gubernur malah lanjut dialog santai dengan jamaah. Bahasa gaulnya, community engagement.

Bahasa kampungnya, “ngobrolin nasib umat sambil canda gurau”. Inilah gaya kepemimpinan yang bukan cuma duduk di kantor sambil tanda tangan surat, tapi juga ikut nimbrung di mimbar, menyentuh hati masyarakat sambil sesekali ketawa bareng.

Dan yang paling penting pemerintah juga mendukung pembangunan dan revitalisasi masjid. Kalau masjid ibarat rumah, maka pemerintah ikut bantu cat temboknya, ganti atapnya, bahkan isi program pengajian dan kegiatan sosialnya.

Bandung, misalnya. Lewat program “Masjid Juara”, pemerintah kota bukan hanya mempercantik bangunan, tapi juga menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan remaja, pelatihan digital islami, bahkan kelas UMKM halal. Nah, Sumsel juga bisa ke arah sana. Tidak perlu jadi seperti Dubai yang masjidnya punya AC dari lantai, tapi cukup jadi tempat yang nyaman, ramah, dan bermanfaat bagi warga.

Kita butuh masjid seperti kita butuh SPBU di jalan tol tempat isi ulang tenaga, arah, dan semangat. Apalagi di zaman sekarang yang penuh hoaks dan emosi meletup kayak popcorn microwave, masjid adalah tempat mendinginkan kepala dan menghangatkan hati.

Jadi kalau pemerintah dan masyarakat kompak membangun masjid bukan hanya bangun fisik, tapi juga bangun fungsi, maka Sumsel akan makin religius, humanis, dan tentu saja, adem seperti sajadah baru.

Siapapun kita, entah tukang parkir, pejabat, atau pembuat meme, mari kita sama-sama ramaikan masjid. Bukan cuma untuk ibadah, tapi untuk merajut harapan, menyulam silaturahmi, dan menjahit semangat kebangsaan dalam benang ukhuwah.[***]

Terpopuler

To Top