Sumselterkini.co.id,- Kalau biasanya emak-emak sibuk ngejar tukang sayur sambil dasteran, kali ini beda. Emak-emak pengusaha dari Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) justru datang dengan misi mulia mengguncang ekonomi kreatif nasional. Bukan dengan centong dan spatula, tapi dengan ide, semangat, dan rencana konkret.
Hari Jumat (2/5/2025), bertempat di Autograph Tower Jakarta yang tinggi menjulang seperti cita-cita mereka, Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya menerima kunjungan IPEMI. Tapi tenang, ini bukan kunjungan arisan. Ini serius tapi tetap asyik!
“Kolaborasi Kemenekraf dan IPEMI ini potensial banget. Ibarat kue lapis legit banyak lapisan, tapi semua enak,” kata Menteri Riefky sambil tersenyum seperti sedang nonton video kucing lucu di TikTok.
Menurutnya, pemberdayaan perempuan bukan cuma soal keadilan gender. Tapi ini urusan negara. “Kalau emak-emak kreatif diberi panggung, ekonomi bisa berlari lebih cepat dari bocil ngejar odong-odong,” ujarnya dengan semangat.
Salah satu program andalan yang sudah berjalan adalah “Emak-Emak Matic” bukan komunitas moge atau tukang ojek daring, tapi pelatihan digital marketing dan kewirausahaan.
Di sinilah emak-emak diajari cara jualan online, bikin konten yang viral, sampai cara nulis caption yang bisa bikin pembeli tergoda walau dompet sedang sakaratul.
“Kami ingin para perempuan, khususnya muslimah, punya daya saing di era digital. Jangan cuma bisa scroll, tapi bisa jual,” tambah Riefky, kali ini nada suaranya kayak dosen sambil ngelawak ringan.
Ketua Umum IPEMI, Ingrid Kansil, hadir dengan aura karismatik emak-emak cerdas. Ia bilang, “Kami siap kolaborasi. Perempuan Indonesia itu kreatifnya alami. Daster sobek bisa jadi lap, botol bekas jadi pot, dan omongan tetangga bisa jadi motivasi!”
Menurut Ingrid, kalau diberi ruang dan dukungan, para pengusaha muslimah bisa menjadi mesin pendorong ekonomi nasional. “Kami ini bukan sekadar penonton. Kami pemain inti, bahkan bisa jadi pelatih,” ujarnya bangga.
Menteri Riefky menegaskan, Kemenekraf akan bantu bukan cuma dengan selebaran, tapi juga akses pasar, promosi internasional, dan pelatihan terstruktur. Ia bermimpi produk-produk emak-emak bisa tembus Pasar Tokyo, bukan cuma bazar sebelah balai RW.
“Kita harus berani mimpi besar. Dulu aja Steve Jobs mulai dari garasi. Masa kita nggak bisa mulai dari ruang tamu?” katanya, meminjam semangat garage to greatness ala Silicon Valley.
Ekonomi kreatif Indonesia bisa melesat kalau semua potensi diberdayakan, terutama perempuan. Mereka ini bukan sekadar konsumen, tapi produsen ide, pelaku usaha, dan pahlawan rumah tangga.
Seperti kata Sheryl Sandberg, mantan COO Facebook. “We need women at all levels, including the top, to change the dynamic and reshape the conversation.”. Kita membutuhkan perempuan di semua level, termasuk di posisi puncak, untuk mengubah dinamika dan membentuk ulang arah pembicaraan.
Maksudnya, perempuan harus hadir dan aktif tidak hanya di level bawah atau menengah, tapi juga di level kepemimpinan tertinggi, agar perubahan sosial, ekonomi, dan budaya bisa benar-benar terjadi dari dalam sistem.
Bak pepatah kampung bilang. “Wong wedok yen wis semangat, genthong bisa disulap jadi guci, sisa kue bisa jadi oleh-oleh.” dan Seperti kata pepatah Arab, “Al ummu madrasatun idza a‘addadtaha a‘addadta sya‘ban thayyibal a‘raqi”. Seorang ibu adalah sekolah, jika kamu mempersiapkannya, kamu sedang mempersiapkan generasi yang baik akarnya.
Kemenekraf dan IPEMI sudah selangkah maju. Tinggal tunggu kita semua ikut nyusul. Karena dalam dunia ekonomi kreatif, kadang yang dibutuhkan bukan gelar MBA, tapi niat, HP kentang, dan paket data.[**]