MUBA Terkini

Bismillah dari Muba

Sumselterkini.co.id, – Sabtu pagi di Hotel Gambo Residence, Sekayu, suasana terasa seperti arisan akbar keluarga besar. Bukan, ini bukan acara reunian emak-emak Keluang. Ini lebih sakral sebanyak 193 calon jamaah haji asal Kabupaten Musi Banyuasin siap berangkat menunaikan rukun Islam kelima. Tapi gaya pelepasannya tidak kaku seperti naskah pidato zaman Belanda, melainkan penuh nasihat penuh makna dari Bupati Muba, H M Toha, yang sukses jadi life coach spiritual dadakan pagi itu.

“Jaga lisan, jaga perilaku, bersihkan hati, fokus ibadah,” pesan Pak Bupati, seolah memberi wejangan sebelum masuk ke dapur MasterChef. Tapi bukan masak rendang, ini mau “memasak” kesabaran, ikhlas, dan stamina di bawah suhu 45 derajat di Padang Arafah.

Dan memang, naik haji bukan cuma soal doa dan ihram. Tapi juga soal bertahan hidup tanpa sambal, sabar antri toilet, dan ikhlas ditinggal bus karena terlalu lama selfie depan Ka’bah. Maka wajar kalau Pak Bupati berpesan. “Jangan malu bertanya, jangan maksa diri, dan jangan lupa minum obat!”. karena masuk angin tidak mengenal batas negara.

Dalam rombongan ini ada Sudarni Matahar Sombeng, 83 tahun, yang berasal dari Kecamatan Keluang. Ibu Sudarni adalah contoh bahwa semangat ibadah tidak mengenal usia, apalagi kalau sudah ditabung sejak zaman karcis bioskop masih Rp500. Di sisi lain, ada juga Akas Wijaya Sudirman, 18 tahun, calon jamaah termuda. Anak muda ini seperti nasi padang dibungkus pagi-pagi  masih hangat, tapi isinya luar biasa.

Melihat perbedaan usia ini, kita seperti menyaksikan duet penyanyi dangdut dan rapper beda generasi, tapi satu frekuensi. Sama-sama ingin mendapat haji mabrur.

Dengan lima rombongan dan 19 regu, para jamaah ini seperti pasukan Avengers, tapi versinya islami. Ada yang sudah hafal tata cara lempar jumrah seperti hafal playlist lagu Minang, ada juga yang masih deg-degan takut salah arah kiblat. Tapi semua punya semangat yang sama ingin menyempurnakan rukun Islam dengan khusyuk dan penuh rasa syukur.

Plh Kepala Kemenag Muba, H Anizar, bilang, ini adalah kloter kedua dari gelombang pertama. Kalau diibaratkan drama Korea, ini masih episode awal, tapi air matanya sudah ngalir duluan bukan karena sedih, tapi karena haru.

Pepatah lama bilang “Orang sabar disayang Tuhan, orang kuat jalan kaki di Mina, orang cerdas bawa sandal cadangan.” Maka dari itu, ibadah haji ini juga ujian logistik. Jangan sampai niat ibadah khusyuk malah terganggu karena kelupaan bawa powerbank, atau karena rebutan kursi roda dengan bapak dari Cianjur.

Yang penting, selain hati dijaga, perut pun harus diajak kompromi. Jangan mentang-mentang di Mekkah, semua makanan dicoba. Nanti malah lempar jumrah dengan tangan lemas karena keracunan kebab.

Kalau ada yang bilang naik haji itu seperti trip internasional, itu salah besar. Ini bukan ke Singapura beli coklat. Haji itu lebih mirip seperti jalan kaki dari Sekayu ke Palembang sambil bawa koper dan baca doa setiap lima menit.

Tapi di situlah letak keindahannya. Haji adalah perjalanan panjang penuh makna. Bukan cuma soal fisik, tapi soal hati yang kembali ke titik nol. Maka ketika Pak Bupati bilang “jaga lisan, jaga perilaku,” sebenarnya itu kode keras agar kita belajar menahan diri, bahkan saat disikut orang pas tawaf.

Mari kita doakan, semoga seluruh calon jamaah haji asal Muba ini menjadi duta-duta kesabaran, perwakilan warga yang kembali bukan hanya membawa oleh-oleh air zamzam, tapi juga membawa perubahan. Kalau perlu, pulang-pulang langsung bikin komunitas “Jamaah Haji Anti Marah-Marah” di pasar.

Karena, seperti kata orang bijak, “Yang jauh jangan cuma Tanah Suci, tapi juga hati dari iri dan dengki.”[***]

Terpopuler

To Top