Perbankan & Keuangan

Demi Gerina, Bank Sumsel Babel Turun ke Sawah

ist

Sumselterkini.co.id,- Kata orang tua, “dimana bumi dipijak, di situ dompet dibuka.” Maka ketika tanah Banyuasin dipijak, Bank Sumsel Babel tidak hanya buka dompet, tapi sekalian buka hati dan baju seragam dinas buat masuk sawah!

Biasanya bank dikenal dengan aktivitas yang penuh perhitungan bunga naik, tenor turun, dan nasabah deg-degan. Tapi kini, Bank Sumsel Babel justru ikut turun ke sawah, karena berani keluar dari zona nyaman dari ruang AC ke lahan persawahan, dari layar komputer ke lumpur petani demi program nasional Gerina yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto.

Suasana sawah di Banyuasin tampak berubah total, bukan karena petani ganti playlist dangdut ke jazz, tapi karena kehadiran pejabat bank dan pejabat daerah yang ikut turun menyapa para petani binaan. Ada Bupati Banyuasin, Dr. H. Askolani, dan Direktur Bisnis Bank Sumsel Babel, Suroso Djailani. Yang datang bukan untuk cari spot selfie, tapi menandatangani akad KUR langsung di tengah semilir angin padi, Senin (28/4/2025).

Suroso dalam pernyataannya, “Kami ingin mendukung percepatan produksi pangan nasional,”.

Kalau diartikan ke bahasa petani,  “Kami datang bukan cuma bawa map, tapi juga niat,”.

Kredit Usaha Rakyat alias KUR ini ibarat payung di musim kemarau dan jas hujan di musim tanam. Dulu, petani kalau mau nanam harus rela ngutang ke tetangga atau tukang bakso. Tapi sekarang, dengan bunga cuma 6 persen setahun, mereka bisa mengajukan modal tanpa harus digaruk lintah perasaan dan keuangan.

Kalau dulu mimpi petani cuma sampai beli pupuk eceran, sekarang bisa beli dalam karungan. Bahkan ada yang sudah berani mikir beli drone penyemprot pupuk. Ya, meski sebagian baru tahu drone itu bukan nama tokoh sinetron.

“Lebih baik menanam di ladang yang subur, daripada menyimpan uang di celengan ayam yang bolong,” kata pepatah.

Coba intip Thailand, di sana ada BAAC (Bank for Agriculture and Agricultural Cooperatives) yang sudah sejak 1966 mendanai petani tanpa bikin kepala pening. Di Jepang, JA Bank bahkan menyediakan paket lengkap simpanan, kredit, koperasi tani, hingga layanan konsultasi pupuk sambil nyeruput teh matcha.

Di Indonesia, Bank NTB Syariah juga mulai digitalin proses tani. Tapi Bank Sumsel Babel tampil beda, mereka nggak banyak gaya, langsung nyebur ke lapangan, karena katanya, “Petani butuh kawan di lapangan, bukan kawan yang cuma kirim motivasi lewat WhatsApp.”

Asanya, Sumsel, terutama Banyuasin, dikenal sebagai lumbung padi, namun selama ini banyak petani yang hanya jadi penonton di drama pertumbuhan ekonomi. Padahal merekalah aktor utamanya. Nah, dengan masuknya KUR, alurnya jadi berubah petani jadi produsen, bukan cuma buruh musiman.

Bayangkan, jika satu petani dapat Rp25 juta dan digunakan untuk modal tanam, efeknya bukan cuma panen meningkat, tapi ekonomi desa pun ikut menggeliat. Warung kopi laku, penjual gorengan bahagia, dan tukang tambal ban bisa beli selang baru, kata pepatah“Sekali cangkul dua tiga petak terairi sekali kredit, satu kampung bisa ikut menanam rejeki”. Betul nggak!.

Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) bukan cuma slogan buat diketik di spanduk. Ini aksi nyata buat menyelamatkan negeri dari krisis pangan dan krisis kepercayaan, sebagai Bank Pembangunan Daerah, Bank Sumsel Babel paham, bahwa petani tak butuh janji-janji manismereka butuh akses, alat, dan akal sehat.

Dan di tengah lumpur itu, Bank Sumsel Babel menjelma jadi mitra sejati bukan sekadar pencetak slip tabungan, tapi juga pencetak perubahan. Mereka tak lagi hanya berbicara dalam angka, tapi juga dalam aksara harapan.

Dan gerakan Indonesia Menanam (Gerina) bukan cuma soal tanam-menanam tanaman, tapi juga soal tanam-menanam kepercayaan. Dan dalam dunia pertanian yang sering dipenuhi cuaca tak menentu dan harga pupuk yang suka naik mendadak seperti harga tiket konser K-pop, hadirnya Bank Sumsel Babel dengan program KUR ini jadi angin segar yang nyata terasa.

Mereka membuktikan bahwa lembaga keuangan bisa lebih dari sekadar penjaga mesin ATM dan tukang hitung saldo, Bank Sumsel Babel hadir bukan untuk selfie bareng padi, tapi betul-betul nyemplung dan ikut menyelesaikan masalah paling mendasar yakni modal.

Di tengah program nasional yang sering kedengarannya megah tapi realisasinya suka malu-malu, Bank Sumsel Babel menunjukkan cara sederhana tapi berdampak datang, dengar, bantu, dan pulang dengan solusi, bukan sekadar laporan.

Dan Banyuasin pun pelan-pelan tak lagi hanya dikenal sebagai lumbung padi, tapi juga lumbung cerita perubahan di mana pertanian tumbuh bukan karena kebetulan, tapi karena memang disokong oleh sistem yang mulai waras.

Oleh sebab itu, kalau hari ini ada yang bilang bank itu dingin dan kaku, ajak saja mereka ke sawah Banyuasin. Di sana, ada bank yang rela nyemplung, bukan karena tergelincir, tapi karena punya misi.[***]

Terpopuler

To Top