Sumselterkini.co.id, – Perempuan bilang, “Bahagia itu sederhana, lihat suami pulang dari sawah bawa beras, bukan bawa tagihan cicilan motor.” Dan ternyata benar. Hari Senin kemarin, sawah di Desa Cahya Maju, Kabupaten OKI, bukan cuma jadi tempat padi tumbuh subur, tapi juga jadi pusat perhatian nasional. Sawah yang biasanya jadi tempat curhat burung pipit dan kodok galau, hari itu berubah jadi panggung megah para pejuang pangan.
Bayangin aja, di tengah semilir angin dan suara bebek yang nggak tau malu teriak-teriak, ada panen raya skala nasional digelar serentak di 14 provinsi. Nah, Kabupaten OKI yang biasanya lowkey aja. Kali ini tampil kayak tamu undangan VIP, dan yang bikin suasana makin pecah, Presiden Prabowo Subianto juga hadir secara virtual dari Jawa Barat. Emang zaman udah modern, panen pun bisa dihadiri dari jarak jauh, pakai teknologi tinggi, bukan cuma pakai galah dan caping.
Pak Presiden, dengan suara khas dan semangat 45-nya, bilang, “Saya sangat berbahagia.” Dan kita percaya. Soalnya, beliau ngasih apresiasi ke menteri-menteri yang udah blusukan ke sawah, bukan ke mall. Beliau bilang ini awal yang bagus. Macam pre-season tim bola yang menjanjikan. Harus ditingkatkan, katanya. Jangan puas cuma panen di satu musim, tapi terus digenjot sampai panen tiga kali setahun. Ya kayak gitu semangatnya, bikin rakyat ikut semangat nyangkul meski cuma dari hati.
Dan yang bikin netes air mata petani, bukan karena kena uap nasi panas, tapi karena Presiden bilang, “Tanpa pangan, tidak ada negara. Tanpa petani, tidak ada NKRI.” Waduh, dalem banget, Pak. Kata-kata ini cocok jadi caption IG, ditempel di warung kopi sawah, atau dijadiin lirik lagu dangdut patriotik. Intinya, petani itu bukan cuma pencari nafkah, tapi penyambung hidup bangsa. Ciee, makin cinta kan sama petani?
Gubernur Sumsel Herman Deru pun nggak mau kalah. Dengan penuh semangat, beliau paparkan data-data yang bikin kita kagum. Sumsel punya lahan baku sawah seluas 519 ribu hektare, dan OKI nyumbang 104 ribu hektare. Itu mah luas banget, sampe kalo dijadiin lapangan futsal bisa bikin kompetisi nasional tiap hari. Tapi Deru juga kasih peringatan: hati-hati lahan sawah bisa makin ciut kalau terus digempur proyek perumahan dan industri. Jangan sampe nanti padi kalah sama paving block.
Pak Gub juga curhat soal Bendungan Tiga Dihaji. Ini bendungan udah dicanangkan jadi proyek strategis nasional, tapi sampe sekarang masih jadi “proyek strategis dalam kenangan”. Padahal, katanya, kalo bendungan ini rampung, air bisa lancar, petani bisa panen dua kali, bahkan tiga. Lah, itu mimpi indah setiap petani bro, bisa nyangkul berkali-kali dengan hasil maksimal, bukan cuma peluh yang terus ngalir.
Beralih ke Bupati OKI, H. Muchendi, beliau kayak marketing profesional yang ngejual potensi daerahnya. “Lahan kami bukan sembarangan,” katanya. Ada empat jenis lahan: lebak, pasang surut, tadah hujan, dan lahan kering. Komplet, kayak paket internet unlimited plus kuota ekstra. Dari situ, OKI bisa produksi 564 ribu ton padi di tahun 2024. Itu kalau dijadikan nasi uduk, bisa bikin sarapan nasional sebulan penuh.
Beliau juga cerita soal program optimalisasi lahan alias Oplah. Tahun ini targetnya 24 ribu hektare, dan per Maret udah 4.510 hektare yang jalan. Cetak sawah juga ditarget 26 ribu hektare, walau baru 2.005 yang lagi disurvey. Namanya juga proses, yang penting niatnya udah maksimal. Tapi tantangannya segambreng cuaca labil, lahan nganggur, pupuk kadang kayak mantan diperlukan, tapi susah ditemuin.
Ada juga masalah lahan yang statusnya masih kayak hubungan tanpa kepastian nggak jelas milik siapa. Ada yang punya perusahaan tapi belum tergarap. Jadi Bupati minta tolong dibantu administratifnya. Biar sawah nggak cuma jadi dekorasi Google Maps, tapi bener-bener menghasilkan.
Panen serentak ini memang luar biasa. Tapi jangan sampai jadi ajang tahunan yang cuma rame di awal, terus menguap kayak air got siang bolong. Kita butuh komitmen jangka panjang, bukan cuma pidato manis yang bikin hati hangat, tapi perut petani tetap lapar.
Pak Presiden sudah kasih sinyal bagus, menteri-menteri juga udah jalan. Sekarang waktunya semua pihak serius. Petani butuh lebih dari ucapan terima kasih. Mereka butuh pupuk yang murah, air yang lancar, lahan yang aman, dan harga gabah yang manusiawi. Jadi, yuk kita rawat sawah, kita jaga petani. Biar kita nggak cuma bisa bilang “Enak ya makan nasi hangat,” tapi juga bisa bilang “Terima kasih, petani. Negara ini kuat karena kalian.” trimks.[***]