Sumselterkini.co.id, Palembang- Keimanan yang teguh bisa jadi berkah, meski berhijab bukan jadi penghalang seseorang untuk menjadi atlet, karena tak ada korelasinya, apalagi sepak bola adalah olahraga yang dapat dinikmati oleh semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, agama, atau pilihan berbusana. Hijab adalah bagian dari identitas dan keyakinan banyak wanita Muslim, dan mereka berhak untuk berpartisipasi dalam olahraga sepak bola dengan mengenakan hijab, jika mereka memilih untuk melakukannya.
Untuk mempromosikan inklusi dalam sepak bola, banyak organisasi dan badan pengatur sepak bola telah mengadopsi aturan dan kebijakan yang memungkinkan pemain wanita berhijab untuk berkompetisi secara adil dan aman. FIFA, badan pengatur sepak bola dunia, misalnya, telah mengizinkan pemain wanita untuk bermain dengan mengenakan hijab sejak tahun 2014. Selain itu, banyak pemain sepak bola wanita berhijab yang telah berhasil mencapai kesuksesan di tingkat nasional maupun internasional. Mereka adalah contoh inspiratif bagi wanita lain yang ingin terlibat dalam olahraga ini.
Penting bagi kita untuk menghormati pilihan individu dan memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam olahraga tanpa diskriminasi. Sepak bola wanita berhijab dapat menjadi sarana untuk memperkuat persatuan, mendorong kesetaraan gender, dan menghargai keragaman budaya di dunia olahraga. Satu contoh misalnya, Ayunda Dwi Anggraini, mungkin bagi banyak pecinta sepakbola juga, tak ada yang tahu.
Namun, dia adalah salah satu nama pemain yang juga menjadi bagian dari kemenangan perdana tim U-19 Wanita Indonesia, saat mengalahkan Timor Leste 7-0 di ajang AFF U-19 Women’s Championship 2023, Rabu (5/7) di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang.
Dia dan Awi masing-masing mencetak dua gol. Tetapi disini, kita bukan lagi membahas Awi, sebab masih banyak pemain lain yang punya potensi besar untuk mengangkat Indonesia menjuarai turnamen ini, Ayunda salah satunya.
Ayunda, panggilannya, dalam debut manisnya di tim U-19 wanita, mencetak gol di menit ke- 66 dan 90′.
Sebelum membahas pemain ini lebih jauh, ada baiknya kita mengenalnya dahulu. “Saya Ayunda Dwi Anggraini, usia 17 tahun, asal saya dari suatu daerah yang bernama Dukun, di Gresik. Saya bersekolah di SMAN 1 Sedayu, posisi saya sebenarnya striker, dan itu juga merupakan posisi favorit, namun pelatih kadang memainkan saya diposisi gelandang atau sayap,” bukanya, Kamis (6/7).
Kemudian pelan-pelan dia menceritakan awal mula menyukai bermain dengan si kulit bundar.
“Waktu kecil saya sering ikut-ikut di desa itu bermain sepakbola dengan laki-laki, terus saat SMP diajak ke Gresik, main di klub, terus akhirnya main di Piala Pertiwi, bersama Persebaya, ikut di Kebumen juga,” ungkapnya.
Lalu dia juga mengenang bagaimana upayanya untuk bisa masuk timnas. “Saya masuk timnas ini berawal dari kirim-kirim video, lalu dipromosikan, sampai sekarang ini baru dipanggil. SSB saya dulu bernama Porosda, sekarang di Gresik,” kenangnya.
Sebagai satu-satunya pemain di Garuda Pertiwi Muda yang menggunakan hijab, dirinya bercerita mengenai suka duka, seperti awalnya sempat mengalami kesulitan dalam bergaul dengan rekan-rekan lainnya sesama pemain sepakbola wanita.
“Kadang dukanya itu, pernah dipengaruhi dan dicemooh oleh teman, dengan berkata ‘eh, jangan pakai hijab, dong’ namun itu sama sekali tak menggoyahkan iman dan niat awal saya berhijab, karena bagi saya, hijab itu penting, sebagai saya perempuan muslim. Tapi akhirnya lama kelamaan itu tidak lagi menjadi masalah,” ceritanya.
Lalu bagaimana dengan cerita sukanya? Kisah lalu beralih saat ditanya mengenai dua golnya ke gawang Timor Leste. Inilah bagian dari cerita sukanya. “Saya tak menyangka sih sebenarnya, ini juga menjadi debut saya di timnas, yang jelas, saya sangat senang sekali, dan karena itu saya bisa menunjukkan ke orang tua saya, kalau saya akan menjadi pesepakbola wanita yang baik,” katanya.
Ayunda, panggilannya, dalam debut manisnya di tim U-19 wanita, mencetak gol di menit ke- 66 dan 90′.
Sebelum membahas pemain ini lebih jauh, ada baiknya kita mengenalnya dahulu. “Saya Ayunda Dwi Anggraini, usia 17 tahun, asal saya dari suatu daerah yang bernama Dukun, di Gresik. Saya bersekolah di SMAN 1 Sedayu, posisi saya sebenarnya striker, dan itu juga merupakan posisi favorit, namun pelatih kadang memainkan saya diposisi gelandang atau sayap,” bukanya, Kamis (6/7).
Kemudian pelan-pelan dia menceritakan awal mula menyukai bermain dengan si kulit bundar.
“Waktu kecil saya sering ikut-ikut di desa itu bermain sepakbola dengan laki-laki, terus saat SMP diajak ke Gresik, main di klub, terus akhirnya main di Piala Pertiwi, bersama Persebaya, ikut di Kebumen juga,” ungkapnya.
Lalu dia juga mengenang bagaimana upayanya untuk bisa masuk timnas. “Saya masuk timnas ini berawal dari kirim-kirim video, lalu dipromosikan, sampai sekarang ini baru dipanggil. SSB saya dulu bernama Porosda, sekarang di Gresik,” kenangnya.
Sebagai satu-satunya pemain di Garuda Pertiwi Muda yang menggunakan hijab, dirinya bercerita mengenai suka duka, seperti awalnya sempat mengalami kesulitan dalam bergaul dengan rekan-rekan lainnya sesama pemain sepakbola wanita.
“Kadang dukanya itu, pernah dipengaruhi dan dicemooh oleh teman, dengan berkata ‘eh, jangan pakai hijab, dong’ namun itu sama sekali tak menggoyahkan iman dan niat awal saya berhijab, karena bagi saya, hijab itu penting, sebagai saya perempuan muslim. Tapi akhirnya lama kelamaan itu tidak lagi menjadi masalah,” ceritanya.
Lalu bagaimana dengan cerita sukanya? Kisah lalu beralih saat ditanya mengenai dua golnya ke gawang Timor Leste. Inilah bagian dari cerita sukanya. “Saya tak menyangka sih sebenarnya, ini juga menjadi debut saya di timnas, yang jelas, saya sangat senang sekali, dan karena itu saya bisa menunjukkan ke orang tua saya, kalau saya akan menjadi pesepakbola wanita yang baik,” katanya.
Terakhir dia memiliki harapan besar di kejuaraan yang diikutinya ini. “Pastinya sih, semoga tim Indonesia ini bisa lolos ke final dan bisa meraih juara,” tutupnya.[***]