SEBANYAK 188 kali kejadian bencana terjadi di wilayah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sepanjang Tahun 2019 tercatat terjadi, yang terbanyak adalah kebakaran rumah penduduk sebanyak 116 kali. Hal ini di sampaikan Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya usai melaknasakan Gegiatan Apel Pelaksanaan Kesiapsiagaan Personil dan Peralatan Penanggulangan Banjir dan Tanah Longsor Sumatera Selatan.
“Bencana yang lainnya seperti banjir, angin puting beliung, banjir bandang, kecelakaan perahu,” terang Mawardi saat di temui, Selasa (14/1).
Dari 118 Kejadian bencana tersebut mengakibatkan rumah terendam sebanyak 9.613 unit, rumah terbakar sebanyak 367 unit, rumah roboh dan rusak berat sebanyak 141 unit, jembatan putus/rusak sebanyak 23 unit, sawah terendam 1.662, 5 ha dan perkebunan terendam sebanyak 1.000 ha, ini terjadi selama tahun 2019.
“Pada awal tahun 2020 juga kita sudah menghadapi 3 kali kejadian bencana, dengan dampak yang cukup besar, yaitu banjir bandang di Kabupaten Empat Lawang, Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat. Banjir bandang yang terjadi meliputi 9 Kecamatan dan (5 Kecamatan ada di Kabupaten Lahat) serta meliputi 29 Desa. Dampak kejadian tersebut cukup besar dan mengakibatkan 3 unit jembatan putus/roboh 7 unit, rumah hanyut, 8 unit, rumah rusak berat 45 unit, rumah rusak ringan 702 unit dan rumah terendam 166 unit,” jelasnya.
Lanjut Mawardi, Kondisi geografis Sumatera Selatan dengan dataran tinggi (Pegunungan) dibagian Barat seperti Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan OKU Selatan, berpotensi terjadinya peristiwa alam seperti Gunung Meletus, Guguran Larva Panas, Gas Beracun/Belerang (Gunung Dempo) yang merupakan gunung api aktip, Tanah Longsor, Banjir Bandang dan Angin Puting Beliung, sementara di bagian timur yang merupakan dataran rendah dan perairan seperti Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan Palembang, mempunyai potensi terjadinya potensi banjir akibat luapan air sungai dan menimbulkan genangan yang dipengaruhi oleh musim hujan dan pasang air laut, abrasi pantai, selain itu juga pada daerah yang lebih terbuka dapat terjadi angin puting beliung.
“Untuk itu, Sebagai salah satu bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana, kita melaksanakan apel kesiapsiagaan personil dan peralatan, dengan kesiapan tersebut tentunya akan lebih siap dan lebih cepat untuk dimobilisasi kewilayah rawan atau berpotensi terjadi bencana, sehingga kerugian harta benda dan jiwa dapat dihindari atau ditekan sekecil mungkin, untuk itu saya sangat menyambut baik diadakannya apel kesiapsiagaan ini,” tukasnya.
“Saya juga berharap para personil penanggulangan bencana selalu siap dan peralatan penanggulangan yang ada juga dalam kondisi baik dan dapat digunakan secara maksimal dalam pelaksanaan penanggulangan bencana baik dalam wilayah Sumatera Selatan dan juga siap untuk dimobilisasi ke lokasi bencana di wilayah Provinsi terdekat dari Sumatera Selatan,” pungkasnya. [***]