Industri

“PUSRI & PLN, Kisah Cinta Bertegangan Tinggi”

ist

MoU Pusri-PLN Layak Dipandang Lebih dari Sekadar Seremoni

BEGITU kaki melangkah ke Wisma Melati, suasananya langsung terasa hangat, bukan hangat seperti oven pabrik, tapi hangat ala Palembang, ada canda kecil, tegukan air mineral, dan senyum tipis yang bikin siapapun merasa “oke, hari ini bakal ada sesuatu yang manis tapi serius” Di tengah kesederhanaan itu, Pusri dan PLN duduk bersebelahan, seolah dua pasangan BUMN yang lagi jadian, siap menandatangani komitmen penting tapi tetap santai.

Di meja depan, Maryono, Direktur Utama Pusri baru-baru ini tampak seperti pria yang sudah lama menunggu momen ini. Bukan untuk pameran seni atau lomba gaplek, tapi untuk memastikan listrik pabrik pupuknya tak lagi ngambek. Saat membuka sambutan, ia bilang tegas “Keandalan listrik bukan sekadar pelengkap, tapi tulang punggung produksi kami”.

Nada bicaranya jelas, tanpa listrik stabil, mesin-mesin pabrik bisa berubah jadi pajangan mahal, muter, tapi sia-sia.

Di sisi lain, Adhi Herlambang, GM PLN UID S2JB, merespons dengan tenang tapi mantap “PLN hadir untuk memberi pasokan yang stabil dan berkelanjutan. Industri vital seperti Pusri harus dapat prioritas, kalau nggak kasihan petani di Sumsel, bisa bengong nungguin pupuk datang.

Bahkan dari sorot matanya saja kelihatan bahwa PLN datang bukan untuk basa-basi. Mereka siap mengawal Pusri, seperti pasangan yang akhirnya menemukan ritme yang sama.

Masuklah Sholikin, Direktur Operasi & Produksi Pusri dengan santai,  sosok akrab dengan mesin, bau amoniak,  pipa, dan rutinitas teknis, ia berkata ringan tapi serius.

“Tahap pertama kami butuh sampai 20 MVA, pabrik ini tidak bisa diajak bercanda, sedikit goyah, langsung terasa”.

Tak lama kemudian, beberapa orang terlihat spontan tersenyum tipis, setipis tisu… bukan mengejek, tapi karena semua tahu, kalau listrik goyang, jadwal produksi bisa jungkir balik, bukan sekadar drama-drama ringan, seperti sinetron tengah malam.

Oleh karena itu, PLN tentu tak datang cuma bawa janji, Henry Nugroho, Manager UP3 PLN Palembang, menjelaskan trafo khusus dan jalur SKTM eksklusif untuk Pusri. Jalur ini ibarat jalan khusus untuk pasangan istimewa bukan fasilitas umum, tapi perhatian nyata.

Yang menarik, percakapan mereka apa adanya, jujur, lugas, dan manusiawi, bahkan ada momen lucu bikin suasana makin akrab, apalagi ada bumbu tertawa kecil-kecilan, makin suasana jadi hidup nggak kaku. Dalam urusan besar pun, tawa tetap jadi pelumas suasana.

Kerja sama ini punya dampak luas, Pusri bukan cuma pabrik pupuk, ia penopang Ketahanan Pangan Nasional karena apabila listrik stabil sudah barang tentu produksi makin lancar dampaknya tak lain ya..  petani dapat pupuk tepat waktu, lantas! harga pangan pasti lebih aman, begitulah sebutannya, yaitu sebuah rantai panjang yang bisa goyah hanya karena voltase tak stabil.

Pepatah lama bilang “Tak ada rotan, akar pun jadi”, tapi untuk industri sebesar Pusri, akar saja tidak cukup, ibaratnya  juga dibutuhkan rotan, bambu, besi, bahkan beton. Artinya solusi seadanya tak lagi cukup. Kerja sama seperti inilah yang memberi pijakan kuat.

Jadi intinya ketika dua BUMN besar mau duduk bersama, jujur memahami kebutuhan masing-masing, hasilnya bisa lebih manis daripada sekadar tanda tangan di kertas.

Menjelang akhir acara, suasana makin hangat, dengan foto-foto bareng untuk bukti dokumen, akhirnya terlihat tenang..lebih adem bak seperti air mineral lebih dingin ketika kena pengaruh AC ruangan dan lega pun berkata “Semoga kerja sama ini panjang umur”

Nah, kisah Pusri dan PLN ini ibarat  kisah cinta-cintaan, bukan  dongeng industrial, ini kisah dua lembaga yang tahu perannya, memilih melangkah bersama, dan menjaga komitmen bersama pula, saling membantu, itu pesan dari orang tuan induk BUMN plat merah, masing-masing,

Dari ruangan sederhana di Wisma Melati itu,  dab dengan air mineral, tawa kecil, serta komitmen besar, lahirlah kisah cinta bertegangan tinggi yang bisa membuat industri pupuk makin stabil, listrik makin andal, petani makin tenang, dan bangsa makin siap menghadapi tantangan pangan.

Sebagai penutup, pepatah ini sangat cocok jalinan cinta Pusri dan PLN. “Tak ada gigi yang cocok tanpa roda yang tepat, tak ada pula pabrik stabil tanpa listrik yang andal”. Semoga MoU jadi nyata…[****]

Terpopuler

To Top