FORUM Transisi Energi Berkeadilan di Palembang hari itu terasa berbeda. Di antara pembahasan teknis dan paparan para pakar, tampil Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Musi Banyuasin, Herryandi Sinulingga, AP, dengan nada optimis yang langsung menghidupkan suasana.
Herryandi membuka paparannya dengan menegaskan bahwa masa depan energi hijau tidak dapat dilepaskan dari kesiapan manusia.
Menurutnya, teknologi bisa berubah, kebijakan bisa berganti, tapi manusia yang terlatih akan selalu menjadi pusat kemajuan. Cara beliau menyampaikan gagasan tenang, jelas, dan memancarkan keyakinan. Pembaca forum dibuat mengangguk, karena intinya sederhana, yaitu SDM yang kuat adalah fondasi transisi energi.
Muba dan Sumsel dikenal sebagai wilayah perkebunan sawit yang luas. Herryandi melihat peluang besar di balik tumpukan limbah yang selama ini hanya dianggap sampingan.
Dengan cara bercerita yang ringan, ia menggambarkan bagaimana limbah sawit dapat menjadi sumber biomassa untuk energi listrik dan gas.
Gagasannya bukan hanya teoritis, contohnya di Thailand, khususnya daerah Chonburi, sudah membuktikan bahwa limbah sawit dapat diolah menjadi energi berdaya saing.
Muba memiliki kapasitas yang jauh lebih besar, tinggal mengoptimalkan pelatihan tenaga teknis lokal agar bisa masuk ke sektor bioenergi ini.
Herryandi juga menyoroti potensi lahan bekas tambang, Alih-alih dibiarkan menganggur, ia menawarkan ide menjadikannya rumah bagi pembangkit listrik tenaga surya terapung.
Konsep ini tidak mengada-ada, karena Singapura telah berhasil mengoperasikan PLTS terapung di Danau Tengeh. Jika negara kecil dengan lahan terbatas bisa melakukannya, Muba tentu bisa melangkah lebih jauh dengan memanfaatkan danau pasca tambang yang tersebar di wilayahnya.
Oleh sebab itu, misalnya jika generasi muda Muba bekerja di tengah danau, bukan untuk memancing, tetapi merawat panel surya yang bersinar rapi. inilah gambaran masa depan yang benar-benar mungkin terjadi.
Herryandi melihat hal ini bukan sebagai tantangan, tetapi sebagai peluang besar. Konversi perahu konvensional ke perahu listrik tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga membuka peluang bisnis baru di bengkel-bengkel lokal.
Tengok aja misalnya Norwegia, yang punya perairan dingin dan menantang saja berhasil mengoperasikan kapal listrik. Dengan sungai yang lebih tenang dan iklim yang lebih bersahabat, peluang Muba untuk mengikuti jejak itu justru lebih besar.
Oleh karena itu, sungai bukan hanya jalur transportasi, tetapi bisa menjadi ruang inovasi yang menghasilkan kebanggaan baru bagi warga.
Dalam forum tersebut, Herryandi kembali menegaskan komitmen Disnakertrans Muba, Muba siap menjadi pilot project pengembangan SDM untuk sektor energi hijau.
Ia mendorong pemerintah pusat dan provinsi untuk mempercepat penyusunan kurikulum vokasi hijau, agar tenaga kerja lokal siap memasuki pasar kerja baru ini.
Tidak ada nada ragu, Herryandi tampil sebagai pemimpin yang sudah menyiapkan langkah konkret dan tahu arah yang harus dituju.
Jadi setidaknya pesannya masa depan energi itu bukan hanya milik mereka yang punya alat dan modal, tetapi milik mereka yang siap belajar dan beradaptasi.
Apalagi ada tiga sektor green jobs, bioenergi sawit, PLTS terapung, dan perahu listrik bukan hanya gagasan inovatif, tetapi jalan nyata untuk membawa Muba menjadi motor transisi energi di Sumatera Selatan.
Dengan mencontoh keberhasilan Thailand, Singapura, dan Norwegia, sekaligus mengangkat potensi lokal, Muba memiliki peluang besar menjadi contoh daerah yang menjalankan transisi energi secara inklusif dan berkeadilan.
Jika langkah-langkah ini dijalankan, Muba tidak hanya menjadi bagian dari perubahan energi tetapi daerah yang memimpin langkahnya.
Dengan SDM lokal sebagai inti kekuatan, masa depan energi hijau bukan lagi rencana, melainkan perjalanan bersama masyarakat.[***]