“WOI…, jangan nunduk terus, bro!. Ini bukan apel pagi di kebun sawit, ini pembekalan calon pekerja migas!”
Suara pelatih dari Disnakertrans Muba itu bikin Ujang kaget setengah hidup. Helm proyek di tangannya langsung melayang hampir nyundul kepala kawan sebelah. Ruangan mendadak hening, lalu pecah tawa.
Begitulah suasananya di aula Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muba siang itu, tempat dimana 36 anak muda calon “jagoan rig” berkumpul. Mereka bukan lagi barisan pengangguran berprestasi yang nongkrong di warung kopi depan kelurahan, tapi calon pekerja migas bersertifikat Nasional, bro!.
Ujang, Din, dan kawan-kawan datang bukan buat selfie di Kantor Dinas, tapi buat satu misi suci, yaitu berangkat ke Cepu ikut pelatihan vokasi migas, program andalan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin lewat Program Keluarga Maju (PKM).
“Eh… Din,” bisik Ujang sambil ngelap sepatu boot barunya yang kinclong, “katanya di Cepu nanti disuruh praktek ngiket tali baja. Kau udah latihan belum?”
Din nyengir, “Udah. Aku latihan dulu di rumah, ngiket tali jemuran, tapi malah nyangkut di leher ayam emak”
Seketika ruangan pecah ngakak.
Masuklah Asisten I Setda Muba, Pak Ardiansyah, S.E., M.M., Ph.D., CMA lengkap kayak nama gelar di skripsi lima bab. Dengan gaya tenang tapi mantap, beliau nyerocos penuh semangat.
“Anak-anak Muba, ini kesempatan emas! Bukan cuma pelatihan, tapi tiket menuju masa depan di industri migas. Tunjukkan semangat, disiplin, dan bawa pulang bukan hanya sertifikat, tapi kompetensi!”, katanya penuh motivasi.
Langsung Ujang nyeletuk pelan ke Din,
“Kompetensi tu apa, bro? Bisa ngebor tanah depan rumah gitu?”
“Bukan, bro. Kompetensi itu kalo kau bisa ngebor sambil ngelirik HRD”.
Sekejap aula geger lagi.
Kepala Disnakertrans Muba, Pak Herryandi Sinulingga, maju dengan gaya yang lebih nyantai tapi tetap nendang.”Pemerintah Kabupaten Muba serius investasi di SDM unggul. Satu orang kalian ini, biayanya sekitar Rp 36 juta. Jadi jangan main-main, ini bukan pelatihan abal-abal”.
Ujang langsung manggut sambil berbisik, “Astaga, 36 juta… bisa beli motor second dua biji, bro…”
Din nyeletuk, “Iya, tapi motor ga bisa bikin emak nangis bangga”
Duar…! Satu ruangan ngakak lagi.
Salah satu peserta, Danang dari Sungai Lilin, maju dengan suara bergetar tapi semangat.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Pak Bupati HM Toha dan Wakil Bupati Kyai Rohman. Kami siap belajar di Cepu, upgrade skill, dan balik jadi kebanggaan daerah!” katanya tulus.
Langsung dari belakang ada yang teriak,
“Danang, jangan lupa bawa tempoyak ke Cepu, biar ga kangen rumah!”
Tawa meledak lagi, tapi kali ini campur haru.
Dan begitulah, 36 anak muda Muba bersiap menempuh perjalanan panjang. Dari yang dulunya bingung kerja apa, kini siap pakai seragam, pakai helm, dan punya masa depan yang lebih cerah dari solar subsidi. Mereka bukan cuma belajar ngikat tali baja, tapi juga ngikat mimpi, mimpi buat ngebangun masa depan mereka sendiri.
Kata pepatah Muba bilang “Besi panas ditempa, manusia tangguh dibina”.
Dan Pemerintah Muba lewat PKM ini, lagi sibuk menempa “besi-besi muda” itu supaya kelak mereka bukan cuma pekerja, tapi pahlawan ekonomi lokal yang bawa nama Muba sampai ke anjungan minyak dunia.
Mimpi mereka udah di depan mata. Tinggal semangat dan doa yang nyalain mesinnya.
Karena di Muba, kerja keras bukan cuma slogan, tapi bahan bakar mimpi.[***]
Catatan redaksi : Tokoh “Ujang” dan “Din” dalam cerita ini hanyalah karakter fiksi yang diciptakan untuk memperkaya alur cerita dan menghadirkan nuansa humor khas Sumselterkini. Seluruh data, nama pejabat, serta program pelatihan PKM Muba bersumber dari kegiatan resmi Pemkab Musi Banyuasin.