Kebijakan

“EVIKA Turun ke Laut, Si Guru Galak Penjaga Ekosistem”

KKP

LAUT Indonesia sekarang punya guru baru, dan bukan sembarang guru, lho kok bisa?  bisa dong, mau tahu! namanya EVIKA, tapi tenang aja bro.. nama itu dijamin, bukan nama artis FTV yang viral di TikTok, EVIKA  hanya kata singkatan dari Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan.

Program sakti dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) punya kerjaan yaitu ngoreksi kelakuan manusia di laut!, itu sederhananya.

Kalau EVIKA jadi orang, mungkin dia tipe guru galak tapi peduli, hehehe!, yang nilainya gak bisa diminta naik, tapi kalau muridnya rajin, langsung dikasih bintang lima.

Bahkan ia juga nggak segan-segan untuk  menegur kawasan konservasi yang lalai menjaga laut, tapi diam-diam bangga kalau terumbu karang tumbuh subur dan ikan makin banyak, begitu asanya.

Oleh sebab itu, tahun ini, KKP resmi menambah 1,079 juta hektare kawasan konservasi laut baru, bikin totalnya jadi 30,99 juta hektare.

Targetnya sih besar dan  jelas, yaitu 10% wilayah laut terlindungi pada 2030, dan 30% di tahun 2045  dengan visi  30×45 alias “laut sehat pas Indonesia dewasa”.

Kata Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan, Koswara, dalam keterangan resmi dilaman KKP, perluasan ini jadi langkah penting untuk memperkuat perlindungan ekosistem laut, termasuk terumbu karang, padang lamun, dan mangrove. Semuanya penting, kayak trio superhero penyelamat kehidupan bawah laut.

Bahkan perluasan kawasan konservasi kali ini mencakup Seram Bagian Timur, Buru Selatan, Buru, Teonila Serua (Maluku), Aceh Selatan II, Aceh Timur, dan DKI Jakarta.

Kawasan ini ibaratnya “wilayah belajar” baru bagi EVIKA, tempat dia menilai siapa yang jaga laut dengan tulus, dan siapa yang masih suka buang sampah plastik sembarangan.

EVIKA memantau 117 kawasan konservasi laut di seluruh Indonesia, dan kabar baiknya, 13 kawasan sudah naik kelas jadi kategori berkelanjutan.

Nama-namanya keren semua, persis Raja Ampat, Nusa Penida, Laut Sawu, Pulau Padaido, Derawan, dan lainnya. Kalau ada raportnya, mereka pasti dikasih nilai A+ dengan stempel “Laut Teladan”.

Sebenarnya program ini gak dijalankan sendirian pasalnya KKP tetap berkolaborasi bareng, gak tanggung -tanggung banyak lembaga berkompenten di ajak gotong royong demi laut sehat, lembanga itu, seperti Bappenas, Kemenkeu, KLHK, BRIN, ATR/BPN, dan bahkan ada juga mitra konservasi seperti WWF, RARE, CTC, Konservasi Indonesia, dan WRI Indonesia.

Selain itu, pendanaannya juga datang dari segala penjuru, seperti  APBN, APBD, BLU, DAK, GEF-8, Blue Planet Fund, dan TFCCA, kayak mau bikin konser besar..hahaha!, tapi ya..gak bisa dipungkirin kalu mau sukses programnya harus begitu libat lembaga yang banyak dan dana… memang keren.

Bahkan juga, pokoknya, kalau ini tim sinetron, judulnya bisa  “Avengers: Infinity Laut” pasti banyak yang nonton..
Bedanya memang hanya cuma di kostum karena yang satu pakai baju selam, bukan jubah.

Oleh sebab itu, program konservasi ini bukan cuma buat gaya, tapi buat masa depan. Konsepnya ekonomi biru, intinya jaga lautnya, nikmati hasilnya gitu dong…akur.
Apalagi jika laut sehat, ikan banyak, nelayan senyum, turis datang, dan uang pun ngalir, karena laut itu bukan cuma tempat kerja, tapi juga tabungan masa depan.

Seperti kata pepatah bahari “siapa yang menanam mangrove, dia yang menuai ombak ramah”

Kebijakan ini bisa dibilang pukulan lembut  kayak tahu, tapi terasa telak untuk semua yang pernah anggap laut itu tak terbatas.
Sekarang, laut bukan cuma pemandangan, namun ruang hidup yang punya aturan dan penjaga.
Dan penjaganya itu bukan manusia, tapi sistem EVIKA, si guru galak yang menilai dengan data, bukan dengan drama.

Yang penting, konservasi ini jangan cuma proyek papan nama, harus jadi gerakan nasional menjaga laut, dari pejabat sampai bocah pantai yang suka main layangan di tepi dermaga.

EVIKA mungkin bukan manusia, tapi semangatnya manusiawi tegas, peduli, dan gak bisa ditipu, dengan tambahan kawasan konservasi baru, laut Indonesia makin punya harapan buat terus biru, sejuk, dan penuh kehidupan. Amin….

Karena laut yang dijaga bukan sekadar pemandangan, tapi janji masa depan yang tak boleh tenggelam.

Langkah KKP ini ibaratnya ngasih vitamin buat laut Indonesia, dulu laut kita sering masuk UGD karena limbah, pukat harimau, dan pembangunan tanpa rem. Sekarang, mulai ada tanda-tanda “pemulihan hati” di bawah ombak.

Tantangannya adalah cuma satu, yaitu konsistensi, pasalnya laut bukan proyek setahun, tapi perjuangan seumur hidup bangsa yang hidup di antara dua samudra.[***]

Terpopuler

To Top