AKHIR pekan biasanya orang sibuk nyari healing atau rebahan sambil ngemil keripik, beda dengan Hj. Fatimah Toha. Ketua TP PKK Muba ini malah sibuk ngaduk semangat warga biar SDM kuliner lokal nggak cuma jago di dapur, tapi juga jago bersertifikat Nasional.
Sabtu (18/10/2025) pagi, aula SMK Negeri 1 Sekayu yang biasanya dipakai ujian anak-anak SMK, mendadak berubah jadi arena aroma bawang tumis dan semangat menggelegak. Bukan karena lomba masak 17-an, tapi karena dimulainya Pelatihan Sertifikasi Chef BNSP yang diselenggarakan oleh APJI (Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia) Muba.
Di depan para peserta yang rata-rata udah bawa celemek andalan, Hj. Fatimah Toha tampil dengan senyum khasnya.
“Kalau mau jadi chef hebat, jangan cuma bisa goreng telur setengah mateng ya, ilmu juga jangan setengah-setengah,” katanya sambil tertawa. Peserta pun ngakak, mungkin sambil mikir, “Iya juga sih, kalau setengah-setengah yang keluar malah omelet gagal,”
Menurut Hj. Fatimah, dunia kuliner itu udah bukan sekadar urusan perut kenyang, sekarang, masak itu bisnis, seni, dan peluang kerja.
“Banyak anak muda Muba yang jago masak, tapi sayang belum punya sertifikat kompetensi. Nah, pelatihan ini biar mereka bisa punya pengakuan nasional,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sertifikasi BNSP ini bukan cuma selembar kertas, tapi tiket untuk bersaing di dunia kerja yang makin pedas saingannya.
“Jadi nanti kalau ditanya ‘Kamu bisa masak apa?, jangan jawab cuma ‘mie instan level lima’, tapi tunjukin sertifikatnya!” selorohnya disambut tawa peserta.
Di sela pelatihan, seorang peserta bernama Wati nyeletuk ke temannya, “Eh, Ti, kira-kira kalau udah lulus sertifikasi gini, kita bisa masak buat pejabat ya?”
Temannya jawab enteng, “bisa! asal jangan salah bumbu, nanti yang makan malah nyinyir, bukan nyicip”
Semua tertawa, termasuk Hj. Fatimah yang mendengar percakapan itu. “Nah, itu dia!, jadi chef bukan cuma soal rasa di lidah, tapi juga rasa tanggung jawab,” ujarnya dengan gaya guru dapur sejati.
Sementara itu, Ketua APJI Muba, Achmad Baidowi, juga ikut membakar semangat peserta.”Kami ingin chef-chef Muba bisa tampil percaya diri. Jangan cuma jago masak di dapur rumah, tapi juga bisa tampil di dapur hotel, restoran, bahkan event nasional,” katanya dengan nada berapi-api, mirip juru kampanye tapi versi kuliner.
Baidowi menambahkan, dukungan dari Ketua TP PKK Muba ini bukan cuma simbolik. “Bu Fatimah ini luar biasa. Kalau orang lain mikir weekend buat santai, beliau malah mikir gimana SDM Muba bisa punya masa depan lebih matang kayak ayam goreng crispy, garing di luar lembut di dalam,” katanya sambil tertawa.
Dari pelatihan itu, muncul satu pepatah yang pas banget buat menggambarkan semangat mereka hari itu “Kalau ingin makan enak, masaklah dengan hati”.
Begitu pula dengan hidup dan karier, nggak bisa asal aduk harus ada rasa, niat, dan ketulusan, karena, kata Hj. Fatimah, kesuksesan bukan cuma soal resep, tapi soal disiplin dan dedikasi.
Dalam sambutannya, Hj. Fatimah menegaskan kalau sektor kuliner adalah bagian dari industri kreatif yang punya potensi besar menggerakkan ekonomi lokal. “Dengan pelatihan ini, saya berharap akan lahir chef-chef muda Muba yang tidak hanya jago plating makanan, tapi juga bisa plating masa depan mereka sendiri,” katanya sambil tertawa kecil.
Sontak peserta tepuk tangan, beberapa bahkan sudah mulai selfie dengan background banner bertuliskan “Pelatihan Sertifikasi Demi Chef dan Chef de Partie”.
Satu dua peserta langsung update status “Hari ini bukan cuma goreng ayam, tapi goreng masa depan. #ChefMuba #BNSP #FatimahTohaMuba”.
Dari pelatihan itu, terselip pesan moral yang nggak kalah gurih dari sambal terasi jangan pernah berhenti belajar, karena di dunia yang serba cepat ini, kemampuan tanpa sertifikat kadang seperti masakan tanpa garam ada tapi hambar.
Fatimah Toha dengan gaya khasnya menutup kegiatan. “Teruslah belajar, karena dapur itu sekolah tanpa ujian akhir, kalau salah bumbu, ya tinggal perbaiki, tapi kalau salah niat, bisa gosong semuanya”.
Semua tertawa, lalu tepuk tangan menggema di aula, suasananya hangat, seperti wajan baru lepas dari kompor masih panas tapi penuh harapan.
Dan begitulah, dari balik aroma tumisan bawang pagi itu, Muba sedang menyiapkan masa depan chef-chef lokalnya.
Mereka bukan cuma memasak menu, tapi juga memasak masa depan Muba agar makin sedap di kancah Nasional.
Kalimat penutup ringan tapi nancep, karena di tangan-tangan penuh semangat itu, Muba nggak cuma punya koki, tapi punya pahlawan dapur yang siap bikin harum nama daerah literally dan figuratively.[***]