KALAU pepatah bilang, “Air tenang menghanyutkan,” udang di Sumsel ini bener-bener contoh hidupnya, di tengah hiruk-pikuk ekspor udang Jawa dan Lampung yang ribet sama regulasi AS, tambak-tambak di Sumsel justru punya kartu as, yakni udang yang bersih, sehat, dan alami, tanpa harus repot tes sana-sini karena jauh dari zona industri nuklir, udang Sumsel bisa jadi VIP di pasar Amerika.
Sabtu (10/10) lalu, dalam rilis KKP resmi diakui Amerika Serikat sebagai Certifying Entity (CE) untuk ekspor udang. Artinya, ekspor udang ke AS wajib pakai sertifikat mutu dari KKP, khususnya untuk udang dari Jawa dan Lampung. Nah, regulasi import Alert 99-52 itu menekankan Cesium 137, cemaran radioaktif yang bikin FDA AS memperketat inspeksi. Kalau udang Jawa dan Lampung harus ikut tes ekstra, udang Sumsel?, tinggal lipat tangan sambil menunggu pasar Amerika.
“Udang kami secara geografis bebas dari risiko kontaminan nuklir, ini jadi keuntungan alami Sumsel,” ujar Hendra Saputra, Ketua Asosiasi Petambak Udang Sumsel. “Kalau didukung sertifikasi KKP, potensi ekspor ke Amerika sangat besar, petambak di sini cuma butuh pelatihan dan fasilitas laboratorium lokal”.
Tapi jangan salah, masalahnya bukan cuma fisik udang, banyak petambak lokal yang belum paham prosedur sertifikasi CE, banyak yang masih mikir “Tes itu ribet, susah, mahal”. Padahal dengan sedikit pelatihan, fasilitas laboratorium lokal, dan bimbingan KKP, udang Sumsel bisa bersaing di pasar global, seperti pepatah bilang, “Tak kenal maka tak sayang,”. begitu pula pemerintah harus turun tangan, agar potensi Sumsel tidak cuma jadi cerita di atas kertas.
Sumsel punya wilayah tambak yang cukup luas, terutama di Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, dan beberapa pesisir di Kabupaten OKI, bahkan produksi udang di sana sudah mulai meningkat tiap tahun.
Menurut Dinas Perikanan Sumsel, setidaknya ada ribuan hektar tambak yang potensial dikembangkan untuk ekspor, bayangkan, jika semua udang itu disertifikasi CE KKP, Sumsel bisa jadi alternatif emas, selain Jawa dan Lampung, karena bak tambak mini yang tiba-tiba jadi tambang emas, kan lumayan buat ekonomi lokal.
“Regulasi AS sebenarnya bukan penolakan, tapi jaminan mutu, kita tinggal adaptasi,” jelas Ishartini, Kepala Badan Mutu KKP. “Sumsel punya keuntungan alami, udangnya bersih, jauh dari polusi industri, dan tinggal ditingkatkan melalui prosedur CE”.
Bukan sekadar seafood
Sayangnya, selama ini perhatian pemerintah pusat dan investor lebih banyak ke Jawa dan Lampung, udang Sumsel yang bersih dan alami justru sering terlupakan, padahal kalau dikelola dengan tepat, Sumsel bisa jadi pionir “udang bebas Cesium 137” di Indonesia.
Solusinya jelas yakni pelatihan petambak, penyediaan laboratorium lokal, sosialisasi regulasi AS, dan kolaborasi KKP-BAPETEN-BRIN-Pemprov Sumsel, kalau semua stakeholder kompak, peluang ekspor ke AS bukan mimpi lagi, tapi kenyataan.
Kalau dicermati lebih jauh, regulasi AS sebenarnya bukan red list atau penolakan, FDA cuma ingin memastikan udang bebas kontaminan. Nah, Sumsel justru punya keuntungan alami sebab udang Sumsel bisa dipasarkan dengan tagline “Clean, Green, and Mean in Quality”.
Tambak jauh dari industri berat, air alami bersih, dan ekosistem relatif stabil, bisa dibayangkan ekspor perdana antara lain, udang Sumsel naik kontainer, siap menyapa meja makan Amerika, sambil membawa sertifikat CE dari KKP. Petambak lokal? bisa joget kecil sambil bilang, “Ini baru udang, bukan cerita burung gagak di sawah tetangga!”.
Selain itu, Sumsel punya potensi ekonomi tambahan, jika ekspor meningkat, otomatis muncul lapangan kerja, seperti buruh tambak, operator laboratorium, logistik, hingga pemasaran. Sekali jalan, bukan cuma udang yang diuntungkan, tapi juga ekonomi pedesaan.
Bisa dikatakan, udang Sumsel bukan sekadar seafood, tapi “pahlawan lokal yang diam-diam bisa bikin dollar nyasar ke kantong petani”. Disamping itu, Sumsel punya peluang emas, karena udang bersih, lingkungan alami, dan peluang pasar Amerika terbuka lebar.
Tinggal bagaimana petambak, pemerintah provinsi, dan stakeholder kompak bergerak, jangan sampai Sumsel cuma jadi penonton dari tribun, sementara udang-udang kecilnya bisa jadi bintang jika dilatih dengan standar CE KKP.
Dan kalau ditanya endingnya? bayangkan ekspor perdana, udang Sumsel naik pesawat, sampai AS sambil membawa label “Clean & Cool, langsung dari bumi Sriwijaya”. Petambak lokal? bisa joget-joget kecil sambil bilang,
“Ini baru udang, bukan cerita burung gagak tetangga!”, dan siapa tahu, udang Sumsel ini bisa bikin orang Amerika ketagihan, sampai-sampai ada yang komentar “Where can we get more of these?!” (wow..di mana kita bisa dapatkan lebih banyak ini?!). [***]